Kabar hasil tes usap Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana yang negatif Covid-19 melegakan. Jika terjadi sebaliknya, tidak terbayangkan implikasinya.
Oleh
EDITOR
·3 menit baca
Kabar hasil tes usap Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana yang negatif Covid-19 melegakan. Jika terjadi sebaliknya, tidak terbayangkan implikasinya. Pekan lalu, begitu mendengar kabar bahwa Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo dinyatakan positif Covid-19 pada 22 Juli 2020, perbincangan di jagat maya sontak menghangat.
Pasalnya, enam hari sebelumnya, tepatnya 16 Juli, Purnomo sempat bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara. Keriuhan di dunia maya sangat masuk akal. Sudah berderet nama pemimpin negara atau tokoh penting di dunia yang terinfeksi Covid-19. Sebut saja Perdana Menteri Inggris Boris Johnson; Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin; Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan; Presiden Honduras Juan Orlando Hernández; Perdana Menteri Monako Serge Telle; Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri; Sophie Trudeau, istri Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau; hingga terakhir Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang terinfeksi 7 Juli 2020.
Karena itu, begitu Presiden Jokowi selepas bersepeda di Istana Bogor menyampaikan bahwa dirinya dan istrinya dipastikan tidak terpapar Covid-19, publik plong. Kita tentu tidak menghendaki krisis kesehatan ini berkembang menjadi krisis ekonomi, apalagi berkelindan dengan krisis politik.
Pandemi Covid-19 di Indonesia, sejak pertama kali ditemukan 3 Maret 2020, sampai saat ini, belum bisa sepenuhnya dikendalikan. Hingga kemarin, jumlah kasus positif sudah hampir tembus 100.000. Jumlah kasus baru per hari pun terus meningkat, apabila pada April berkisar ratusan, mulai Juni berkisar seribuan, dan sejak Juli malah menjadi 1.500-an.
Pengetatan protokol di semua lini, baik di tingkat nasional maupun lingkungan terkecil, menjadi penting diperhatikan, termasuk di lingkungan istana. Jargon 3T yang selalu disampaikan Presiden Jokowi perlu benar-benar dijalankan dan bahkan dilipatgandakan, baik itu pelacakan (tracing), pengetesan (testing), maupun perawatan (treatment). Data yang diterima Redaksi Kompas, pengetesan masih minim dan belum merata.
Pada 25 Juli, misalnya, jumlah orang baru yang dites secara nasional tercatat 7.692. Dari jumlah itu ternyata sebagian besar (56 persen) dilakukan di Jakarta, yaitu 4.286 orang. Selebihnya, 3.406 orang (44 persen), tes tersebar di seluruh wilayah. Artinya, pengetesan belum merata. Kondisi ini membuat pelacakan pun minim dan akhirnya meningkatkan potensi penyebaran infeksi. Pelonggaran aktivitas ekonomi yang kian gencar di banyak daerah pun menjadi sangat berisiko.
Bill Gates, pendiri Microsoft, bahkan sejak lama mengingatkan bahwa ancaman pandemi tidak boleh diremehkan. Pandemi bisa menyaingi perang raksasa yang terjadi di masa lalu. Ekonomi dunia lumpuh dan biaya penyelamatan manusia menjadi sangat tinggi. Tiada satu negara pun yang imun. Hasil tes usap Presiden yang sudah melegakan tidak boleh melenakan kita semua. Boleh jadi ini justru peringatan bahwa Covid-19 semakin mendekati rumah kita, keluarga kita, termasuk istana dan keluarga istana. Awas, jangan terlena.