Son Heung-min, yang Terbaik se-Asia
Keberadaan Son Heung-min, penyerang Tottenham Hotspur, dalam 100 pemain terbaik dunia versi majalah Four Four Two Januari 2020, menjadi pembuktian kebintangannya. Ia satu-satunya pemain Asia dalam daftar bergengsi itu.
Son Heung-min, pesepak bola Korea Selatan yang kini bermain di klub Inggris Tottenham Hotspur, bisa dibilang sebagai yang terbaik di Asia.
Betapa tidak? Hanya nama Son yang masuk daftar daftar 100 pesepakbola terbaik dunia versi majalah sepak bola Four Four Two, edisi Januari 2020. Adapun 99 pemain lainnya berasal dari benua-benua mapan di sepak bola seperti Eropa, Amerika, Amerika Latin, dan Afrika.
Four Four Two menulis, “Entah mengapa Son masih diremehkan. Pada 2019 ia makin percaya diri seiring absennya (penyerang Tottenham Hotspur) Harry Kane, dengan mencetak 20 gol di berbagai kejuaraan, meski di tengah pengabdiannya bagi tim nasional Korsel”. Itu cuplikan alinea di FFT yang cukup untuk mendeskripsikan kemampuan Son.
Bukan perkara gampang memasukkan nama dalam 100 pesepak bola terbaik Four Four Two. Maklum, cabang olahraga populer ini masih didominasi bintang-bintang asal Eropa yang selama ini kiblat dunia, juga negara-negara Amerika selatan seperti Brasil, Argentina, Uruguay.
Di posisi puncak 100 pemain terbaik ini tak lain Lionel Messi (Argentina/klub Barcelona), lalu Virgil van Dijk (Belanda/Liverpool) di urutan kedua, dan Mohamed Salah (Mesir/Liverpool) di posisi ketiga. Son berada di peringkat ke-30, di atas Luka Modric (Kroasia/Real Madrid/ke-31), dan di bawah Fabinho (Brasil/Liverpool/ke-29).
Sebelumnya, juga hanya sedikit bintang Asia yang masuk 100 terbaik FFT. Salah satunya pesepak bola Jepang Keisuke Honda, yang terseleksi pada Februari 2011.
Pengakuan FFT terhadap Son masuk akal. Mengingat, tak banyak juga pesepak bola Asia yang bisa berkarier bagus di Liga Inggris, juga liga-liga elite Eropa lainnya seperti Liga Spanyol dan Liga Italia. Di Inggris, sebelum ini Park Ji-sung lebih dulu melegenda bersama Manchester United, sejak 2005 hingga 2012. Selain Park, ada bek kiri Lee Young-pyo di di Tottenham Hotspur (2005-2008).
Setelah itu, jarang pesepak bola Asia yang mapan di liga Eropa. Mungkin hanya Yuto Nagatomo, bek kiri Inter Milan, yang berjaya di Liga Italia kurun 2011-2018. Atau Shinji Kagawa, yang juga di MU, periode 2012-2014. Gelandang Jepang Shunsuke Nakamura? Dia gemilang di Glasgow Celtic, klub Liga Skotlandia, bukan liga papan atas Eropa. Namun, ia meredup saat hijrah ke Espanyol di Liga Spanyol.
Bagaimana dengan Son? Ia membuktikan kualitasnya sejak direkrut Hamburger SV, klub Jerman, kurun 2010-2013. Perekrutan Son oleh Hamburg menjadi akhir dari proses panjang terpilihnya Son sebagai bagian dari Proyek Pembinaan Pesepak Bola Muda Korsel (Korean FA Youth Project).
Titisan Cha Bum-kun
Saat awal-awal bergabung di Hamburg, sejumlah pengamat sepak bola Jerman menilai, Son titisan Cha Bum-kun, legenda pesepak bola Korsel yang malang melintang di Liga Jerman, 1978 hingga 1989. Cha pernah membela Darmstadt 98, Eintracht Frankfurt dan Bayer Leverkusen, di zaman ketika jarang sekali pemain Asia “diakui” di Eropa.
Terbukti, tak perlu waktu lama bagi Son untuk memperlihatkan kualitasnya di Hamburg. Pada musim ketiganya, 2011-2012, Son impresif dengan mencetak 18 gol hanya dalam sembilan laga. Hingga musim 2012-2013 sebagai musim terakhirnya, pemain kelahiran Chuncheon, 8 Juli 1992 itu menciptakan 20 gol bagi Hamburg dalam 73 laga. Dalam semusim terakhirnya itu pula ia menyumbang 12 gol, dan menjadi pemain Asia pertama yang mencetak gol sebanyak dua digit di Eropa.
Kiprahnya berlanjut di Bayer Leverkusen, dengan banderol transfer 10 juta Euro, atau sekitar RP 180 miliar pada Juni 2013. Adaptasinya cukup cepat, dengan mengukir sejumlah pencapaian yang jarang diciptakan pesepak bola Asia. Sebut saja beberapa hattrick-nya, yakni saat Leverkusen menang 5-3 atas Hamburg, 9 November 2013, dan ketika kalah 4-5 dari VfL Wolfsburg, 14 Februari 2015. Son menyudahi pengabdiannya di Leverkusen dengan total 21 gol dari 62 laga.
Aksi gemilangnya di Liga Jerman membuat manajemen Tottenham Hotspur tertarik, dan resmilah ia bergabung dengan “The Lily White” sejak 28 Agustus 2015. Banderol transfernya kala itu 30 juta Euro (sekitar Rp 540 miliar), dan menjadi rekor baru transfer pemain Asia di Eropa. Rekor sebelumnya milik Hidetoshi Nakata (Jepang), yang direkrut senilai 25 juta Euro dari AS Roma ke Parma, di Liga Italia.
Baca juga: Senyuman Penangkal Lelah Son Heung-min
Setelah musim pertama yang tak terlalu manis pada 2015-2016, Son sempat frustrasi dan berhasrat hengkang dari Spurs. Namun, saat ia mengutarakan keinginannya ke pelatih Spurs kala itu, Mauricio Pochettino, sekitar Agustus 2016, justru Son diberi kesempatan lebih banyak untuk tampil.
Kepercayaan itu dibayar tunai dengan gol demi gol bagi Tottenham. Berturut-turut ia mencetak dua gol di satu laga, yakni saat menang telak 4-0 atas Stoke City pada 10 September 2016, dan ketika menundukkan Middlesbrough dengan skor 2-1, 24 September 2016. Itu baru beberapa contoh.
Produktivitas itu membuat Son menjadi pesepak bola Asia perdana yang mencetak lebih dari 50 gol di Liga Inggris. Jonathan White, penulis sepak bola South China Morning Post, menulis pencapaian Son itu dalam beritanya pada 17 Februari 2020. Gol ke-50 Son tercipta pada laga melawan Aston Villa di Villa Park, Birmingham, 16 Februari 2020, kala Spurs menang tipis 3-2.
Kanan-kiri sama baiknya
Kelebihan Son terletak pada penggunaan kedua kakinya, yang sama-sama bisa menciptakan tendangan bertenaga dan akurat. Seiring dengan kemampuannya itu, Son bisa dipasang baik sebagai second striker, penyerang sayap, striker murni, maupun kadang sebagai gelandang serang.
Ia sendiri siap dimainkan di posisi mana saja. “Saya tak peduli di mana pun saya dipasang. Yang terpenting saya ada di dalam permainan itu. Apa saja kata pelatih, saya akan lakukan. Saya tidak punya posisi favorit. Saya akan berada di manapun dan akan selalu menekan (lawan),” ujar Son, seperti dikutip media Jerman, Hamburger Morgenpost, dalam sebuah wawancara.
Pengakuan akan kepiawaian Son terlontar dari rekan setim di Spurs, Jan Vertonghen. Di mata Vertonghen, Son memang kerap diremehkan. Mungkin, salah satunya karena dia pemain Asia, negara dunia ketiga di sepak bola. Padahal, lanjut bek asal Belgia itu, Son sangat tidak egois saat berlaga, dan ia yakin rekannya itu salah satu penyerang terbaik di Liga Inggris.
“Saya telah bermain dengan banyak pemain hebat, dan menghadapi banyak bintang, dan Sonny (Son Heung-min) ini spesial, dia sangat rendah hati, dan saya pikir anda meremehkannya karena dia telah membuktikan kerja kerasnya selama ini, juga kualitasnya, termasuk kaki kiri dan kanannya yang luar biasa,” tutur Vertonghen, dalam wawancara dengan The Independent, Oktober 2019.
Antusiasme Son juga membuat kamar ganti Spurs makin bersemangat. “Saya pernah melihatnya tidak tersenyum. Saya tidak akan mengatakan kapan itu (saking lamanya). Tidak, dia orang yang sangat gembira. Sangat menyenangkan di kamar ganti. Dia berbaur dengan setiap orang, dan anda tahu mengapa, (karena) dia pemain hebat,” tambah Vertonghen lagi.
Pergerakan Son yang eksplosif, dan kemampuannya mengambil posisi juga menjadi kelebihannya. Dia sangat dikenal dengan kecermatannya dalam mendapatkan dan merebut ruang kosong di daerah permainan lawan. Kontrol bolanya yang akurat, dan eksekusinya ke gawang lawan yang mematikan, sangat sering dipertunjukkan, terutama saat tim menyerang balik.
Penulis The Telegraph, JJ Bull, dalam artikelnya 10 Februari 2018, mendeskripsikan aksi Son itu, saat si pemain mencetak gol ke gawang Liverpool, pada laga Oktober 2017 yang dimenangi Spurs dengan skor 4-1. Ketika itu Spurs bermain dalam formasi 3-4-3, dan Son dipasang di belakang penyerang Harry Kane, kadang di kanan, kadang di kiri.
Dalam satu kesempatan, Spurs merebut bola di lapangan tengah, dan Kane menggiring bola menuju pertahanan “The Reds”. Posisi Son, dengan larinya yang cepat, ketika itu sedikit di depan James Milner. Kane mengumpan bola ke Son, melewati Joel Matip yang membayangi. Milner berupaya mengejar Son, tetapi gagal. Bola dikuasai Son, yang dalam hitungan detik melesakkan bola ke gawang Simon Mignolet. Menurut Bull, tanpa kecepatan yang mumpuni, tak mungkin gol tercipta.
Beragam prestasi ini membawa Son meraih begitu banyak penghargaan prestisius, serta nomine penghargaan kelas dunia. Beberapa di antaranya, Pemain Terbaik Asia yang ia rebut lima kali, yakni 2014, 2015, 2017, 2018, dan 2019. Lalu nomine penghargaan Ballon d\'Ór 2019, dan pemain terbaik Tottenham Hotspur 2018-2019. Jangan lupa, ia juga turut membawa tim Korsel meraih medali emas sepak bola Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Dengan usia yang masih 27 tahun, terbentang jalan panjang bagi Son untuk terus berkarier gemilang di Eropa. Dengan karakternya yang rendah hati, publik Korsel dan pecandu sepak bola dunia menanti aksi-aksi lanjutan dari legenda baru Negeri Ginseng. Son Heung-min namanya.