Presiden Xi Jinping mengajak Presiden Jokowi untuk mengembangkan kerja sama bilateral China-Indonesia ke area-area baru yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19. Ajakan ini sangat relevan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Hubungan bilateral China dan Indonesia genap berusia 70 tahun: bentang waktu yang tak sebentar, tidak selalu diisi sukaria, dengan konteks global yang terus berubah.
Ada kesamaan penting antara Indonesia dan China, dua negara yang mulai menjalin hubungan diplomatik pada April 1950. Keduanya sama-sama merasakan dampak buruk penjajahan atau kolonialisme. Setelah dijajah Belanda dan Jepang, rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, yang disusul pengakuan oleh Kerajaan Belanda pada 1949. Sisa-sisa kebijakan ekonomi kolonial dan kekerasan selama 1942-1945 melatarbelakangi kerja keras pendiri bangsa serta pemuda-pemudi yang dipenuhi gelora nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
China merasakan kepahitan serupa. Sejumlah wilayahnya diambil dan dikelola kekuatan imperialisme meski akhirnya dikembalikan. Dalam Perang Dunia II, kekejaman pasukan asing melanda kota-kota China. Pertarungan internal yang melelahkan menambah kompleks situasi yang dihadapi China di pengujung kolonialisme.
Keduanya sama-sama merasakan dampak buruk penjajahan atau kolonialisme.
Dengan latar belakang sama-sama bangkit dari dampak buruk penjajahan, Jakarta-Beijing menjalin hubungan sangat baik. China, antara lain, mendukung prakarsa Indonesia membangun Gerakan Non-Blok tahun 1955. Situasi berubah drastis pada pertengahan 1960-an saat Indonesia menilai ada keterkaitan asing terhadap urusan dalam negeri, hingga akhirnya pembekuan hubungan kedua negara pada 1967. Seiring perkembangan di Indonesia dan China serta dinamika global yang berbeda, Jakarta-Beijing memulihkan kembali hubungan pada 1990.
Sebagai bagian dari penanda ulang tahun ke-70 hubungan Indonesia-China, Presiden Xi Jinping, pada 31 Agustus 2020, menelepon Presiden Joko Widodo. Seperti ditulis harian ini pada Rabu (2/9/2020), ia mengajak Presiden Jokowi untuk mengembangkan kerja sama bilateral China-Indonesia ke area-area baru yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19. Ajakan ini sangat relevan saat di tengah pandemi.
Pandemi Covid-19 membuat banyak negara jauh lebih memberi perhatian pada penyelamatan diri. Setiap negara berusaha mencari perlengkapan kesehatan, obat-obatan, dan memastikan nantinya bisa mendapatkan vaksin Covid-19. Hal ini membuat kerja sama multilateral kurang menjadi perhatian. Jalinan kerja sama bilateral pun ikut diarahkan pada tujuan sangat selektif, seperti mendapatkan obat dan vaksin Covid-19. Negara mana pun berusaha untuk menyelamatkan rakyatnya. Bagi negara berkembang, mereka bersaing dengan negara maju dalam perburuan vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, kerja sama di bidang kesehatan menjadi hal utama di era pandemi. Indonesia dan China berupaya mewujudkannya lewat kerja sama uji coba vaksin dari perusahaan China. Masih terbuka luas area kerja sama yang dapat ditingkatkan oleh Indonesia dan China di era pandemi yang tak jelas kapan akan berakhir. Dengan pengalaman di era kolonialisme dulu, kerja sama ini tentu dipahami harus saling menguntungkan, tak boleh merugikan salah satu pihak.