Kepolisian RI punya modal positif seiring 62,1 persen responden jajak pendapat ”Kompas” menilai baik citra Polri. Namun, Polri perlu serius membenahi aspek integritas.
Oleh
Editor KOMPAS
·3 menit baca
Kepolisian RI punya modal positif seiring 62,1 persen responden jajak pendapat Kompas menilai baik citra Polri. Namun, Polri perlu serius membenahi aspek integritas.
Dari jajak pendapat pada 23-25 Juni 2020 ini, generasi milenial muda (di bawah 30 tahun) menjadi kelompok yang paling skeptis terhadap polisi. Misalnya, kelompok ini terbesar dibandingkan kelompok usia milenial dewasa (31-40 tahun), generasi X (41-52 tahun), dan baby boomers (di atas 53 tahun) dalam menjawab setuju terhadap persepsi ”polisi mudah disuap”.
Kebetulan, belum lama ini, muncul polemik soal dijemputnya Ismail Ahmad, warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, oleh anggota Satuan Intelijen Polres Kepulauan Sula, dan diminta memohon maaf. Gara-garanya, Ismail mengunggah guyonan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) soal polisi jujur di media sosial. Isi guyonan itu, polisi jujur di Indonesia hanya patung polisi, polisi tidur, dan mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Hoegeng Imam Santoso.
Kepala Kepolisian Daerah Maluku Utara Inspektur Jenderal Rikwanto lalu menegur Kepala Polres Kepulauan Sula Ajun Komisaris Besar Muhammad Irvan dan jajarannya. ”Itu bukan masalah dan bukan kategori yang perlu (diberi) atensi oleh kepolisian,” kata Rikwanto (Kompas, 19/6/2020).
Isu integritas polisi bukan kali ini saja menerpa Polri. Tak heran, di internal Polri, ada kesadaran terkait tiga prioritas reformasi birokrasi Polri, yaitu berbenah dari budaya koruptif, budaya kekerasan, dan budaya arogansi kewenangan.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis juga menerbitkan telegram imbauan agar polisi beserta anggota keluarganya hidup sederhana dan tidak tampil mewah. Aturan ini dibuat sebagai rangkaian dari reformasi mental untuk menjauhi pelanggaran serta mewujudkan Polri yang lebih dekat dan dicintai masyarakat. Jika ada pelanggaran, dikenai sanksi (Kompas, 25 November 2019).
Pendapat kalangan milenial muda, dan guyonan ala Gus Dur yang diunggah Ismail, ibarat ”duri dalam daging” yang masih akan menghantui Polri. Penilaian negatif ini ”mengusik” performa Polri yang sejauh ini dinilai positif, misalnya dalam penanganan terorisme dan perbaikan transparansi pelayanan publik, meskipun masih ada kekurangan.
Semangat reformasi mental Polri sepatutnya dipastikan bergulir dan berdenyut dari pimpinan tertinggi Polri hingga jajaran terbawah.
Dengan 44.000 polisi dan ribuan satuan kerja di seluruh Indonesia, tak mudah bagi Polri untuk menjalankan reformasi birokrasi untuk mengikis budaya korupsi.
Namun, semangat menuju perbaikan harus terus berlanjut. Semangat reformasi mental Polri sepatutnya dipastikan bergulir dan berdenyut dari pimpinan tertinggi Polri hingga jajaran terbawah. Keteladanan para petinggi Polri sangat krusial karena akan menjadi contoh paling ideal bagi segenap personel di berbagai tingkatan dan wilayah.
Sosok mantan Kepala Polri Hoegeng yang melegenda layak menjadi model tentang bagaimana polisi menjaga integritas. Jika tidak, banyolan soal polisi jujur ala Gus Dur bakal terus terdengar lagi. Berbagai pernyataan terkait upaya reformasi internal kerap didengungkan. Publik menanti pembuktian.