Tetap Produktif sebagai Warga Senior
Sejatinya, partisipasi warga senior walaupun tidak harus purnawaktu karena pengalaman serta kebijaksanaannya sangatlah “bermakna” dan karena mempunyai jejaring yang luas juga sangat “berdampak”.
PBB menetapkan 1 Oktober sebagai International Day of Older Persons atau Hari Internasional Orang Lanjut Usia. Di Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut usia atau dikenal dengan sebutan warga senior adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Jika kita mendengar kata warga senior, yang terbayang di benak kita adalah orang yang lemah, rapuh, dan perlu bantuan. Oleh karena itu, saya cenderung lebih suka menggunakan istilah warga senior. Paling tidak, kata ini lebih berkonotasi positif karena senior identik dengan kematangan, pengalaman, kebijaksanaan, dan luasnya jejaring.
Saat ini, peringatan International Day of Older Persons semakin terasa relevansinya seiring meningkatnya jumlah warga senior. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah warga senior di Indonesia pada 2019 sebanyak 25,66 juta orang atau 9,6 persen dari total penduduk. Sementara pada 2020 ini, jumlahnya akan mencapai 28,72 juta atau 10,65 persen dari total penduduk. Proyeksi penduduk lansia di Indonesia akan terus bertumbuh, menjadi 48,2 juta orang pada 2035 dan 63,3 juta orang pada 2045.
Proyeksi penduduk lansia di Indonesia akan terus bertumbuh, menjadi 48,2 juta orang pada 2035 dan 63,3 juta orang pada 2045.
Fenomena penuaan ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Warga senior memiliki kebutuhan sosial, ekonomi, dan psikologis yang berbeda dengan kaum muda. Pun, masyarakat yang semakin menua diiringi meningkatnya biaya kesehatan dan biaya sosial. Diperlukan layanan-layanan kesehatan, obat-obatan, vitamin dan suplemen khusus bagi mereka, demikian pula infrastruktur, dan fasilitas-fasilitas umum juga harus mengalami penyesuaian.
Namun, di sisi lain, fenomena penuaan ini juga menciptakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan para warga senior agar mereka tetap sehat, produktif, dan tetap bermanfaat bagi masyarakat. Di situ terdapat peluang bisnis yang dikenal sebagai ”Silver Business”.
Menua secara berkualitas
Membuat agar warga senior relatif tetap sehat, produktif, dan berkontribusi positif bagi masyarakat selama mungkin, harus menjadi agenda kita semua. Untuk itu, dibutuhkan proses menua secara berkualitas (quality ageing). Dalam proses ini, dilakukan upaya secara terus-menerus untuk mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial warga senior. Tujuannya agar dapat hidup damai secara lahir dan batin, dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara finansial, dapat menjalin hubungan yang baik dengan lingkungannya, dan tetap aktif menjalani hidup yang berkualitas.
Proses penuaan secara berkualitas ini dimulai dari setiap individu. Setiap individu harus mengoptimalkan peluang-peluang untuk hidup sehat sejak usia muda dan tetap aktif dan berpartisipasi di masyarakat, dan merealisasikan potensi-potensi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pada masa tuanya.
Penuaan secara berkualitas tidak akan dapat terjadi tanpa dukungan lingkungan yang kondusif, misalnya kota-kota dan desa-desa serta komunitas yang dirancang ramah bagi warga senior. Hal ini penting agar warga senior aman dan nyaman beraktivitas didalam lingkungan yang disebut age friendly city and community. Risiko jatuh pun dapat dikurangi karena warga senior lebih mudah terjatuh dan dampak jatuh pun lebih serius bagi mereka. Sehingga pendekatan proaktif untuk mengurangi resiko jatuh fall prevention program bersifat mutlak
Proses penuaan secara berkualitas ini dimulai dari setiap individu.
Usaha-usaha penuaan secara berkualitas ini harus diketahui dan dilakukan sedini mungkin, bukan saja oleh warga senior melainkan juga oleh warga yang masih muda. Bukan semata karena mereka mempunyai orangtua, tetapi juga mengingat mereka yang saat ini sedang giat-giatnya berkarya, kelak akan menjadi warga senior.
Warga senior sebagai ”harta karun”
Selama ini, perhatian yang begitu besar diberikan kepada generasi milenial dan Z. Generasi ini memang calon-calon pemimpin dan profesional masa depan. Karena itu, tak mengherankan jika berbagai kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas generasi milenial, baik oleh pemerintah, dunia, bisnis, maupun komunitas yang nantinya akan tecermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) dan Indeks Modal Manusia (HCI).
Kendati demikian, bukan berarti warga senior tidak dapat berperan dalam masyarakat. Selama ini masyarakat cenderung meremehkan warga senior karena dianggap masa mereka telah ”lewat” sehingga lebih baik tinggal di rumah.
Anggapan demikian adalah keliru. Justru pengetahuan, pengalaman, dan kearifan dan jangan lupa jejaring mereka sangatlah bernilai untuk dimanfaatkan. Dengan demikian, agaknya tepat jika dikatakan bahwa warga senior adalah layaknya ”harta karun” bagi masyarakat.
Di banyak negara, posisi-posisi puncak banyak yang diduduki oleh orang-orang berusia lebih dari 60, bahkan 70 tahun. Shashi Tharoor dalam artikelnya di The Week (Dec. 15, 2019) yang bertajuk ”In Praise of Gerontocracy”, menyebutkan bahwa masa paling produktif seseorang itu adalah saat ia berusia antara 60 dan 70 tahun, diikuti dengan masa usia 70-80 tahun. Berikutnya, baru yang berusia 50-60 tahun.
Rata-rata usia pemenang hadiah nobel adalah 62 tahun. Bahkan, Jim Peebles, pemenang hadial Nobel Fisika 2019, berusia 84 tahun saat diumumkan sebagai pemenang. Fakta lainnya, usia rata-rata Paus, pemimpin umat Katolik sedunia, adalah 76 tahun. Usia rata-rata CEO perusahaan-perusahaan yang masuk jajaran Fortune 500 adalah 63 tahun.
Di banyak negara, posisi-posisi puncak banyak yang diduduki oleh orang-orang berusia lebih dari 60, bahkan 70 tahun.
Di level negara, Yoshihide Suga terpilih sebagai Perdana Menteri (PM) Jepang pada September 2020 saat usianya 71 tahun. Di Amerika Serikat (AS), dua kandidat yang akan bertarung pada pemilihan presiden November 2020 sama-sama telah berusia di atas 70 tahun. Donald Trump saat ini berusia 74 tahun, sedangkan lawannya, Joe Biden, bahkan lebih tua lagi, 77 tahun.
Yang paling fenomenal adalah di negeri jiran Malaysia, terpilihnya kembali Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri (PM) tahun 2018. Padahal, ia telah berusia 92 tahun saat terpilih. Hingga kini setiap ucapan, sikap, dan perbuatannya masih diperhitungkan rakyat Malaysia. Penggantinya, Muhyiddin Yasin, berusia 72 tahun saat dilantik Maret 2020.
Dalam skala yang lebih kecil, tentunya kita banyak menjumpai warga-warga senior dengan pengalaman dan kearifannya masing-masing. Namun, layaknya harta yang berharga, mereka harus dijaga dan dihormati. Demikian pula dengan warga senior. Bagaimana caranya? Sekali lagi, bukan ”memaksa” mereka berdiam diri di rumah. Caranya adalah memberikan peran dengan mengikutsertakan para senior dalam kegiatan di dalam komunitas. Baik dalam lingkungan keluarga, lingkup kecil atas besar sesuai dengan kondisi dan kapasitasnya.
Menurut Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF), diperkirakan perekonomian negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan pembangunan atau OECD dapat meningkat hingga 3,5 triliun dollar AS jika mereka dapat membujuk warganya yang akan pensiun untuk menunda pensiunnya.
Di Inggris, banyak perusahaan yang sukses melaporkan manfaat merekrut karyawan yang tergolong warga senior sebagai bagian dari upaya menciptakan tempat kerja yang bercorak multigenerasi. Di Singapura, pemerintah negeri itu mengizinkan warganya untuk bekerja paruh waktu setelah mereka pensiun. Di Korea Selatan, banyak warga senior yang bekerja sektor publik dengan beban dan irama kerja yang ringan, seperti 3 jam setiap dua hari sekali. Tujuannya agar warga senior tetap aktif.
Di China sedang marak universitas-universitas yang dimanfaatkan khusus bagi warga senior. Dengan belajar, mereka tetap sehat, cerdas, dan mendapat teman-teman baru sehingga tidak kesepian. Di Malta, warga senior dapat mengikuti kuliah di universitas tanpa membayar uang sekolah (tuisi).
Dengan belajar, mereka tetap sehat, cerdas, dan mendapat teman-teman baru sehingga tidak kesepian.
Indonesia terkenal dengan budayanya yang sangat menghormati warga senior. Sudah saatnya penghormatan ini dilakukan dengan cara yang lebih bermakna, dengan mendorong dan memberi kesempatan warga senior untuk ikut berperan. Sejatinya, partisipasi warga senior walaupun tidak harus purnawaktu karena pengalaman serta kebijaksanaannya sangatlah ”bermakna” dan karena mempunyai jejaring yang luas juga sangat ”berdampak”.
Masyarakat akan memperoleh manfaat ganda jika warga senior tetap diberi peran sesuai kondisinya. Bukan saja beban sosial ekonominya lebih rendah karena tetap ”aktif”, tetapi kontribusinya juga akan bernilai bagi pembangunan bangsa dan negara yang kita cintai.
(AB Susanto, Ketua National Institute of Ageing dan Guru Besar UPN VJ)