Demi mencegah penularan Covid-19, Asosiasi Tenis AS membuat ”gelembung” di New York berupa lingkungan terkontrol yang memastikan para petenis pergi pulang dari hotel ke arena turnamen AS Terbuka di Flushing Meadows.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
”Gelembung” New York diciptakan Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) di turnamen Cincinnati dan Grand Slam AS Terbuka demi mencegah munculnya kluster Covid-19.
USTA berusaha memastikan kegiatan petenis hanya pergi pulang dari hotel ke arena pertandingan di Pusat Tenis Billie Jean King di Flushing Meadows, New York. Flushing Meadows, yang dikenal sebagai arena AS Terbuka, tahun ini juga menjadi gelanggang turnamen Cincinnati.
USTA menciptakan ”gelembung”, lingkungan terkontrol untuk AS Terbuka dan Cincinnati, demi bergulirnya kembali kejuaraan tenis yang terhenti sejak Maret. ”Gelembung” menetapkan hotel tertentu di New York sebagai pusat tempat tinggal atlet. Demi kenyamanan petenis di hotel, disediakan berbagai fasilitas seperti permainan PS4, tenis meja, juga karaoke. Sementara di arena tersedia lapangan basket, sepak bola, biliar, dan golf mini.
Turnamen digelar tanpa penonton bertiket. Tribune hanya boleh diisi pelatih dan anggota tim pendukung. Di lapangan, hanya ada satu wasit dan tiga pemungut bola. Hakim garis digantikan teknologi hawkeye yang menunjukkan jejak jatuhnya bola. Tes rutin juga wajib dijalani petenis, dengan konsekuensi pasti, seiring hasil tes.
”Gelembung” ini berkaca dari liga bola basket NBA dan liga hoki NHL. ”Gelembung” NBA di Walt Disney World Resort, Florida, sementara NHL di Edmonton dan Toronto, Kanada.
Beragam upaya terkait ”gelembung” ini, baik di bola basket, hoki, maupun tenis, salah satunya belajar dari munculnya kluster penularan Covid-19 dalam turnamen tenis Adria Tour di Serbia-Kroasia, akhir Juni 2020.
Apa yang dilakukan USTA dengan ”gelembung” New York patut diapresiasi sebagai upaya mencegah penularan Covid-19. Langkah yang sudah sepatutnya mengingat jumlah kasus Covid-19 di AS hingga Senin (24/8/2020) mencapai lebih dari 5.800.000 jiwa, dengan 180.618 orang meninggal.
Ibaratnya, apa pun mesti dilakukan demi kesehatan dan keselamatan. Sekaligus, demi keberlangsungan kejuaraan tenis dunia. Salah satu konsekuensi, panitia kehilangan 80 persen pendapatan karena ketiadaan penonton. Selain penghasilan yang menurun, turnamen itu juga kehilangan kemeriahan karena hilangnya atmosfer penonton.
Konsekuensi ini membuat turnamen tenis menjadi ”sumbang” karena tepuk tangan, sorak-sorai, dan interaksi penonton dengan petenis, misalnya saat fans meminta tanda tangan di atribut mereka, sementara bakal tidak terlihat. Namun, senyap di Flushing Meadows adalah keniscayaan yang harus dijalani demi tenis dunia yang berdenyut.
Kesiapan petenis setidaknya diungkapkan John Isner, yang akan berlaga di Cincinnati dan AS Terbuka. ”Inilah yang harus dilakukan jika ingin turnamen tenis berjalan kembali,” kata Isner. Apa daya, tenis dunia harus berjalan dalam senyap demi kesehatan dan keselamatan.