Di tengah suasana kerja dari rumah, praktik gotong royong dapat dikembangkan dengan perhatian dan kepedulian antarkeluarga. Hal itu menjadi awal berkembangnya koperasi di mana kepentingan anggota sebagai hal yang utama.
Oleh
Haryono Suyono
·6 menit baca
Tanggal 12 Juli 2020, seluruh bangsa Indonesia memperingati Hari Koperasi 2020. Peringatan Hari Koperasi itu mengingatkan seluruh anak bangsa akan pesan para sesepuh bangsa bahwa bangunan ekonomi yang tepat untuk anak bangsa Indonesia adalah koperasi. Pesan para sesepuh ini didasarkan atas kekuatan nyata anak bangsa yang sebagian besar dalam keadaan tingkat pendidikan dan pengalaman berorganisasi yang rendah.
Jumlah keluarga yang keadaannya seperti itu bukan satu atau dua saja, tetapi mayoritas keluarga Indonesia. Pesan itu didasarkan juga atas budaya bangsa yang sejak zaman dahulu kala akrab bersatu dan ternyata dalam keadaan yang terburuk pun persatuan itu menyelamatkan seluruh anak bangsa di mana pun adanya dan apa pun profesinya. Bangsa Indonesia menikmati ketenteraman bersama dalam persatuan dan kesatuan yang dinamis dan sejuk.
Gagasan persatuan dan kebersamaan dalam kerja cerdas dan keras itu pada tahun-tahun 2007 sampai 2015 dikembangkan oleh puluhan ribu mahasiswa yang dengan penuh kesabaran menyatu dengan rakyat di desa dan di kampung di kota-kota melakukan kegiatan mendampingi rakyat melalui kuliah kerja nyata (KKN) menyegarkan berbagai budaya yang dianut nenek moyang penggerak kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Para mahasiswa tidak jarang untuk pertama kali menyatu dan seakan-akan diangkat menjadi tutor untuk rakyat banyak. Tidak sedikit yang kaget bahwa tidak semua keluarga di perdesaan merasa membutuhkan mereka. Ada keluarga desa yang merasa lebih pandai dan tidak perlu pendampingan mahasiswa. Ada yang merasa bahwa para mahasiswa tidak mampu membantu rakyat desa. Ada juga anggapan bahwa mahasiswa terjun ke desa semata melaksanakan tugas akademis tanpa disertai hati nurani cinta kasih menolong keluarga tertinggal di desa.
Jumlah keluarga yang keadaannya seperti itu bukan satu atau dua saja, melainkan mayoritas keluarga Indonesia.
Namun, dalam berbagai kegiatan KKN tematik Posdaya, para mahasiswa jatuh cinta kepada keluarga yang ternyata bersatu dan bekerja sama dengan penuh gairah. Keluarga di desa tidak seluruhnya terpengaruh pola kehidupan yang mengarah budaya individualisme, yang hanya mementingkan kepentingan pribadi. Keluarga desa masih banyak yang menganut budaya gotong royong, saling peduli dan berbagi, utamanya kepada keluarga prasejahtera yang kehidupannya belum mencapai kesejahteraan yang dicita-citakannya.
Di beberapa Posdaya diperkenalkan contoh-contoh keluarga mampu yang menolong keluarga prasejahtera sebagai pengagun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mengajak keluarga prasejahtera belajar menabung dan setelah memiliki tabungan mengambil kredit Tabur Puja, yang biarpun kecil jumlahnya, bisa dijadikan modal awal memulai usaha. Keluarga yang mampu menjadi mitra tanggung renteng yang menolong keluarga prasejahtera.
Wujud awal dari gerakan persatuan dan kesatuan dengan mengambil risiko kecil itu sesungguhnya merupakan awal pembangunan gerakan kebersamaan rohnya koperasi yang utama. Koperasi bukan hanya persatuan untuk usaha ekonomi mikro atau kecil, melainkan dimulai dengan perhatian, kepedulian, dan kesiapsiagaan untuk berkorban dan berbagi.
Di beberapa kelompok Posdaya bahkan ada keluarga yang berkorban menjadi ”tutor” keluarga prasejahtera untuk memulai usaha. Ada keluarga mampu, yang memiliki warung yang lumayan dan laris, bersedia membantu keluarga prasejahtera membuka warung kecil dengan memberikan konsinyasi barang-barang untuk dijual.
Kemudahan itu memberi kesempatan munculnya warung-warung kecil yang diberi modal melalui skim Tabur Puja yang memberi pinjaman tanpa agunan sampai Rp 2 juta rupiah. Pinjaman yang kecil itu menjadi modal untuk bersatu dengan pendamping keluarga yang lebih mapan dan berhati mulia sebagai pendamping keluarga yang baru mulai usaha.
Kegiatan mahasiswa melalui KKN dalam pelatihan memproduksi, memasarkan, dan menawarkan kepada konsumen produk-produk baru yang diolah dari sumber daya lokal sesungguhnya merupakan kegiatan awal dari usaha gerakan koperasi produksi yang perlu dikembangkan dengan lebih intensif. Koperasi jenis ini perlu dikembangkan dengan subsidi pemerintah, termasuk dalam pelatihan dan pendampingan bagi keluarga desa.
Di beberapa kelompok Posdaya bahkan ada keluarga yang berkorban menjadi ”tutor” keluarga prasejahtera untuk memulai usaha.
Kegiatan yang lebih besar dalam olah produk seperti ini menjamin agar keluarga desa tidak tergantung hanya dari kegiatan pertanian di sawah saja. Para petani dan keluarganya mampu dan bisa menjadi pengolah hasil produk yang memiliki jaringan pemasaran antardesa yang luas.
Setiap keluarga bisa menjadi pengolah hasil pertanian untuk meningkatkan nilai jual dan daya tahan produk pertanian yang biasanya tidak berumur panjang. Pengolahan bisa menghasilkan produk yang tidak saja memiliki nilai jual tinggi, tetapi usia produk lebih lama agar bisa menyebar ke pasar yang lebih luas.
Koperasi yang ditumbuhkan dari keluarga dengan kemampuan terbatas itu menjadikan keluarga Indonesia pemain kerja gotong royong pada hampir semua kegiatan masyarakat di desanya. Pemain yang mementingkan keuntungan bagi anggota secara langsung, sehingga keuntungan lembaganya menjadi bagian nomor dua dan kalau perlu lembaganya hanya mengambil untung kecil. Artinya, keuntungan yang dihimpun oleh organisasinya menjadi bagian yang diambil setelah keuntungan anggotanya mendapat tempat yang paling tinggi.
Itulah sebabnya, dimasa lalu dikembangkan kegiatan Pertasi Kencana, di mana kegiatan keluarga berencana, kegiatan pertanian, dan kegiatan koperasi dipadukan agar keluarga petani dan peserta KB yang umumnya rakyat biasa yang keadaan sosial ekonominya masih rendah menikmati kebersamaan memiliki usaha pertanian yang maju. Harapannya dengan kesertaan KB yang tinggi sekaligus menjadi anggota koperasi bisa mengembangkan kegiatan ekonomi mikro yang maju dan mandiri.
Para akseptor diajari menabung pada waktu itu, tidak langsung menjadi anggota koperasi, tetapi diajari pertama-tama membuka usaha dengan modal yang bisa dipinjam dari bank dengan jumlah yang tiap kali makin membesar. Keluarga miskin diajari menjadi pengusaha yang makin besar secara bertahap. Keluarga miskin sejak awal menggabungkan usaha dan kegiatannya bersama rekan terdekatnya.
Kepercayaan antaranggota yang menggabungkan usaha bersama berkembang menjadi kepercayaan yang sangat akrab melebihi kepercayaan kepada anggota keluarga sendiri. Ditumbuhkembangkan kesediaan berkorban dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan sendiri.
Dalam keadaan kita harus bekerja dari rumah, kegiatan antartetangga dalam kelompok Panca Wisma, Dasa Wisma, atau kelompok yang lebih besar bisa menjadi awal dari gerakan menyegarkan hidup gotong royong yang merupakan rohnya gerakan koperasi, mulai dari kelompok sangat kecil menjadi bagian dari kelompok besar yang mampu menggerakkan koperasi seperti dicita-citakan bapak penggerak koperasi.
Keluarga miskin sejak awal menggabungkan usaha dan kegiatannya bersama rekan terdekatnya.
Apalagi mengalirnya bantuan sangat besar kepada masyarakat luas dewasa ini, bisa menjadi modal awal dari gerakan mandiri bagi setiap keluarga untuk saling bertukar kemampuan dalam produksi kebutuhan pokok lokal yang dapat saling ditukar dengan keluarga lain, maka bantuan itu tidak habis untuk konsumsi, tetapi menjadi modal kerja gotong royong dan tukar-menukar produksi kebutuhan pokok antartetangga sebagai awal dari perdagangan antartetangga yang akhirnya akan menjadi budaya dengan anggota dan cakupan lebih besar.
Kebiasaan baru yang dimulai dari gotong royong yang disegarkan itu secara langsung akan bisa memengaruhi dan mengubah jiwa, sikap, semangat, dan tingkah laku kerja keras biarpun awalnya mulai dari tukar-menukar antartetangga, yang jika terjadi terus-menerus menjadi kebiasaan yang membudaya sebagai ”norma baru”, yang dianut masyarakat luas.
Kebiasaan berkembang menjadi norma baru itu adalah norma yang pastinya diharapkan makin meluas kalau pada Hari Koperasi 2020. Di tengah suasana kerja dari rumah, praktik gotong royong yang tinggi antarkeluarga bisa dikembangkan dengan perhatian, kepedulian. Hal itu menjadi awal berkembangnya koperasi di mana kepentingan anggotanya ditempatkan di atas kepentingan organisasi koperasi yang selalu bertindak demi kepentingan, kemajuan, dan kemandirian anggotanya.