Dengan memiliki fokus dan program yang jelas, kita memiliki peluang besar bangkit dari perlambatan dan mencapai pertumbuhan hingga 6 persen pada tahun 2021.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Ekonomi Indonesia berpotensi memasuki resesi pada kuartal III-2020. Kita perlu menemukan jalan tepat dan cepat untuk bangkit.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada wartawan, Senin (21/9/2020), mengatakan, pertumbuhan ekonomi direvisi menjadi antara negatif 1 persen dan 2,9 persen. Apabila prediksi ini terbukti, Indonesia akan resmi memasuki resesi setelah kuartal II-2020 ekonomi tumbuh negatif 5,32 persen. Kontraksi ini yang terdalam setelah kuartal III-1998 yang negatif 17,9 persen.
Dalam situasi normal, suatu negara dengan segala cara akan berusaha menghindar dari resesi. Ekonomi yang mengecil, artinya kegiatan ekonomi melambat, konsumsi masyarakat turun, dan investasi swasta merosot. Dampaknya, pengangguran meningkat, jumlah orang miskin bertambah, dan ketimpangan kemakmuran melebar.
Namun, saat ini kita menghadapi situasi di luar normal. Pandemi Covid-19 melanda semua sendi kehidupan di semua negara. Kondisi ekonomi Indonesia termasuk relatif baik dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, seperti Malaysia yang tumbuh sekitar negatif 17 persen serta Filipina, Singapura, dan Thailand. Hanya Vietnam yang tumbuh 0,36 persen di kuartal II-2020.
Dengan mengidentifikasi sektor ekonomi yang tetap tumbuh, kita dapat memfokuskan diri ke sektor tersebut dan memperluas kegiatan ke arah hulu dan hilirnya.
Perkiraan pertumbuhan antara negatif 1 persen dan negatif 2,9 persen di kuartal ketiga menunjukkan ekonomi kita bertumbuh antara 2,42 persen dan 4,32 persen dari negatif 5,32 persen di kuartal II-2020. Dengan mengidentifikasi sektor ekonomi yang tetap tumbuh, kita dapat memfokuskan diri ke sektor tersebut dan memperluas kegiatan ke arah hulu dan hilirnya.
Ekonomi Indonesia sebelum Covid-19 tumbuh moderat dibandingkan dengan negara-negara ekonomi bertumbuh lain. Utang Indonesia juga moderat dan cenderung rendah, di bawah 30 persen dari produk domestik bruto meski pinjaman dalam mata uang asing perlu diperhatikan.
Sektor yang masih tumbuh hingga kuartal II-2020, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), adalah informasi dan telekomunikasi, penyediaan air, kesehatan, real estat, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Pelebaran defisit anggaran belanja yang melalui undang-undang dibolehkan di atas 3 persen untuk mengatasi Covid-19 masih dapat dimanfaatkan untuk memberikan stimulus ekonomi, menumbuhkan industri, membuka lapangan kerja, sekaligus memberi jaring pengaman sosial.
Pandemi memberikan peluang menumbuhkan industri yang melambat pascakrisis keuangan 1998. Kegiatan produksi alat kesehatan, obat-obatan yang sekarang sebagian besar masih meramu dari bahan impor, pangan, dan agroindustri di perdesaan beserta pendukungnya di hulu dan di hilir adalah sektor yang dapat difokuskan menjadi penghela pertumbuhan. Kini juga saatnya mengembangkan infrastruktur informasi dan telekomunikasi digital.
Dengan memiliki fokus dan program yang jelas, kita memiliki peluang besar bangkit dari perlambatan dan mencapai pertumbuhan hingga 6 persen pada tahun 2021.