Pembelajaran jarak jauh dipilih sebagian pemangku sekolah meski ada sebagian siswa ingin masuk sekolah, baik karena rindu teman maupun kendala lainnya.
Oleh
EDITOR KOMPAS
·3 menit baca
Pembelajaran jarak jauh atau PJJ dipilih sebagian pemangku sekolah meski ada sebagian siswa ingin masuk sekolah, baik karena rindu teman maupun kendala lainnya. Perkiraan ini kita baca dalam berita Kompas, Rabu (10/6/2020), yang menyebut bahwa belajar jarak jauh diprediksi berlanjut. Ini disebut merupakan aspirasi mayoritas orangtua murid dan sejumlah asosiasi guru.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Evi Mulyani menegaskan, jadwal tahun ajaran baru tetap dimulai pekan ketiga Juli 2020. ”Tetapi, itu tidak berarti sekolah otomatis dibuka untuk kegiatan belajar tatap muka langsung,” ujarnya. Metode pembelajaran yang akan diterapkan tergantung pada perkembangan Covid-19.
Sebagian besar sekolah akan tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan ini bisa dilakukan dengan berbagai pilihan cara, apakah via internet, televisi, radio, dan via modul yang bisa dipelajari mandiri.
Kita sepandangan, tahun ajaran tetap dimulai sesuai jadwal, tetapi metodenya dipilih yang aman bagi siswa, juga memberikan rasa aman bagi orangtua, dan efektif bagi penyelenggara pendidikan. Menurut Evi, sebagian besar sekolah akan tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan ini bisa dilakukan dengan berbagai pilihan cara, apakah via internet, televisi, radio, dan via modul yang bisa dipelajari mandiri.
Soal PJJ, kita garis bawahi dua hal. Pertama, akses internet harus disediakan merata, antara daerah maju di perkotaan dan daerah pinggiran. Selebihnya patut dipertimbangkan sisi-sisi lainnya. Teknologi memang sudah maju dan tersedia, tetapi guru dan orangtua harus bisa mengikuti, seperti diingatkan pengamat pendidikan Indra Charismiadji.
Lainnya berharap sekolah bisa memfasilitasi guru untuk mengikuti pelatihan kreatif, khususnya dalam penyediaan dan penyampaian materi ajar. Ini tidak kalah penting mengingat sekadar menyampaikan materi dan memberi tugas secara rutin, biasa, melalui daring mudah membuat siswa jenuh. Liputan lain juga mengangkat guru Sri Wahyu Sarwoko dari SMK Negeri I Tengaran, Kabupaten Semarang, yang berupaya menanamkan penghargaan kepada kehidupan. Untuk praktik kompetensi teknik kendaraan ringan, ia mengizinkan siswanya belajar dari pemilik bengkel di sekitar rumah atau sekolah.
Contoh lain, Sri Wahyu juga mendorong siswa membantu orangtua bekerja di peternakan atau pertanian keluarga. Jika orangtua beralih dari pekerja industri jadi penjual makanan karena Covid-19, siswa juga diizinkan membantunya.
Di sini kuncinya memang fleksibel dan akomodatif, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Kita yakin metode pembelajaran, kalaupun masih ada tantangan di sini, bisa diatasi dengan kemauan untuk berikhtiar kreatif dan inovatif. Di sini kuncinya memang fleksibel dan akomodatif, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Kita berharap kemudahan akses dapat dicarikan solusinya sehingga terjangkau dan merata antara pusat dan daerah, dan kepada guru diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi metode PJJ dengan konten yang inspiratif. Dengan cara inilah pendidikan di masa pandemi bisa dilanjutkan dengan mengakomodasi kerisauan orangtua dan sekolah, dan tidak mengganggu agenda pembelajaran yang sudah terjadwal.