Di tengah pandemi Covid-19, Arab Saudi meneken kontrak pembelian senjata dengan Boeing. Di sisi lain, dalam bulan ini juga, Arab Saudi mengimpor gandum dari Rusia.
Kontrak baru Boeing-Riyadh diumumkan oleh Pentagon, Kamis (14/5/2020), sepekan setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan mulai menarik sistem pertahanan udara Patriot dari Arab Saudi. Arab Saudi membeli 1.050 rudal canggih, terdiri dari 650 rudal jelajah SLAM ER dan 400 rudal antikapal Harpoon Block II. Dua kontrak yang ditandatangani itu bernilai lebih dari 2 miliar dollar AS (Kompas, 15/5/2020).
Terakhir, Boeing mengirimkan sistem senjata SLAM ER ke Arab Saudi tahun 2008. Kontrak baru ini juga memastikan kelanjutan program Harpoon hingga 2026 dan memulai kembali jalur produksi SLAM ER. ”Kami senang bisa melanjutkan warisan panjang kemitraan kami untuk membangun senjata yang membela AS dan mitra internasionalnya,” kata Cindy Gruensfelder, Wakil Presiden Boeing Weapons.
Di sisi lain, kantor berita Reuters melaporkan, sudah dua kali dalam bulan Mei ini, Rusia mengapalkan gandum ke Saudi. Pengiriman gandum pertama sebanyak 60.000 ton sudah tiba di Arab Saudi sekitar seminggu lalu. Kargo kedua sebanyak 61.700 ton baru meninggalkan Rusia, eksportir gandum utama dunia, awal Mei lalu, dan diperkirakan tiba akhir bulan ini. Pengimpor gandum itu adalah perusahaan negara SAGO.
Pandemi Covid-19 telah memukul ekonomi dunia, termasuk Arab Saudi, AS, dan Rusia. Pembelian senjata atau gandum hanya sedikit membantu pergerakan ekonomi kedua negara. Kasus positif Covid-19 AS terbanyak di dunia dengan jumlah 1.457.593 positif, 86.912 meninggal, dan 318.027 sembuh. Sementara Rusia berada di posisi ketiga dengan 262.843 kasus positif, 2.418 meninggal, dan 58.226 sembuh.
Ekonomi Arab Saudi juga terdampak pandemi Covid-19, antara lain akibat permintaan minyak dunia melemah dan harga minyak yang terus merosot. Maskapai di Arab Saudi, misalnya, diperkirakan rugi hingga 7,5 miliar dollar AS karena pandemi yang menghancurkan permintaan perjalanan.
Pada rapat Selasa (12/5), kabinet Arab Saudi mendesak negara-negara penghasil minyak tidak hanya mematuhi pemotongan produksi yang sudah disepakati. Mereka juga berharap negara produsen mau mengurangi produksi, di luar kesepakatan, untuk membantu memulihkan keseimbangan pasokan minyak di pasar global.
Mengapa di tengah kondisi ekonomi yang sulit Arab Saudi meneken kontrak dengan Boeing? Apakah Arab Saudi melihat ancaman besar Iran? Ataukah ada sebab lain yang membuat Saudi harus segera menandatangani perjanjian meskipun pelaksanaan kesepakatan itu masih tahun 2028.
Pertanyaan ini segera muncul mengingat Iran, musuh besar Arab Saudi dalam perebutan pengaruh di Timur Tengah, sibuk mengatasi pandemi. Ataukah pembelian gandum dan senjata itu menjadi sinyal kedekatan Saudi dengan AS dan Rusia? Atau agenda tersembunyi lain Saudi menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi.