Dalam beberapa pekan terakhir, saya mendapatkan lagi banyak pertanyaan, baik dari pengikut di akun Instagram @pritaghozie maupun melalui pesan singkat dari rekan media mengenai profesi dan ruang lingkup perencanaan
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Dalam beberapa pekan terakhir, saya mendapatkan lagi banyak pertanyaan, baik dari pengikut di akun Instagram @pritaghozie maupun melalui pesan singkat dari rekan media mengenai profesi dan ruang lingkup perencanaan keuangan. Sebenarnya ilmu perencanaan keuangan itu sangat bermanfaat bagi setiap orang.
Pada kesempatan ini, izinkan saya kembali membuka wawasan pembaca mengenai apa itu perencanaan keuangan, bagaimana melakukannya dan kenapa perencanaan keuangan itu penting.
Berdasarkan standar definisi yang dikeluarkan oleh Financial Planning Standard Board, sebuah organisasi yang mengeluarkan sertifikasi profesi Certified Financial Planner, perencanaan keuangan adalah proses mengembangkan strategi untuk membantu klien mengelola urusan keuangan mereka untuk memenuhi tujuan hidup.
Standar Praktik tersebut berlaku baik bagi perencanaan keuangan yang komprehensif maupun pada ketentuan jasa pelayanan yang hanya mempresentasikan salah satu komponen perencanaan keuangan saja, misalnya, financial management, asset management, risk management, tax planning, retirement planning, dan estate planning.
Individu yang berprofesi sebagai perencana keuangan diharapkan memiliki kompetensi atas salah satu hal yang disebutkan di atas saat menjalankan tugasnya. Satu hal lagi, sebagai pemegang sertifikasi CFP, individu ini dapat bekerja di berbagai tempat dari mulai kantor konsultan, sekuritas, bank, perusahaan asuransi, dan lainnya. CFP mengenal ada 2 tipe, yaitu tied, yang artinya perencana keuangan terikat dengan suatu institusi layanan jasa keuangan seperti perusahaan asuransi, perusahaan manajemen investasi, pengelola dana pensiun, ataupun perbankan.
Tipe lain adalah independent yang artinya perencana keuangan tak terikat dengan suatu institusi layanan jasa keuangan. Tipe ini murni hanya memberikan jasa edukasi dan konsultasi dalam kapasitasnya sebagai konsultan, contohnya seperti saya pribadi.
Ilmu perencanaan keuangan itu sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bahkan, studi empiris di Amerika Serikat menyatakan, individu ataupun rumah tangga yang menggunakan rencana keuangan dalam pengelolaan keuangannya akan berpotensi memiliki nilai aset 60 persen lebih tinggi daripada jika tidak menggunakan rencana keuangan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa rencana keuangan bukan merupakan produk tabungan, produk investasi, ataupun produk asuransi, melainkan suatu panduan untuk menjalankan pengelolaan keuangan untuk mencapai berbagai tujuan hidup.
Lantas, bagaimana memulai menerapkan ilmu perencanaan keuangan? Di buku Make It Happen terbitan Gramedia Pustaka Utama, saya tuliskan dalam merencanakan keuangan ada 6 tahapan yang sebaiknya dilakukan.
Pertama, menentukan apa mimpi atau tujuan yang ingin diwujudkan oleh individu ataupun keluarga. Contoh tujuan keuangan adalah ingin membeli hunian rumah tinggal di daerah Serpong dalam 5 tahun ke depan, dengan bujet maksimal Rp 1 miliar, misalnya. Pahami bahwa dalam berbagai tahapan kehidupan, biasanya keluarga hanya memiliki kemampuan untuk mengelola 3 tujuan keuangan agar dapat fokus dan tercapai.
Kedua, setelah menetapkan tujuan keuangan yang ingin dicapai, maka berikutnya adalah menghitung kebutuhan dana untuk mencapainya. Pahami bahwa secara umum tingkat inflasi atau kenaikan harga akan menyebabkan kebutuhan dana akan terus meningkat. Peningkatan harga juga umumnya menjadi perhatian para orangtua yang mempersiapkan dana pendidikan untuk putra dan putrinya. Sebagai contoh, saat saya menjadi mahasiswa di sebuah universitas negeri di area Depok, biaya kuliah per semester hanya di kisaran Rp 450.000. Namun, pada 2019, biaya kuliah per semester mencapai Rp 15 juta. Artinya, selama 20 tahun, terjadi kenaikan biaya atau yang dikenal dengan sebutan inflasi dana pendidikan.
Ketiga, menyusun strategi sesuai dengan rencana keuangan. Berdasarkan kebutuhan dana yang sudah dihitung di tahapan kedua, berikutnya kita dapat mengevaluasi apakah sudah ada aset-aset atau tabungan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat diketahui saat melakukan financial check-up setiap tahun. Apabila ternyata saat ini belum ada aset maupun tabungan yang dipersiapkan, dengan bantuan kalkulator, pembaca dapat menghitung berapa jumlah uang yang perlu disisihkan setiap bulannya untuk ditabung dan diinvestasikan.
Keempat, pahami berbagai produk keuangan untuk membantu perencanaan keuangan. Setelah menyusun strategi, maka pembaca wajib mengenali alternatif produk keuangan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan keuangan. Bukan hanya tabungan, pembaca juga memiliki alternatif untuk berinvestasi dalam bentuk logam mulia, reksadana, surat berharga negara ritel, hingga saham secara langsung.
Setiap produk keuangan memiliki potensi keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Silakan baca lagi kolom investasi di Kompas edisi sebelumnya untuk kembali mempelajari tentang produk keuangan.
Kelima, melakukan implementasi atas rencana keuangan. Rencana keuangan merupakan panduan utama dalam melakukan pengelolaan keuangan. Namun, apabila tidak ada aksi, rencana akan sebatas wacana. Agar implementasi dapat terlaksana, biasanya saya sarankan untuk dibantu oleh beberapa jenis rekening yang terpisah. Sederhananya, rekening operasional untuk bulanan, rekening investasi, dan rekening dana darurat.
Keenam, melakukan monitor dan evaluasi. Setelah membuat rencana dan melaksanakannya, maka secara berkala evaluasi sebaiknya dilakukan. Rencana keuangan harus dapat fleksibel mengikuti perubahan.
Sebagai contoh, perubahan status dari lajang menjadi menikah, dari 1 tanggungan kemudian bertambah, dan seterusnya, akan membuat rencana keuangan juga berpotensi berubah. Oleh karena itu, lakukan financial check-up lagi dan adaptasi terhadap situasi yang baru.