Saat daya tahan tubuh diperlukan di kala pandemi Covid-19, publik teringat pentingnya olahraga, yang bisa menjadi sumber energi pemulihan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Saat daya tahan tubuh diperlukan di kala pandemi Covid-19, publik teringat pentingnya olahraga, yang bisa menjadi sumber energi pemulihan.
Urgensi olahraga terhadap kesehatan warga salah satunya terwakili oleh pernyataan bersama 118 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Juli lalu. Pernyataan itu mengajak semua negara mengintegrasikan olahraga dalam upaya pemulihan dampak pandemi.
Seruan bersama itu menyatakan, olahraga dan aktivitas fisik tetap penting untuk kemaslahatan kita. Aktivitas itu bermanfaat terhadap kesehatan fisik dan mental, serta membantu mencegah stres dan gangguan kecemasan.
Seruan senada disampaikan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach. ”Olahraga berkontribusi dalam upaya pemulihan krisis dan menciptakan kondisi yang lebih baik pada bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi,” ujar Bach, dikutip dari laman IOC (Kompas, 7 September 2020).
Pernyataan PBB dan IOC terkait olahraga dan aktivitas fisik ini penting bagi kita di Indonesia, yang sekian lama bisa dikategorikan sebagai masyarakat yang ”cenderung malas bergerak”. Dalam rubrik ”Kesehatan” di Kompas edisi 14 Maret 2020, dokter Samsuridjal Djauzi menulis, ”Masyarakat enggan berjalan kaki. Jika memarkir kendaraan, selalu ingin paling dekat dengan tempat tujuan. Bekerja di kantor, meski hanya berlantai dua atau tiga, menggunakan lift. Kesempatan untuk berjalan kaki serta berolahraga diabaikan”.
Pandemi Covid-19, tanpa disengaja, menumbuhkan gairah berolahraga. Pengamatan The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) di jalur uji coba jalur sepeda sepanjang 6,3 kilometer, terpantau ada peningkatan pengguna di segmen Dukuh Atas dari selatan ke utara (Bundaran Senayan menuju Bundaran HI) pada jam kerja pagi. Jika pada Oktober 2019 hanya 21 pesepeda yang melintas, pada Juni 2020 tercatat 235 pesepeda (meningkat 10 kali lipat).
Olahraga berkontribusi dalam upaya pemulihan krisis dan menciptakan kondisi yang lebih baik pada bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Gairah olahraga masyarakat ini juga terpantau dari tingginya minat peserta event lari, beberapa tahun terakhir. Saat pandemi pun, ketika banyak event lari ditunda atau dibatalkan, banyak pegiat olahraga lari yang beraktivitas di ruang publik.
Fenomena kegairahan warga ini sepatutnya direspons pemerintah dengan kampanye pentingnya berolahraga bagi masyarakat luas. Kampanye olahraga bagi warga kebanyakan ini seakan terlupakan di tengah geliat olahraga prestasi. Padahal, jika publik sehat karena rutin berolahraga, mereka juga akan cenderung lebih produktif.
Di era Orde Baru, slogan ”Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat” sangat populer. Kini, slogan itu ibarat sudah terbantu hasrat warga yang secara mandiri ingin berolahraga. Tinggal bagaimana stimulasi pemerintah sehingga terjadi percepatan-percepatan.
Peringatan Hari Olahraga Nasional, Rabu (9/9/2020), ini bisa menjadi momentum bagi keberadaan olahraga sebagai salah satu unsur penting kehidupan, tak terkecuali di kala pandemi, yang bisa menjadi sumber energi pemulihan.