Suga menjanjikan tetap melanjutkan pilar kebijakan Abenomics yang meliputi kebijakan moneter yang super longgar, stimulus fiskal yang agresif, serta serangkaian reformasi struktural untuk mendongkrak perekononomian.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Yoshihide Suga, yang terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang yang baru, dihadapkan pada tugas berat membawa ekonomi Jepang keluar dari resesi dan tekanan berat pandemi.
Suga, yang merupakan orang dekat dan kepercayaan PM Shinzo Abe, menjanjikan akan melanjutkan strategi kebijakan pertumbuhan Abe (Abenomics). Selama delapan tahun menjabat pimpinan Sekretaris Kabinet pada era Abe, Suga adalah tokoh penting yang mengawal (key enforcer) Abenomics.
Suga menang telak dalam pemilihan di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, Senin (14/9/2020), untuk menggantikan Abe yang mundur mendadak karena alasan kesehatan. Suga mengambil alih kepemimpinan di saat ekonomi Jepang dalam tekanan berat dan kemerosotan tajam akibat pandemi.
Perekonomian Jepang yang sebelum Covid-19 sudah dibayangi pertumbuhan rendah kian terpukul dan terpuruk oleh anjlok tajamnya permintaan konsumen dan ekspor. Perekonomian terbesar ketiga dunia ini mencatat rekor kontraksi ekonomi, sebesar 28,1 persen selama triwulan II, lebih dalam dari prediksi semula 27,8 persen.
Jepang memberlakukan pembatasan ketat terhadap kegiatan bisnis dan sosial guna mencegah penyebaran virus korona dan menetapkan keadaan darurat di seluruh wilayah Jepang sejak awal korona merebak. Situasi darurat baru dicabut 25 Mei lalu. Namun, sejak Juli, kenaikan kasus kembali terjadi, dengan kasus terkonfirmasi empat kali lipat dari Mei.
Gelombang kebangkrutan melanda sektor korporasi. Hampir 500 perusahaan besar dan ratusan ribu usaha kecil dan menengah tutup sejak pandemi. Pengunduran diri Abe pada 28 Agustus kian menambah ketidakpastian prospek ekonomi. Sebelum pandemi, di bawah Abe, Jepang sempat mencatatkan pemulihan secara gradual, tecermin dari ekspansi ekonomi 71 bulan berturut-turut hingga Oktober 2018.
Sebelum pandemi, di bawah Abe, Jepang sempat mencatatkan pemulihan secara gradual.
Sempat ada kekhawatiran, transisi kepemimpinan yang terjadi dengan mundurnya Abe akan memicu ketidakpastian dan kelumpuhan kebijakan ekonomi, seperti terjadi pada pergantian enam PM dalam enam tahun sebelum 2012 atau sebelum Abe. Namun, kekhawatiran bisa diredam Suga yang menjanjikan akan tetap melanjutkan pilar kebijakan Abenomics yang meliputi kebijakan moneter yang super longgar, stimulus fiskal yang sangat agresif, serta serangkaian reformasi struktural untuk mendongkrak perekonomian dalam negeri.
Para analis mengatakan, tak ada pilihan bagi Suga selain melanjutkan strategi kebijakan Abe meski ada kemungkinan ia memilih pendekatan lebih moderat dalam kebijakan fiskal.
Suga menegaskan akan menempatkan penanganan pandemi sebagai prioritas pemerintahannya. Minimnya pengalaman diplomasi di forum internasional mungkin akan menyulitkan dalam menjelaskan sikap kebijakan Jepang menghadapi China yang kian asertif di kawasan atau menghadapi Amerika Serikat terkait friksi perdagangan kedua negara.
Namun, secara umum, Suga disambut baik pasar karena menjanjikan kesinambungan kebijakan ekonomi dalam upaya keluar dari resesi. Suga akan memerintah selama setahun sisa masa pemerintahan Abe dan harus menghadapi pemilu September 2021 untuk memilih PM baru.