Hidup bersama pandemi berarti selalu waspada, siap setiap saat memberlakukan kembali pembatasan sosial, dan beradaptasi pada kebiasaan baru memakai masker, sering cuci tangan, serta menjaga jarak.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Saat upaya penemuan vaksin terus mengalami kemajuan, manusia harus tetap bersiap hidup bersama pandemi Covid-19 selama 2-3 tahun.
Hidup bersama pandemi berarti selama tahun-tahun mendatang, yakni selama vaksin belum ditemukan, belum diproduksi massal, dan sebagian besar penduduk bumi belum mendapatkannya, manusia harus selalu mengenakan masker, menjaga jarak, serta sering cuci tangan. Kerumunan orang, terutama di ruang tertutup, tidak boleh terjadi.
Selain itu, otoritas tingkat nasional hingga kota di semua negara perlu siap setiap saat untuk menerapkan pembatasan jika tingkat penularan tiba-tiba naik. Uji usap harus rutin dilakukan. Pelacakan (tracing) terhadap kontak dekat saat ditemukan kasus positif harus menjadi pekerjaan rutin otoritas kesehatan tingkat kota hingga nasional.
Peran swasta mutlak dibutuhkan. Selama 2-3 tahun mendatang atau hingga vaksin ditemukan, diproduksi massal, dan disuntikkan ke sebagian besar manusia, perusahaan harus ketat menerapkan protokol kesehatan. Rapat tatap muka diupayakan diikuti sesedikit mungkin orang. Tingkat kehadiran karyawan di kantor harus ditekan dan mereka yang datang ke tempat kerja wajib memakai masker, menjaga jarak.
Prinsip ”hidup bersama pandemi” tampak diterapkan cukup baik oleh Korea Selatan, khususnya otoritas kota Seoul. Saat penularan meningkat pada pertengahan hingga akhir Agustus, yakni jauh di atas 100 kasus baru per hari, Seoul segera menerapkan lagi pembatasan ketat. Warga kota dilarang makan di restoran saat di atas pukul 21.00. Kafe, toko roti, dan kedai es krim hanya diperbolehkan melayani pesan antar. Setelah tingkat penularan turun (sekitar 100 kasus baru per hari), pembatasan dilonggarkan. Orang boleh makan di restoran saat di atas pukul 21.00. Warga juga diizinkan menikmati minuman di kafe, dengan jumlah pengunjung tetap dibatasi.
Namun, otoritas mengingatkan pelonggaran hanya berlaku dua minggu. Menjelang hari libur besar Chuseok yang jatuh pada akhir bulan ini hingga awal Oktober, pengetatan kembali diterapkan. Pemerintah ingin mencegah terjadinya pergerakan besar-besaran warga Korsel pada masa libur itu.
Tampak pelonggaran tetap dirasakan perlu oleh Korsel untuk dilakukan. Harus diakui, pada dasarnya manusia tak bisa berlama-lama menahan diri untuk tidak bertatap muka langsung. Selain itu, pelonggaran dibutuhkan agar ekonomi bergerak sesedikit apa pun. Ribuan pelayan dan kasir mencari uang dari bisnis restoran serta kafe.
Korsel menunjukkan fleksibilitas diperlukan agar bisa bertahan di tengah pandemi, dengan selalu menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama. Saat penularan meningkat, otoritas tak perlu ragu untuk menerapkan pembatasan sosial.
Hidup bersama pandemi berarti selalu waspada, siap setiap saat memberlakukan kembali pembatasan sosial, dan beradaptasi pada kebiasaan baru memakai masker, sering cuci tangan, serta menjaga jarak. Jangan lengah.