Keberhasilan Liverpool, juga Real Madrid, merebut trofi juara liga, adalah buah dari keyakinan dan kerja keras. Tidak ada kesuksesan yang diraih dengan begitu saja.
Oleh
Editor
·2 menit baca
Keberhasilan Liverpool, juga Real Madrid, merebut trofi juara liga, adalah buah dari keyakinan dan kerja keras. Tidak ada kesuksesan yang diraih dengan begitu saja.
Saat kapten Alan Hansen mengangkat trofi Liga Inggris di akhir musim 1989-1990, tak terbayang di benak pendukung Liverpool, mereka harus menunggu tiga dekade sebelum bisa merasakan kegembiraan serupa. Jejak prestasi menjadi bukti. Sampai saat itu ”Si Merah” mengoleksi 18 trofi, 11 di antaranya pada masa 18 tahun, 1972-1990. Dominasi tak terbantahkan.
Musim berikutnya, berakhir dengan runner up. Liverpool berubah menjadi tim penantang seiring kebangkitan Manchester United di tangan Sir Alex Ferguson, kedatangan pelatih Arsene Wenger ke Arsenal, dan kehadiran pesaing lain seperti Chelsea dan Manchester City. Upaya dilakukan. Selama tiga dekade, Liverpool berganti delapan manajer permanen, mendatangkan 238 pemain, mengeluarkan dana jika dikonversi saat ini mencapai Rp 27 triliun. Semua berubah saat Juergen Klopp didatangkan ke Anfield musim 2015-2016.
Dengan pendekatan yang dilakukannya, semua pemain mampu mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.
Klopp mampu menularkan antusiasme dan kecintaannya pada sepak bola kepada pemain dan staf. Dengan kombinasi siasat transfer pemain yang tepat, taktik brilian, dan menerapkan strategi bermain menyerang yang agresif, penampilan Liverpool dari musim ke musim terus membaik. Dengan pendekatan yang dilakukannya, semua pemain mampu mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.
Si Merah berada di ambang juara pada musim 2018-2019, dan hanya berselisih satu poin dari Manchester City yang memuncaki klasemen. Semusim kemudian, Liverpool tak lagi tertahan. Pada musim kelima Klopp di Anfield, gelar juara dikantongi meski masih tersisa tujuh laga. Saat kapten Jordan Henderson mengikuti jejak Alan Hansen menerima trofi pada laga terakhir di Anfield musim ini, Kamis (23/7/2020) dini hari WIB, semua kerja keras dan penantian panjang itu terbayar.
Di Spanyol, keberhasilan Real Madrid merebut kembali gelar juara La Liga juga tak lepas dari suntikan mental juara yang dibawa pelatih Zinedine Zidane. Sempat terpuruk setelah ditinggal Zidane dan bintangnya, Cristiano Ronaldo, Real bangkit setelah Zidane kembali. Sesudah tertinggal dari Barcelona saat laga dihentikan akibat pandemi Covid-19, Real menyapu 10 kemenangan saat liga bergulir lagi dan memastikan juara.
Perlu mental dan keyakinan kuat, kerja keras, semangat pantang menyerah untuk terus bangkit saat terjatuh.
Dari olahraga kita belajar, kesuksesan bukan hasil proses instan. Perlu mental dan keyakinan kuat, kerja keras, semangat pantang menyerah untuk terus bangkit saat terjatuh. Seperti disampaikan Klopp, yang menjadi salah satu filosofi kepelatihannya, ”Ini perlu waktu. Tak ada yang mau mendengarkan ini, tapi inilah kenyataannya: Jika Anda ingin sukses di masa depan, Anda harus bekerja keras sedari sekarang.”