Jika epidemi menghasilkan perpecahan dan ketidakpercayaan di antara manusia, inilah kemenangan virus terbesar. Ketika manusia berselisih, virus berlipat ganda.
Oleh
Sigit Riyanto
·5 menit baca
Dunia dikejutkan dengan munculnya wabah penyakit yang diakibatkan oleh virus korona, atau yang sering disebut Covid-19 . Virus ini dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang-orang yang kesehatannya rentan, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
Infeksi virus ini, pertama kali dilaporkan terjadi di kota Wuhan, China, pada akhir Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke hampir semua belahan dunia. Negara yang terdampak tidak hanya negara-negara berkembang atau sistem kesehatannya belum mapan dan kuat. Negara-negara maju dengan sistem kesehatan nasional andal sekalipun tidak terhindar dari serangan virus ini. Virus ini dapat menyerang siapa saja, di negara mana saja.
Secara umum, ada instrumen normatif yang telah disepakati dan diterapkan masyarakat internasional berupa International Health Regulations (IHR). Instrumen ini menjadi rujukan bagi negara dan masyarakat internasional dalam rangka kerja sama untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang karena karakter dan urgensinya memerlukan pendekatan yang sifatnya global.
Namun, hingga saat ini tidak ada negara atau pihak manapun yang berani mengaku telah sukses dan tuntas melawan dan menangani virus korona ini. Mengingat makin rumitnya sistem kehidupan manusia modern, tampaknya masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan satu resep tunggal, atau kebijakan di bidang tertentu saja.
Ada kesadaran global bahwa kerja sama internasional menjadi bagian dari strategi bersama untuk mengatasi masalah ini.
Kewajiban "erga omnes"
Dalam situasi perang melawan virus seperti yang sekarang sedang dihadapi oleh masyarakat global. Sangat tidak masuk akal, jika mengharapkan masalahnya dapat disesesaikan dengan mengandalkan kemampuan pemerintah atau negara saja. Di samping negara, semua pihak termasuk individu harus menjadi bagian dan berpartisipasi dalam melawan musuh bersama umat manusia ini.
Permasalahan yang ada memerlukan pendekatan kesemestaan dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi semua dan untuk semuanya (erga omnes). Asas erga omnes adalah prinsip yang berlaku bagi setiap individu, orang atau negara tanpa perbedaan (applies as against every individual, person or state without distinction). Hak atau kewajiban yang bersifat erga omnes dapat dilaksanakan dan ditegakkan terhadap setiap orang atau lembaga.
Dalam sejarah manusia epidemi yang sekarang menyebar dan membunuh banyak orang seperti saat ini, bukan hal yang pertama. Catatan sejarah menunjukkan bahwa dunia pernah mengalami epidemi yang menjadi penyebab kematian ribuan bahkan jutaan orang di berbagai wilayah dunia. Dari waktu ke waktu, para ilmuwan, dokter, dan perawat di seluruh dunia telah bekerja, melakukan riset dan inovasi, untuk mengatasi dan melawan beragam virus dan penyakit lain yang mematikan.
Kini mereka mendapat panggilan dan kesempatan tak terelakkan dalam perjuangan mempertahankan kemanusiaan secara global. Posisi dan peran mereka sangat menentukan dan tidak tergantikan. Kini mereka juga mendapatkan panggilan dan kesempatan untuk mengabdi untuk sesama, melakukan riset dan inovasi dengan visi yang optimistis untuk menemukan solusi bagi masalah global ini.
Informasi ilmiah yang teruji, riset dan inovasi para ilmuwan yang relevan menjadi faktor kunci. Mereka memerlukan dukungan nyata dari semua pihak. Hambatan atau dukungan yang tidak memadai terhadap para dokter dan pekerja medis lain akan berakibat fatal dan bencana yang lebih besar menanti.
Kabar baiknya adalah; dalam situasi yang serba tidak menentu ini, selalu muncul banyak inisiatif, prakarsa yang relevan dirancang dan dilaksanakan oleh berbagai pihak untuk menjawab beragam persoalan berkaitan dengan munculnya wabah korona ini.
Prakarsa humanis itu terutama datang dan dikerjakan tanpa pamrih oleh para filantrop dan gerakan masyarakat sipil serta cendekiawan dan relawan dari beragam kelompok dan latar belakang. Gerakan humanis yang sangat baik ini harus dimanfaatkan oleh negara dan dilipatgandakan menjadi energi positif lebih efektif untuk mengatasi pandemi ini.
Edukasi diperlukan
Ribuan dokter dan pekerja kesehatan lain serta rumah sakit yang ada, tidak akan menghentikan penularan atau menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Edukasi publik tentang kesehatan pada umumnya dan bagaimana upaya mencegah menularnya virus ini merupakan hal krusial. Semakin banyak pihak yang kompeten yang menyuarakan langkah promotif dan preventif, dapat bermakna sangat besar bagi upaya perlindungan dan pencegahan.
Edukasi publik tentang kesehatan pada umumnya dan bagaimana upaya mencegah menularnya virus ini merupakan hal krusial.
Bagi para pemimpin politik dan pengambil kebijakan, epidemi bisa menjadi peluang emas untuk membuktikan kecakapannya dalam mengelola masalah kesehatan, keamanan dan kesejahteraan warga yang mengandung potensi krisis multidimensi ini. Para pemimpin negara dan pemerintahan serta pengambil kebijakan sedang diuji, apakah mereka sanggup mengambil keputusan yang relevan, tepat waktu (timely) dan terukur sehingga menyelamatkan warga terdampak dan memitigasi semua risiko yang menyertainya.
Keputusan yang relevan, tepat waktu dan terukur akan menimbulkan kepercayaan dan solidaritas publik. Tanpa kepercayaan dan solidaritas publik, keputusan dan tindakan yang ditetapkan oleh negara tidak akan efektif, bahkan gagal. Sebaliknya, keputusan dan langkah para pemimpin politik yang tidak tanggap terhadap situasi darurat dan didasari oleh kepentingan-kepentingan yang tidak relevan dengan upaya memnyelamatkan kemanusiaan; dapat menimbulkan bencana lebih besar.
Seperti argumen sejarawan Yuval Noah Hariri ( 2020), perjuangan krusial terjadi di dalam kemanusiaan itu sendiri. Jika epidemi ini menghasilkan perpecahan yang lebih besar dan ketidakpercayaan di antara manusia, inilah kemenangan virus terbesar. Ketika manusia berselisih, virus berlipat ganda.
Sebaliknya, jika epidemi menghasilkan kerja sama dan kebersamaan nyata antar manusia dan antar negara, kita dapat berharap menjadi kemenangan tidak hanya terhadap virus korona, tetapi juga terhadap semua gejala serupa di masa depan.
(Sigit Riyanto,Dekan Fakultas Hukum UGM, Anggota Dewan Riset Nasional)