Datangnya masa pensiun tak mungkin ditolak. Idealnya, tidak ada lagi beban finansial, tetapi masih mengalir penghasilan. Apa mungkin? Sangat mungkin, sepanjang telah berinvestasi sejak masa muda untuk masa pensiun.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Kedatangan masa pensiun yang tidak lagi produktif bekerja tidak mungkin ditolak. Idealnya, pada masa ini sudah tidak ada lagi beban finansial, tetapi masih mengalir penghasilan.
Banyak orang memanfaatkan masa pensiun dengan mengerjakan hal-hal non-komersial yang dahulu belum sempat dikerjakan, seperti melakukan kegiatan sosial atau menjalani hobi yang tertunda.
Biasanya, pendapatan yang diperoleh pada masa pensiun jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan ketika produktif. Padahal, pengeluaran belum tentu lebih rendah ketimbang pengeluaran di masa produktif. Misalnya, biaya rumah sakit yang bisa-bisa malah meningkat.
Idealnya, pendapatan di masa pensiun tidak lagi berasal dari pendapatan aktif atau pendapatan yang diperoleh dari bekerja. Arus kas dari pendapatan pasif lebih cocok untuk pensiunan. Uang tidak berkurang, tetapi waktu untuk diri sendiri bertambah sehingga kita tetap memiliki cukup uang untuk melakukan berbagai hal tanpa harus khawatir soal keuangan.
Apakah situasi ideal tersebut sulit dipenuhi? Tidak. Dengan berinvestasi sejak muda untuk persiapan pensiun, hal itu sangat mungkin dicapai. Sejak gaji pertama di tangan, sisihkanlah dana pensiun karena masa itu akan tiba pada waktunya.
Sayangnya, sebagian besar orang merasa terpaksa menyisihkan iuran untuk dana pensiun, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun yang dikelola perusahaan.
Padahal, kedua jenis dana pensiun itu hanya bisa mencukupi 30 persen kebutuhan ketika pensiun. Sisanya? Tentu harus dipersiapkan sendiri dengan rencana pensiun pribadi.
Salah satunya dengan mengakumulasi aset selama masa produktif. Anak muda dapat membeli saham-saham atau reksa dana saham yang memiliki imbal hasil tinggi dalam jangka panjang. Menjelang pensiun, aset berisiko tinggi dikurangi lalu ditukar dengan aset berisiko lebih rendah seperti obligasi negara.
Pada masa pensiun, hal yang lebih penting bukanlah seberapa besar aset yang dimiliki, melainkan berapa besar arus kas yang bisa diperoleh setiap bulan atau setiap tahun.
Percuma saja memiliki saham dalam jumlah besar, tetapi tidak memberikan dividen yang layak. Demikian juga dengan mempunyai tabungan tetapi tidak memberikan imbal hasil mencukupi untuk hidup sehari-hari. Atau memiliki dua hektar tanah tetapi tidak disewakan atau digarap.
Aset kertas, seperti saham, obligasi, dan reksa dana, serta aset sektor riil, seperti bisnis dan properti, dapat menghasilkan arus kas. Saham memberikan arus kas berupa pembagian dividen setiap tahun. Obligasi memberikan imbal hasil berupa kupon bunga, sedangkan rumah yang disewakan memberikan imbalan berupa uang sewa, baik bulanan maupun tahunan.
Menanam
Masa produktif dapat diibaratkan sebagai masa menanam. Sebagian gaji bulanan ada baiknya ditanam dalam berbagai bentuk investasi. Dapat dimulai dengan investasi yang hanya butuh Rp 10.000, seperti reksa dana pasar uang.
Mari kita hitung. Dengan menyisihkan secara konsisten dana sekitar Rp 400.000 setiap bulan yang memberi imbal hasil 17,5 persen, setelah 32 tahun kemudian atau pada saat pensiun tiba, dana itu akan berkembang menjadi Rp 10 miliar. Aset dengan imbal hasil 17,5 persen dapat diperoleh dengan berinvestasi pada saham, perusahaan teknologi finansial, atau crowdfunding.
Apakah instrumen investasi ini berisiko? Tentu saja. Namun, risiko dapat dikelola dengan memberikan horizon investasi yang panjang, misalnya 32 tahun.
Bandingkan dengan risiko kita ”kehilangan” kesempatan memiliki dana Rp 10 miliar pada saat pensiun. Benih-benih Rp 400.000 per bulan inilah yang akan menjadi penopang di kala pensiun nanti.
Dari benih senilai Rp 400.000 ini akan tumbuh dan berkembang menjadi besar seperti sebuah pohon yang kuat senilai Rp 10 miliar. Pokok ini nantinya dapat dikelola dengan menempatkannya pada obligasi pemerintah yang aman dan memberikan imbal hasil setiap bulan.
Dari pokok ini akan keluar buah-buah manis berupa arus kas bulanan yang terus mengalir. Tidak peduli apakah kita sedang memancing di tengah laut atau tengah sibuk menjadi relawan kegiatan sosial. Kita tinggal menikmati manisnya buah investasi sejak muda.