Hari Waisak 2020/2564, Kamis (7/5/2020) besok, adalah menge- nang tiga peristiwa suci Siddharta Gautama. Kelahiran, pencerahan sempurna, dan wafatnya.
Oleh
Editor Kompas
·2 menit baca
Hari Waisak 2020/2564, Kamis (7/5/2020) besok, adalah mengenang tiga peristiwa suci Siddharta Gautama. Kelahiran, pencerahan sempurna, dan wafatnya.
Selama masa hidupnya, Siddharta (Buddha) Gautama (623-543 SM) melalui tiga peristiwa suci itu, tidak hanya mengajarkan hukum kemuliaan (Dhamma), tetapi juga mengembangkan kebaikan, persaudaraan, dan kemanusiaan. Perbedaan di antara manusia bukanlah halangan untuk antarmanusia berkembang bersama dalam persaudaraan dan kedamaian.
Seberapa banyak kau mencintai, seberapa lembut kau menjalani hidup, dan seberapa ikhlas kau melepas sesuatu yang ditakdirkan bukan untukmu.
Sebagai seorang bijak, banyak sekali pesan dari Buddha Gautama yang relevan dengan kondisi saat ini. Misalnya, pesan bahwa ”Pada akhirnya hanya ada tiga hal yang tersisa, yaitu seberapa banyak kau mencintai, seberapa lembut kau menjalani hidup, dan seberapa ikhlas kau melepas sesuatu yang ditakdirkan bukan untukmu.”
Pesan itu semakin relevan dan mendapatkan konteks ketika dunia, termasuk Indonesia, dilanda pandemi Covid-19. Dari 212 negara/kawasan, virus korona baru tercatat sudah menjangkiti lebih dari 3,66 juta orang dengan 253.157 orang di antaranya meninggal dan sekitar 1,21 juta orang sehat kembali. Worldometers.info melaporkan, di Indonesia terdapat 12.071 kasus positif Covid-19 dengan 872 orang meninggal dan 2.197 orang sembuh.
Dalam situasi pandemi yang belum mencapai puncak itulah, tahun ini perayaan Waisak digelar. Meskipun tanpa kemeriahan, jika dibandingkan perayaan Waisak tahun-tahun sebelumnya, tiga peristiwa suci Buddha Gautama merupakan wahana bagi manusia untuk merenungkan kehidupan dan kemanusiaannya.
Pandemi Covid-19 seperti kesempatan bagi manusia untuk mencapai pencerahan meskipun tak sesempurna Buddha Gautama, setelah kelahirannya dan sebelum kematiannya. Tidak ada satu pun orang, bahkan negara, yang bisa mengatasi penyebaran Covid-19 sendirian. Mereka membutuhkan orang lain dan bangsa lain secara langsung atau tidak langsung. Manusia membutuhkan dukungan dari manusia lain untuk bisa lepas dari pandemi. Kebersamaan antarmanusia, dalam bentuk persaudaraan, hanya bisa terjadi jika ada cinta nan melimpah; kelembutan dalam kehidupan, bukan kekerasan; dan keikhlasan untuk memberi pada sesama.
Khusus di Indonesia, pesan kemanusiaan, kemuliaan, dan perdamaian dari perayaan Waisak, yang bisa dirasakan dalam makna persaudaraan, perlu segera diwujudkan sesuai realitas di sekitar kita. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020, pekerja dan pelaku usaha kecil yang kehilangan pendapatan akibat pandemi Covid-19 lebih dari 2,08 juta orang. Hingga 8 April 2020, 74.430 perusahaan merumahkan 1,2 juta pekerja. Sekitar 6 juta warga Indonesia berpotensi kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat wabah virus korona baru. Mereka memerlukan perhatian kita.
Tak mungkin pemerintah bekerja sendiri. Warga negeri ini yang mampu, dengan segala keterbatasannya, perlu ikut turun tangan, membantu sesama dalam semangat persaudaraan. Tak perlu gaduh, sambil terus berupaya pandemi segera berlalu.