Sebagai ibu yang bekerja di sebuah bank swasta, saya jarang memperhatikan makanan keluarga. Saya dan suami pada hari kerja makan di kantor. Anak saya dua, yang pertama kelas II SMP dan yang kedua kelas VI SD.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Sebagai ibu yang bekerja di sebuah bank swasta, saya jarang memperhatikan makanan keluarga. Saya dan suami pada hari kerja makan di kantor. Kedua anak saya, yang pertama kelas II SMP dan yang kedua kelas VI SD, juga biasanya makan siang di sekolah. Jadi, biasanya kami berkumpul untuk makan malam. Sering kali tak semua anggota keluarga dapat berkumpul karena suami saya pegawai negeri yang sering bertugas ke luar daerah.
Pada masa bekerja dari rumah, saya dapat kesempatan untuk memperhatikan gizi keluarga saya. Selama ini, ketika akan berangkat ke kantor, saya hanya memberi instruksi kepada asisten rumah tangga apa yang harus dimasak dan terus terang saya kurang merencanakan dengan baik. Saya hanya menjaga agar kedua anak saya tidak bosan. Saya sendiri makan malam hanya sedikit karena saya menjaga berat badan saya yang cenderung meningkat.
Setiap Sabtu dan Minggu, kami berusaha jalan bersama. Saya dan suami jalan kaki, kedua anak saya kadang naik sepeda kalau malas jalan kaki. Jika ada hari bebas kendaraan, kami biasanya jalan bersama dan juga mencari makanan kesukaan anak-anak. Anak pertama saya putri, agak sukar makan. Dia amat pemilih jika makan. Kalaupun makan hanya sedikit, cepat sekali merasa kenyang. Badannya agak kurus, tetapi dia rajin berolahraga. Dia termasuk anggota tim bola basket di sekolahnya.
Anak kedua saya laki-laki, amat suka makan, terutama makanan yang digoreng. Dia hobi makan ayam goreng, kentang goreng, serta es krim. Badannya gemuk dan tinggi. Dia juga suka berolahraga. Dia ikut berlatih karate sejak kelas I SD dan sekarang sudah jadi asisten pelatih. Suami saya gemuk. Dia sering makan di luar rumah dan kurang punya kesempatan berolahraga. Sebenarnya dia suka berenang, tetapi dia hanya berenang ketika tinggal di hotel yang ada kolam renangnya. Itu pun jika ada waktu luang.
Kami sekarang ini sehat-sehat saja, tetapi saya ingin mengatur gizi keluarga. Dulu saya pernah belajar bahwa gizi yang baik adalah gizi yang empat sehat lima sempurna. Empat sehat terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk-pauk (tempe, daging), sayuran, buah-buahan. Untuk sempurna ditambah susu. Pada umumnya keempat unsur tadi sudah ada dalam gizi keluarga kami, tetapi jumlah dan jenisnya belum teratur baik.
Saya mendengar sekarang ada konsep gizi seimbang yang lebih rinci mengatur gizi keluarga sehingga jumlah dan jenis makanan sesuai dengan kegiatan anggota keluarga. Saya merasa bersyukur, dalam era bekerja dari rumah, penghasilan saya dan suami masih tetap sehingga dapat mengatur gizi keluarga lebih leluasa. Saya ingin mendapat penjelasan tentang gizi seimbang. Apa yang harus saya lakukan agar keluarga kami mengonsumsi gizi yang seimbang? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di B
Wah, Anda telah memanfaatkan suasana kerja dari rumah untuk meningkatkan kesehatan keluarga Anda dengan memperhatikan gizi keluarga. Gizi mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan. Pemerintah memang sedang memasyarakatkan pengamalan gizi seimbang. Ada empat pilar gizi seimbang, yaitu 1) konsumsi makanan yang beragam, 2) hidup bersih, 3) aktivitas fisik, dan 4) pengukuran berat badan secara teratur untuk menjaga berat badan yang normal.
Jadi, sebenarnya pada gizi seimbang, pengaturan gizi dikaitkan dengan hidup bersih, olahraga, serta menjaga berat badan yang normal. Setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhan gizi masing-masing. Kedua anak Anda sedang tumbuh dan berkembang. Mereka juga punya aktivitas fisik tinggi. Karena itu, kebutuhan kalorinya tentu juga tinggi. Mereka juga membutuhkan protein yang baik dan cukup dalam masa pertumbuhan.
Survei keadaan gizi di masyarakat Indonesia masih menunjukkan data yang kurang kita harapkan. Pemberian ASI eksklusif masih 65 persen. Padahal, kita tahu, ASI eksklusif amat penting bagi tumbuh kembang bayi sampai umur enam bulan. Remaja kita masih malas minum. Konsumsi cairan pada remaja masih kurang. Baik pada masyarakat kota maupun desa, konsumsi gula, garam, dan lemak jenuhnya tinggi. Sebaliknya, konsumsi protein kurang dan kualitas protein tidak baik.
Pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun, konsumsi buah dan sayurnya juga kurang. Ini berarti keluarga Indonesia perlu memperhatikan gizi seimbang. Anda dapat mulai menilai apakah gizi keluarga Anda sudah dapat dimasukkan sebagai gizi seimbang. Gizi yang memenuhi kebutuhan setiap anak untuk tumbuh dan berkembang serta orang dewasa sesuai kebutuhan untuk aktivitas sehari-hari. Apakah konsumsi gula, garam, dan lemak jenuh sudah dibatasi? Kebanyakan makanan jajanan yang dijual mengandung gula, garam, atau lemak jenuh tinggi.
Pengukuran berat badan perlu dilakukan secara teratur. Hendaknya tiap rumah tangga mempunyai timbangan badan. Menurut survei rumah tangga yang dilakukan secara nasional, sekitar 19 persen laki-laki dan 32 persen perempuan Indonesia tergolong mengalami obesitas. Kita tahu, kelebihan berat badan berhubungan erat dengan berbagai penyakit kronis, seperti kencing manis, darah tinggi, dan penyakit jantung koroner.
Anak-anak Anda termasuk yang gemar berolahraga. Sebagian anak dan remaja sekarang lebih dekat dengan gawai dan kurang melakukan kegiatan fisik. Remaja perlu minum cukup, konsumsi air putih dianjurkan sekitar delapan gelas untuk orang sehat. Keanekaragaman makanan perlu diperhatikan. Makanan pokok, seperti nasi dan kentang, dikonsumsi tiga sampai empat porsi sehari.
Sayur tiga sampai empat porsi. Lauk dua sampai tiga porsi. Protein dua sampai empat porsi. Jika konsep empat sehat lima sempurna masih menekankan pada jenis makanan, pada gizi seimbang, selain jenis makanan, jumlahnya juga diperhatikan sesuai kebutuhan.
Pada informasi gizi keluarga yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan ada gambar piring kita yang menggambarkan bagaimana porsi bahan pokok, lauk, dan sayur di piring kita. Pada era permulaan kemerdekaan, nenek dan kakek kita mengonsumsi banyak karbohidrat (nasi) dan sayur, sedikit protein dan lemak. Penelitian di kota-kota besar menunjukkan bahwa pola makanan sudah berubah.
Konsumsi protein dan lemak menjadi tinggi, sedangkan karbohidrat serta sayur dan buah menurun. Kehadiran resto cepat saji di Indonesia juga memengaruhi pola makan kita, terutama remaja. Sebagai ibu, Anda perlu menyadari pengaruh restoran cepat saji terhadap kesehatan keluarga Anda.
Saya berharap kesempatan baik bersama tinggal di rumah dimanfaatkan oleh keluarga Indonesia untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Semoga keluarga Anda sehat selalu.