Menjelang pemilu Singapura pada bulan depan, perseteruan antara Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan saudaranya, Lee Hsien Yang, kembali mencuat ke permukaan.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Pemilu Singapura akan menjadi pertaruhan keluarga Lee Kuan Yew, mengingat Lee Hsien Yang bergabung dengan partai oposisi, menantang Lee Hsien Loong.
Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang adalah putra pendiri Singapura, Lee Kuan Yew. Lee Hsien Yang mengkritik Partai Aksi Rakyat (PAP) yang didirikan ayahnya dan menjadi partai penguasa sejak kemerdekaan Singapura tahun 1965 hingga kini. Lee Hsien Loong sekarang menjabat Sekretaris Jenderal PAP dan Perdana Menteri (PM) Singapura.
Perseteruan antara Lee Hsien Yang dan Lee Hsien Loong dikabarkan terkait wasiat ayah mereka, Lee Kuan Yew, yang menginginkan penghancuran rumah pribadinya. Hsien Yang bersama kakaknya, Lee Wei Ling, akan melaksanakan wasiat itu, tetapi Hsien Loong terus menolaknya.
”PAP telah kehilangan arah,” kata Hsien Yang dalam video yang di-posting di media sosial Facebook milik Partai Kemajuan Singapura (PSP). Ia menambahkan, pemerintah saat ini ”sangat berbeda” dari ketika ayahnya menjadi PM Singapura.
Namun, Hsien Yang belum memutuskan apakah maju atau tidak pada pemilu yang akan digelar 10 Juli 2020 itu. Kepada kantor berita Reuters, ia menjawab singkat, ”Kita akan lihat nanti. Sudah waktunya untuk perubahan.”
Pemilu Singapura akan memilih 93 kursi dari 33 daerah pemilihan (dapil) dengan 2.653.942 pemilih dan 1.100 tempat pemungutan suara (TPS). Daftar calon di setiap dapil akan diumumkan pada 30 Juni 2020 (Kompas, 25/6/2020).
Pemerintah saat ini ’sangat berbeda’ dari ketika ayahnya menjadi PM Singapura.
PM Lee Hsien Loong menyatakan, pemilu digelar di tengah situasi pandemi Covid-19 yang relatif stabil untuk membentuk pemerintahan baru yang segar dalam lima tahun ke depan. Pidato di depan televisi inilah yang dianggap sebagai isyarat pergantian kepemimpinan Singapura dari dirinya kepada Heng Swee Keat, yang sekarang menjabat Wakil PM.
Pada pemilu 2006, pertama kali era kepemimpinan Lee Hsien Loong, PAP meraih 66,6 persen suara, turun menjadi 60,1 persen suara tahun 2011, dan pada pemilu 2015 naik menjadi 69,9 persen suara. Namun, sebagian pengamat menilai kematian Lee Kuan Yew pada tahun itu ikut membantu menaikkan perolehan suara PAP.
Apakah perseteruan keluarga Lee Kuan Yew akan membuat perubahan politik di Singapura? Apakah persaingan Lee Hsien Yang dan Lee Hsien Loong benar-benar hanya karena surat wasiat? Atau Lee Hsien Yang belum atau tak rela ”melepaskan” kekuasaan karena Lee Hsien Loong ingin mengorbitkan Heng Swee Keat? Swee Keat pernah dipuji oleh Lee Kuan Yew sebagai sekretaris pribadi terbaiknya. Inilah ujian bagi keluarga Lee Kuan Yew, sekaligus melihat kematangan demokrasi Singapura.
Siapa pun yang menjadi pemenang pada pemilu 10 Juli nanti, bagi kita di Indonesia, tidaklah terlalu penting meskipun tetap menarik diikuti. Lantaran kita memiliki kedekatan, baik dari sisi wilayah maupun secara kultur. Apalagi, investasi Singapura di Indonesia tergolong amat besar.