Menangkal Ambiguitas
Pandemik Covid-19—seperti disebutkan Alissa Wahid—adalah situasi VUCA: volatility, uncertainty, complexity, ambiguity. Menanggulangi VUCA perlu watak kepemimpinan yang tepat, cepat, dan tegas.
Pandemik Covid-19 seperti disebutkan Alissa Wahid adalah situasi VUCA: volatility, uncertainty, complexity, ambiguity. Menanggulangi VUCA perlu watak kepemimpinan yang tepat, cepat, dan tegas.
Meskipun istilah ini awalnya ada dalam dunia bisnis, VUCA tepat sekali untuk menilai kepemimpinan dan permasalahan kenegaraan menghadapi Covid-19.
Ambiguitas menimbulkan ketidakpastian karena ketidakjelasan kebijakan. Ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai meluas, tiba-tiba Menteri Perhubungan yang baru sembuh dari Covid-19 mengumumkan relaksasi transportasi. Ini jelas memicu ambiguitas.
China sudah memberikan teladan untuk all out dengan fokus pada kesehatan dan kemanusiaan. Faktor ekonomi nomor dua. Meskipun situasi ekonomi tidak menentu, pemimpin harus tegas mengambil keputusan.
Mengingat kendala waktu, tidak ada salahnya belajar dari negara lain yang kondisinya mirip. China dan Malaysia, misalnya, bisa menjadi contoh keberhasilan menekan perkembangan wabah dengan baik. Kini Indonesia malah mengandalkan permodelan matematika yang berdasarkan asumsi. Hati-hati, kajian bisa keliru.
Bukti empiris menunjukkan bahwa banyak negara berhasil menahan laju Covid-19 dengan tes massal, disiplin mematuhi pembatasan, mencegah orang berkumpul di tempat umum, berdiam di rumah, serta saat perlu keluar rumah memakai masker dan jaga jarak.
Jerman mampu menahan laju penularan karena melakukan tes 20.000 orang per hari. Malaysia dapat mempertahankan jumlah kasus di bawah 7.000 dengan 5.692 tes per 1 juta penduduk. Indonesia dalam periode yang sama jumlah kasus meledak menjadi 12.438. Jumlah tes baru 469 per 1 juta penduduk, jauh dari memadai.
Melarang mudik sudah tepat, jangan dibuat abu-abu lagi dengan peraturan tambahan yang ambigu dan membingungkan. Percepat pengadaan peralatan kesehatan.
Jangan sia-siakan upaya kami ”di rumah saja” dengan buru-buru melonggarkan PSBB. Kaji ulang kebijakan itu. Karena bila terlalu dini, bisa menjadi bumerang dan menambah beban kita semua.
Hadisudjono Sastrosatomo
Jalan Pariaman, Pasar Manggis, Jakarta 12970
Tanggal Merah dan ”Kompas”
Saat tanggal merah, umumnya orang beristirahat di rumah dan lepas dari rutinitas. Jika boleh jujur, sebenarnya saya justru lebih berhasrat membaca harian Kompas pada saat libur itu.
Mohon pihak manajemen mempertimbangkan harian Kompas tetap terbit pada tanggal merah.
C Supartomo
Bukit Pamulang Indah, Pamulang 15417
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas masukan yang disampaikan. Saat ini, Anda bisa mengakses koran digital kami, Kompas.ID, yang hadir setiap hari, termasuk pada tanggal merah.
Masih Ditagih
Kami sebelumnya pemegang kartu kredit bank BII 4423-7400-xxxx-xxxx. Sejak 2016, kartu tidak kami pergunakan. Kami sudah menelepon ke call center meski saluran putus-putus.
Tanggal 5 Oktober 2018, saya memohon penutupan kartu kredit lagi dengan nomor laporan RO2X1W5. Jadi, kami anggap urusan sudah selesai.
Namun, baru-baru ini kami menerima e-mail bahwa ada iuran kartu kredit yang belum dibayar dari PT Collectius Assets Management.
Kami mendatangi PT Collectius Assets Management pada 24 Januari 2019, tetapi belum ada solusi. Nama kami jadi masuk kolektibilitas tidak lancar (kol 5) dan black list Bank Indonesia.
Suwir Laut
Duri Kosambi, Jakbar
ATM Macet
Tanggal 1 April 2020 saya menarik uang pensiun sebesar Rp 2 juta di ATM Bank Mandiri, tetapi uang tidak keluar. Saya ulang sekali lagi, juga tidak keluar.
Tanggal 2 April saya coba tarik lagi, tetap tidak bisa. Akhirnya saya menelepon kantor pusat Bank Mandiri Taspen Jakarta dengan nomor layanan 14024. Dijelaskan bahwa hari itu memang ada gangguan jaringan. Terlihat ada transaksi penarikan meski uang tidak keluar.
Petugas membuat laporan, saya diminta menunggu 20 hari kerja dan cek saldo di Bank Mandiri tiap saat.
Tanggal 4 April saya telepon kantor cabang Bank Mandiri Taspen Samarinda, tempat saya membuka rekening. Karena saya sudah pindah ke Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, akhirnya saya diminta lapor ke cabang Surabaya. Saya diberi kontaknya.
Saat saya telepon, saya diminta lapor ke kantor cabang Sidoarjo. Di kantor cabang Sidoarjo, saya mendapat informasi bahwa setiap hari hanya bisa melayani 50 nasabah yang menarik uang dengan buku tabungan. Saya dibantu mencetak transaksi di buku tabungan saya. Terlihat ada penarikan 1 April yang gagal.
Biaya transportasi Waru-Sidoarjo Rp 150.000, lumayan membebani saya, pensiunan. Namun, saya berharap urusan pengembalian uang pensiun saya cepat selesai.
Oleh petugas bank saya diminta datang lagi, lebih pagi pada hari berikutnya. Ketika saya datang beberapa hari kemudian, petugas setelah mengecek data nasabah menjelaskan, masalah saya masih dalam proses kantor pusat.
Tanggal 20 saya telepon ke kantor pusat, dijelaskan masih dalam proses. Tanggal 1 Mei uang belum juga kembali.
Syachrani
Jalan Flamboyan RT 32 RW 03, Tropodo,
Waru, Sidoarjo, Jawa Timur