Orang hanya bisa melihat penangkapan pendiri dan pemilik ”Apple Daily”, Jimmy Lai, di Hong Kong bertentangan dengan kebebasan pers. Penangkapan itu tak bisa dilepaskan asosiasinya dengan konteks regional yang lebih luas.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Berita penangkapan pendiri dan pemilik media Apple Daily di Hong Kong seiring dengan kekhawatiran di Taiwan akan di-Hong Kong-kan oleh China.
Menyangkut kebebasan pers, orang hanya bisa melihat bahwa penangkapan pendiri dan pemilik Apple Daily, Jimmy Lai, bertentangan dengan prinsip kebebasan pers. Dengan mengangkat berita dengan judul ”Apple Daily akan Melawan”, kita masih melihat upaya dari komunitas pers di Hong Kong untuk terus bersikap tegar menghadapi tekanan yang dilancarkan otoritas Beijing setelah pemberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional.
Otoritas melihat, koran Apple Daily yang dikendalikan grup Next Digital telah dijadikan media perlawanan dan mendapat suntikan dana asing sebesar lebih dari 1 juta dollar Hong Kong. Kita membaca sikap warga Hong Kong yang terus berusaha mempertahankan kebebasan dengan memberikan dukungan kepada Next Digital dengan cara membeli koran Apple Daily sehingga oplahnya melonjak dari 70.000 menjadi 550.000 eksemplar, aksi yang membuat saham Next Digital naik berlipat ganda.
Dengan itu, boleh jadi upaya Beijing ”melunakkan” Hong Kong masih harus melalui jalan panjang. Namun, berbagai perkembangan, yang diwarnai tekanan tanpa henti dari Beijing, tak urung menimbulkan kekhawatiran di wilayah lain yang juga diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari China, yaitu Taiwan.
Di berita yang sama di Kompas (Rabu, 12/8/2020), kita melihat berbagai kalangan di Taiwan cemas dengan meningkatnya tekanan oleh China, seperti yang diperlihatkan dengan penangkapan sejumlah sosok yang dianggap anti-Beijing di Hong Kong. Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, warga Taiwan terus merasa kebebasan mereka terancam akan diambil oleh China. ”Kehidupan kami sehari-hari semakin sulit karena China terus menekan Taiwan agar menerima persyaratan politik, yang akan membuat Taiwan menjadi Hong Kong,” ujar Wu dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS Alex Azar di Taipei, Selasa (11/8/2020).
Lawatan Azar yang merupakan pejabat tingkat tinggi AS yang berkunjung ke Taiwan dalam kurun empat dekade dinilai telah mengkhianati kesepakatan yang ada.
Kita mengikuti bahwa selama ini AS menghormati kebijakan satu China dan tidak menjalin kontak resmi dengan Taiwan. Lawatan Azar yang merupakan pejabat tingkat tinggi AS yang berkunjung ke Taiwan dalam kurun empat dekade dinilai telah mengkhianati kesepakatan yang ada.
Tampak jelas, dari setiap perkembangan yang berkonteks lokal, seperti penangkapan pimpinan grup media Next Digital, tak bisa dilepaskan asosiasinya dengan konteks regional yang lebih luas. Jika kita perluas, kebijakan asertif China di Laut China Selatan juga menimbulkan dinamika geopolitik lebih luas, yang diikuti pengerahan armada laut AS untuk memperlihatkan kekuatan bahwa sahabat Taiwan ini tidak ingin China melenggang tanpa perlawanan di wilayah yang dipenuhi tumpang-tindih klaim teritorial.