Lansia Produktif dan Mandiri
Bila direfleksikan, ATZI menjadi jalan yang disebut para futurist sebagai collaborative gaming. Antara dua bahkan lebih pemain menentukan imajinasi masa depan pilihan bersama, the preferred future.
The future exists first in imagination, then in will, then in reality.
Barbara Marx Hubbard
Menurut futurist Barbara Marx Hubbard, keinginan membentuk masa depan diawali dengan imajinasi. Maka, mari berimajinasi membayangkan struktur demografi lansia di Indonesia 10-15 tahun lagi.
Susenas tahun 2010 memprediksikan jumlah lansia tahun 2035 mencapai 15 persen dari populasi Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah lansia tahun 2020 mencapai 27,08 juta jiwa, 9,1 persen dari populasi. Sepuluh tahun lagi, jumlah itu menjadi 40,95 juta jiwa.
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika persentase lansia lebih dari 7 persen. Ada 19 provinsi di Indonesia yang telah berstruktur tua. DKI Jakarta tidak termasuk, hanya memiliki 7 persen dari total lansia Indonesia. Namun, ini terjadi karena kepindahan para lansia dari Jakarta ke provinsi lain setelah tidak produktif.
Lansia produktif
Kini, imajinasikan hal apa saja yang akan mengurangi beban masa depan dengan struktur demografi tersebut? Indonesia beruntung jika bonus demografi bisa diberdayakan tidak hanya pada orang muda, tetapi juga pada lansia produktif sehingga tidak menjadi beban yang muda dan negara. Maka, lansia produktif menjadi imajinasi bersama.
Baca juga : Lansia dan Era Normal Baru
Langkah kedua, menurut Hubbard, adalah kehendak. Kehendak untuk menjadi lansia produktif sekaligus mengurangi beban usia produktif 10-15 tahun lagi. Melalui kehendak, masa depan dapat disusun dari saat ini.
Adalah Alzheimer Indonesia (Alzi), organisasi nonprofit yang membantu dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD), alzheimer, beserta keluarga, dan caregivers ODD di Indonesia (https://alzi.or.id/tentang-alzheimer-indonesia/).
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika persentase lansia lebih dari 7 persen.
Alzi bekerja dengan sukarelawan di 22 chapters yang tersebar di 17 kota di Indonesia dan 5 negara di luar Indonesia. Alzi mengadakan berbagai edukasi, aktivitas, konseling, serta advokasi terhadap isu ODD dan alzheimer. Tagline mereka: Jangan Maklum dengan Pikun.
Jelaslah, jika pikun produktivitas lansia kelak terganggu. Kehendak untuk lansia produktif dengan demikian diawali sejak saat ini untuk semua kalangan. Untuk itu, kerja sama Alzi dengan kolaborator muda sungguh sasaran tepat.
Via edukasi
Edukasi para pemuda menyebarkan semangat agar 10-15 tahun lagi paling tidak komunitas tersebut terjaga produktivitasnya; demikian pula pendekatan pada para pemuda menjadi titik tumpu edukasi caregivers bagi lansia, minimal bagi keluarga dan komunitas terdekatnya.
Tepat sekali Alzi merangkul perguruan tinggi. Dalam 22 chapters-nya, paling tidak 80 persen wilayah itu memiliki perguruan tinggi. Salah satu yang paling solid adalah kolaborasi Alzi dengan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Kolaborasi ini adalah will, a complete will. Wujud kolaborasi itu adalah ATZI (ATZI Center: Atma Jaya-ALZI Coworking Space, Education, Networking, Therapy, Activation, Risk Reduction-Healthy Ageing; https://tinyurl.com/UAJxATZI). ATZI menjadi kehendak dua institusi untuk mengawal gerakan menggapai masa depan pilihan, lansia produktif, mandiri, dan bermakna.
Bila direfleksikan, ATZI menjadi jalan yang disebut para futurist sebagai collaborative gaming. Antara dua bahkan lebih pemain menentukan imajinasi masa depan pilihan bersama, the preferred future.Hubungan erat dengan ATZI menjadikan komitmen bersama untuk kontribusi bermakna. Peran ahli diambil oleh Unika Atma Jaya melalui para peneliti dan dosen berbagai bidang dari kedokteran, kesehatan, hukum, ekonomi, psikologi; untuk berkontribusi dalam edukasi, penelitian, dan pengembangan komunitas. Selanjutnya, dalam fase kedua, keterlibatan orang muda yang menjadi garda depan universitas mulai diperkenalkan dengan isu lansia produktif.
Baca juga : Beri Lansia Kesempatan Bekerja
Dari sini, timbul aktivitas- aktivitas lintas generasi, mulai dari sesi berbagi, peluncuran buku, sampai acara nyanyi bersama lintas generasi. Berikutnya, mahasiswa berinisiatif menginisiasi konser amal untuk ”Dementia Beat with Care”, DBC. Dengan kreativitas yang terus mengalir, konser the new normal melalui daring menjadi pilihan untuk diselenggarakan pada 14 November 2020. Melalui aktivitas dan pemaknaannya, gemanya pasti tersebar, menggulung, menggema, membesar menjadi permainan yang makin kuat.
Dalam tugas saya di tingkat universitas untuk bekerja sama dengan Alzi, saya syukuri jadi pengalaman yang sangat bermakna bagi diri pribadi, unit yang berkolaborasi langsung, dan jejaring universitas.
Baca juga : Memuliakan Orang Lansia, Memuliakan Kita
Yang pertama dan utama adalah kolaborasi bagi masa depan pilihan: bagaimana kolaborasi antara universitas dan lembaga nonprofit bisa ke tujuan yang lebih besar, bermakna, dan memengaruhi pembentukan masa depan pilihan.
Kedua, kolaborasi lebih efektif ketika kebutuhan masa depan bersama itu dibawa pada kehendak bersama untuk maju berkontribusi nyata.
Dengan kreativitas yang terus mengalir, konser the new normal melalui daring menjadi pilihan untuk diselenggarakan pada 14 November 2020.
Ketiga, jelaslah pendekatan Alzi di universitas sebagai ujung tombak adalah pendekatan terbaik bagi pengarusutamaan isu ini, ujungnya pemain kolaborasi berkembang melalui persona yang terlibat.
Permainan kolaboratif kini telah memasuki fase yang disebut Hubbard sebagai reality. Para pemain tinggal meneruskan refleksi bersama dalam aksi selanjutnya untuk mencapai lansia produktif, mandiri, dan hidup bermakna. Semoga.
Elisabeth Rukmini, Pengajar Prodi Farmasi Unika Atma Jaya.