Keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan ekonomi sulit diwujudkan dalam penanganan pandemi Covid-19. Dilema ini memusingkan pemimpin di banyak negara. Aspek politisnya tinggi dan mudah dipelintir pesaing politik.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pembatasan mobilitas serupa dengan mencekik ekonomi. Transaksi dalam jaringan menolong, tetapi tak cukup signifikan menggerakkan perekonomian.
Ekonomi yang tercekik membuat warga stres hingga bunuh diri. Hal ini terjadi saat resesi di Amerika Serikat pada 2009.
”Bukan tak simpati pada korban Covid-19. Ayah membentak anak karena penghasilan menurun. Ini memberi trauma pada anak,” kata Dr Michael Levitt dari Stanford University, peraih Hadiah Nobel Kimia tahun 2013. Australia memilih pembatasan ketat dan fokus pada layanan kesehatan. Keketatan ekstra menyebabkan konsumsi rumah tangga anjlok 12,1 persen pada kuartal II-2020.
Penguncian perbatasan menurunkan kedatangan internasional nyaris 99 persen. Hal ini mengakibatkan jasa perhotelan, restoran, penerbangan, dan jasa terkait turun 17,6 persen pada kuartal kedua tahun ini.
Produk domestik bruto (PDB) Australia tumbuh 2,9 persen pada 2018. Pertumbuhan ini lebih rendah daripada kontribusi turisme sebesar 3,5 persen terhadap pertumbuhan PDB, demikian tertulis di situs Badan Turisme Australia. Hal ini menjelaskan mengapa kontraksi ekonomi 7 persen pada kuartal II-2020 di Australia merupakan kontraksi kuartalan terbesar sejak 1929.
Oleh karena ekonomi anjlok 0,3 persen pada kuartal pertama, Australia memasuki resesi. ”Ini bersejarah,” kata Gareth Aird, ekonom di Commonwealth Bank. Josh Frydenberg, Treasurer Australia—semacam pejabat tingkat menteri yang menangani anggaran negara—mengakui efek penutupan pada ekonomi.
Mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyebut pendekatan pemerintah seperti ”orang” trauma dan kurang memikirkan kesehatan ekonomi. Kesalahan lain Australia ialah terlalu fokus pada penanganan Covid-19. Kasus positif Covid-19 di Australia berada di urutan ke-69 dunia dengan 26.049 orang berdasarkan data 2 September. Kematian akibat Covid-19 sebanyak 678 orang dan sembuh 21.912 orang. Penduduk Australia sebanyak 25,5 juta jiwa.
Australian National University Menzies Centre for Health Governance Report, Selasa (25/8/2020), seperti diberitakan The Guardian, mengkritik langkah itu. Sukses dalam kesehatan, tetapi lembaga ini menilai Australia gagal melindungi pencari kerja, layanan pada anak-anak, dan abai mendukung warga kurang mampu. Warga miskin dikunci dalam kemiskinan. Pertolongan ada terhadap warga mampu, lanjut badan itu.
Mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyebut pendekatan pemerintah seperti ”orang” trauma dan kurang memikirkan kesehatan ekonomi.
Namun, ada harapan. Resesi terjadi pada semester pertama 2020. Menteri Keuangan Australia Mathias Cormann kepada Sky News Australia, Rabu (2/9/2020), mengatakan, situasi mulai berubah pada kuartal ketiga. Ada pergerakan ekonomi setelah mengalami kontraksi sepanjang semester pertama.
Pada akhirnya memang kembali pada keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan ekonomi. Ini dilema umum yang membuat pusing pemimpin di banyak negara. Aspek politisnya tinggi dan mudah dipelintir pesaing politik. Perdana Menteri Australia Scott Morrison memilih membalikkan keadaan. Sembari mendukung protokol kesehatan, Morisson juga meminta pembukaan perbatasan.