Para pemimpin negara Eropa berhasil mencapai kesepakatan penting dan bersejarah di tengah upaya mereka mengatasi masalah ekonomi akibat Covid-19. Kesepakatan ini menegaskan solidaritas kuat tetap hadir di antara mereka.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Eropa memiliki sejarah panjang. Kekaisaran besar pernah berpusat di benua ini. Eropa pun pernah menjadi kancah dua perang besar dengan puluhan juta orang tewas.
Kekaisaran Romawi memberi dasar bagi pembentukan kebudayaan Eropa. Bahasa, hukum, dan tradisi politik Eropa dipengaruhi kekaisaran itu. Era Kekaisaran Romawi pupus setelah Romawi Barat runtuh pada abad ke-5 saat terjadi invasi bangsa Hun dan migrasi besar-besaran warga suku Jerman.
Perjalanan panjang Eropa berlanjut dengan kemunculan kerajaan-kerajaan dan akhirnya memasuki Renaisans pada abad ke-15 dan ke-16, yang ditandai kehadiran pemikir serta seniman besar. Masa itu dilihat pula sebagai transisi menuju era modern. Penting dicatat, sebelum memasuki Renaisans, Eropa didera wabah pes mematikan pada abad ke-14. Populasinya berkurang drastis akibat wabah ini sehingga mengubah tatanan masyarakat dan mendorong perubahan berikutnya.
Perang Dunia I dan II memorak-porandakan Eropa. Begitu banyak orang meninggal dalam dua perang itu. Keinginan membangun Eropa yang bersatu menguat agar tak ada lagi perang di benua itu. Digagaslah organisasi kerja sama yang tumbuh hingga menjadi Uni Eropa (UE). Kerja sama erat ekonomi dan moneter diwujudkan UE. Ada mata uang bersama dan sistem perdagangan yang menyatukan mereka.
Keinginan membangun Eropa yang bersatu menguat agar tak ada lagi perang di benua itu.
Kerja sama erat multilateral yang berlangsung sejak akhir Perang Dunia II mengalami tantangan cukup serius ketika warga Inggris memutuskan hengkang dari UE. Lalu, datanglah pandemi Covid-19. Ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kesehatan, memang telah menjauhkan manusia dari tingkat kematian seperti wabah pes dulu. Namun, pandemi Covid-19 memukul telak perekonomian. Jutaan orang kehilangan pekerjaan. Begitu banyak uang harus disuntikkan oleh negara-negara Eropa agar ekonomi tetap bergerak.
Eropa kembali didera tantangan sangat berat. Kesadaran ini dimiliki Kanselir Jerman Angela Merkel serta Presiden Perancis Emmanuel Macron. Mereka menggagas paket bantuan Covid-19 senilai 750 miliar euro yang terbagi dua: hibah dan utang. Kelompok negara hemat—Austria, Belanda, Denmark, Finlandia, dan Swedia—ingin porsi hibah sekecil mungkin. Mereka juga ingin negara yang sangat memerlukan bantuan memperbaiki pengelolaan ekonomi nasionalnya.
Lima hari pemimpin 27 negara anggota UE berunding dengan alot di Brussels, Belgia. Kubu negara superhemat dan kubu yang sangat membutuhkan bantuan, seperti Italia, Spanyol, dan Polandia, beradu argumen. Baru pada Selasa (21/7/2020) dini hari kesepakatan dicapai: 390 miliar euro untuk hibah dan sisanya untuk utang. Macron begitu gembira dan menyebutnya sebagai kesepakatan yang sangat bersejarah.
Hal penting lainnya, dengan kesepakatan itu, Eropa dimungkinkan dengan mengatasnamakan semua negara anggotanya mengumpulkan dana di pasar modal. Bentuk ”solidaritas” yang tak pernah terjadi selama hampir 70 tahun integrasi Eropa. Sejarah akan mencatatnya.