Mari kita ajak remaja untuk membahas bagaimana agar mereka dapat mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang diinginkan. Kita pernah mencanangkan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Oleh
Dr Samsuridjal Djauzi
·5 menit baca
Saya sekarang berumur 73 tahun, istri saya 71 tahun. Kami tinggal berdua karena kedua anak kami masing-masing tinggal di rumah mereka. Kami mempunyai 5 cucu, yang paling besar berusia 20 tahun. Istri saya mantan perawat. Kami sering berbincang mengenai masalah kesehatan. Baru saja kami membahas kebiasaan remaja tiga zaman, mulai zaman kami, zaman anak-anak kami dan sekarang zaman cucu kami.
Masa remaja kami dalam suasana sederhana, ke sekolah naik sepeda, naik bus, atau jalan kaki. Ada seorang teman SMA kami yang punya motor Ducati. Wah, rasanya punya motor seperti itu bagi remaja merupakan kebanggaan. Pada era anak kami, remaja sudah umum pakai motor ke sekolah dan pada masa cucu kami, sekolah dipenuhi oleh mobil yang menunggu siswa pulang sekolah. Alhamdulillah masyarakat semakin sejahtera, namun kebiasaan hidup tak sehat setiap zaman tetap ada.
Di zaman kami dulu kebiasaan tidak sehat remaja adalah merokok, tidak pakai alas kaki, melakukan tindakan berisiko seperti balap sepeda ugal-ugalan, kadang juga berkelahi. Pada era itu, masih banyak remaja yang terinfeksi cacing tambang, sehingga kurang darah. Remaja putri banyak yang mengalami anemia, baik karena cacing atau karena makanan yang kurang bergizi. Penyakit diare masih umum pada anak dan remaja karena faktor kebersihan kurang terjamin. Makanan dan minuman tercemar kuman, kebiasaan makan dengan tangan yang kurang bersih umum dilakukan.
Balap sepeda merupakan hiburan remaja, dilakukan bukan di arena balapan yang aman, tapi di taman atau jalan raya. Sepeda remaja sepeda jengki saling berlomba. Ada kalanya setelah perlombaan terjadi perkelahian. Remaja dulu berkelahi biasanya dengan kedua tangan. Kedua anak yang berkelahi duel dikelilingi oleh penonton dan ada wasit yang akan memberhentikan perkelahian jika sudah ada pihak yang kalah. Namun, sesekali terjadi perkelahian bukan hanya dengan tangan, tetapi menggunakan rantai sepeda dan senjata tajam. Remaja biasanya merokok jika sudah SMU atau sudah punya uang. Remaja jika sudah bekerja akan merokok menandakan sudah mampu. Waktu itu isu rokok belum banyak dikaitkan dengan kesehatan, tetapi lebih pada kemampuan membeli rokok.
Remaja pada era anak saya sudah lebih baik gizinya. Sudah mulai jajan di sekolah. Kebersihan lebih terjamin, tak ada lagi yang telanjang kaki. Rokok semakin marak di kalangan siswa dan remaja. Selain rokok, juga mulai timbul kecanduan obat dan narkoba. Pada tahun 2000, marak sekali penyuntikan narkoba di Indonesia. Sejalan dengan itu, perkembangan infeksi menular seksual juga meningkat. Kecelakaan lalu lintas juga umum terjadi. Banyak remaja yang naik motor tanpa pelindung kepala dengan kecepatan tinggi. Remaja pada masa sekarang mempunyai kebiasaan dan masalah lain lagi. Infeksi menular seksual meningkat makin tajam. Ketergantungan pada media sosial semakin kuat. Bahkan para pakar mulai mengingatkan adanya adiksi terhadap media sosial.
Saya tidak tahu apakah para pakar kesehatan memerhatikan kesehatan remaja kini dan apakah mereka juga mempelajari perubahan kebiasaan hidup remaja yang berakibat tidak baik bagi kesehatan. Mungkin Dokter dapat menjelaskan, bagaimana upaya untuk menjadikan remaja kita sehat, cerdas, dan mencintai negeri ini. Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Wah, ternyata Anda dan istri suka memperhatikan permasalahan remaja. Memang kepedulian terhadap remaja harus ditingkatkan karena merekalah yang akan jadi andalan kita untuk membangun Indonesia di masa depan. Remaja kita harus menyiapkan diri untuk berkompetisi dan berkolaborasi dengan remaja negara tetangga dan negara lain.
Anda benar, remaja kita harus mempunyai rasa cinta tanah air, kita harus mewariskan negara kesatuan yang utuh dan maju kepada mereka. Tanggung jawab kesehatan remaja utamanya ada pada keluarga masing-masing. Namun, kenyataannya remaja lebih banyak dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua.
Oleh karena itu lingkungan bergaul remaja harus merupakan lingkungan yang sehat, yang dapat memajukan negeri. Remaja sekarang punya kesempatan untuk maju, bukan hanya dari lingkungan fisik di sekitarnya, tetapi juga dapat dibantu oleh sumber pembelajaran yang ada di dunia maya. Jika remaja pandai memilih sumber belajar bagi diri mereka, mereka akan mendapat manfaat dari kemajuan media sosial.
Sejak kecil anak harus dilatih untuk memilah mana berita yang benar dan hoaks, mana sumber informasi yang bermanfaat dan yang menyesatkan. Pengaruh media sosial pada remaja besar sekali. Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 ini, kontak mereka dengan media sosial semakin dekat.
Kementerian Kesehatan mempunyai direktorat yang mengurus kesehatan keluarga, termasuk kesehatan remaja. Dulu pernah ada ide untuk memberikan setiap siswa sebuah laptop untuk belajar. Laptop sederhana, namun dapat digunakan untuk belajar. Harganya murah, sekitar satu juta rupiah, diproduksi massal dan dipinjamkan kepada semua siswa yang membutuhkan.
Namun, ide ini kemudian menghilang. Sebenarnya ada baiknya ide tersebut dibangkitkan kembali sehingga sekolah dapat membantu anak yang tak punya perangkat telepon genggam yang memadai untuk belajar jarak jauh. Kita bersyukur sekarang pemerintah sudah menyadari kesulitan orang tua dalam menyediakan paket data untuk belajar. Mudah-mudahan peminjaman laptop akan lebih membantu.
Keterbukaan informasi akan memungkinkan remaja menyaksikan berbagai tingkah laku remaja di negeri lain dan mereka mungkin saja menirunya tanpa menyadari akibat buruknya. Karena itulah, pengaruh perilaku sehari-hari dan pengaruhnya terhadap kesehatan mereka harus menjadi bahan pelajaran yang dibahas di sekolah dan luar sekolah.
Masih banyak kebiasaan baik remaja pada era dulu yang perlu dipertahankan, tetapi juga banyak kebiasaan baru yang baik untuk kesehatan. Kita juga harus membangkitkan rasa bangga menjadi orang Indonesia yang kaya dengan budaya lokal. Tengoklah budaya kita dari Aceh sampai Papua, semuanya menarik untuk dinikmati. Rasa rendah diri serta kekaguman pada budaya asing perlu dikurangi.
Dulu kekaguman itu pada budaya Barat, kini berpindah pada budaya Jepang, Korea, dan China. Iklan makanan pun mengikutsertakan artis-artis asing.
Sudah banyak pakar kebudayaan yang mengingatkan agar pembangunan ekonomi kita diikuti dengan pengembangan budaya Nusantara. Namun, kita masih menitikberatkan pembangunan fisik. Pembangunan sosial budaya masih ketinggalan. Untunglah masih ada remaja kita yang kreatif baik di bidang musik, teater, tari, maupun film. Namun, kreativitas mereka memerlukan dukungan pemerintah dan masyarakat.
Perubahan kebiasaan remaja masa kini yang mendukung kesehatan mereka perlu menjadi kepedulian kita semua. Mari kita ajak remaja untuk membahas bagaimana agar mereka dapat mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang diinginkan. Kita pernah mencanangkan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Ada baiknya kita tingkatkan komitmen kita untuk membangun negeri ini, sehingga bisa maju dan sehat.
Terima kasih atas perbincangan Anda dan istri mengenai remaja.