Saya yakin bahwa seluruh bangsa dan Pemerintah Indonesia dapat segera melalui badai Covid-19 dalam waktu dekat dengan mengangkat semangat gotong royong dan peduli sesama. Korea Selatan akan senantiasa berjalan bersama.
Oleh
Kim Chang-beom
·5 menit baca
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Pekerja mencoba dan memeriksa jahitan pakaian alat pelindung diri yang siap digunakan untuk tenaga medis di konfeksi rumahan, Depok, Jawa Barat, Senin (1/4/2020). Sejumlah sukarelawan bersama-sama memberikan sumbangan untuk dapat memproduksi pakaian hazmat. Selanjutnya, APD dibagikan kepada tenaga medis di kawasan jabodetabek.
Saat ini seluruh umat manusia sedang menghadapi ancaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tak ada satu pun yang menduga kita akan menghadapi situasi seperti sekarang ini. Kita menganggap hal ini bukanlah persoalan kita sendiri.
Jared Diamond dalam bukunya yang berjudul Guns, Germs, and Steel: The Fate of Human Societies mengatakan, runtuhnya peradaban Inca dan Kerajaan Aztek disebabkan virus smallpox atau cacar yang dibawa Spanyol pada awal abad ke-16. Setelah itu, wabah seperti penyakit pes dan flu spanyol menjadi ancaman mematikan bagi umat manusia dan bahkan mengalihkan arus perkembangan peradaban.
Virus tak mengenal batas negara. Saat ini, tak ada satu pun wilayah di muka bumi ini yang aman dari Covid-19, termasuk Korea Selatan yang menjadi salah satu negara yang paling banyak terdampak Covid-19 setelah China pada awal penyebaran virus ini. Meski demikian, Korea Selatan kini dilihat sebagai panutan dalam penanganan Covid-19.
Korea Selatan dinilai dapat mengendalikan situasi dengan baik. Pengendalian itu dilakukan melalui langkah karantina yang bersifat preemtif dan transparan, yakni dengan menerapkan teknologi yang inovatif dan kreatif serta memadukan partisipasi publik secara sukarela dan demokratis.
Tak ada satu pun yang menduga bahwa kita akan menghadapi situasi seperti sekarang ini.
Berikut saya paparkan sejumlah prinsip yang dipegang Pemerintah Korea Selatan untuk menekan penyebaran Covid-19 selama ini. Pertama, tindakan cepat. Pada awal penyebaran Covid-19, kami segera melakukan pengembangan reagen dengan tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi, kemudian segera mengeluarkan izin penggunaannya. Selain itu, kami juga meningkatkan kapasitas diagnosis melalui pemeriksaan secara drive-thru sehingga dalam sehari dapat dilakukan lebih kurang 18.000 pemeriksaan.
Pemeriksaan melalui drive-thru itu sedang diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia sehingga masyarakat setempat dapat menjalani pemeriksaan yang cepat dengan meminimalkan kontak langsung. Pendekatan ini sangat tepat diterapkan untuk seluruh elemen masyarakat, termasuk orang yang diperiksa dan tenaga medis.
Kedua, strategi 3T (test, trace, treat) atau ’lacak, uji, dan obati’. Pihak berwenang di Korea Selatan melacak data perjalanan pasien yang telah dinyatakan positif dari hasil uji cepat dengan menggunakan catatan kartu kredit dan GPS ponsel. Dengan cara ini, orang-orang yang telah berkontak langsung dengan pasien itu dapat segera dites, kemudian dianjurkan melakukan karantina mandiri. Pasien kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat gejala.
Pasien yang sakit berat dibantu secara khusus agar dapat menjalani perawatan intensif hingga sembuh total. Pemeriksaan Covid-19 tak dipungut biaya. Biaya perawatan pasien pun ditanggung pemerintah. Kebijakan ini berlaku baik untuk warga negara Korea Selatan maupun warga negara asing.
REUTERS/YONHAP
Petugas menyemprotkan disinfektan di garasi bus di Gwangju, Korea Selatan, Selasa (3/3/2020).
Ketiga, kesadaran warga yang tinggi dan partisipasi sukarela. Unsur ketiga ini bagian terpenting dalam penanganan Covid-19. Di Korea Selatan, setiap warga dengan sukarela mematuhi aturan jaga jarak, disiplin melakukan pencegahan pribadi, dan selalu mengikuti informasi terbuka semenjak terjadinya kasus infeksi pada jemaah di sebuah gereja.
Setiap warga juga terus melakukan pencegahan efektif dan isolasi mandiri dengan memanfaatkan aplikasi self-diagnosis (diagnosis diri) dan aplikasi self-quarantine (karantina diri).
Indonesia di jalur benar
Tidak dapat dimungkiri, Indonesia rentan terhadap ancaman Covid-19 karena luas wilayah dan jumlah penduduknya. Seluruh elemen bangsa Indonesia sedang menggerakkan segala kekuatan, baik di lini ekonomi maupun sosial, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Seiring dengan hal ini, unsur yang tak kalah penting dan amat diperlukan guna sukses menangani Covid-19 adalah partisipasi publik.
Saat ini setiap elemen bangsa Indonesia patut mengangkat semangat gotong royong. Saya memandang Indonesia sedang berada pada jalur yang benar tanpa mengalami kegaduhan sosial yang signifikan, berbeda dengan beberapa negara lain yang sebagian rakyatnya melakukan aksi pemborongan.
Di Korea Selatan, setiap warga dengan sukarela mematuhi aturan jaga jarak, disiplin melakukan pencegahan pribadi, dan selalu mengikuti informasi terbuka semenjak terjadinya kasus infeksi pada jemaah di sebuah gereja.
Indonesia tidak sendirian. Korea Selatan senantiasa bersedia untuk bahu-membahu menghadapi pandemi ini dengan Indonesia. Korea Selatan telah mendapat permintaan dari 117 negara untuk memberikan bantuan terkait produk penanggulangan wabah Covid-19. Dalam hal ini, Korea Selatan memprioritaskan Indonesia sebagai salah satu negara yang akan menerima pengiriman test kit atau alat tes virus Covid-19.
Selain alat tes ini, Korea Selatan juga sebisa mungkin akan memberikan bantuan berupa produk lain. Para pelaku sektor swasta Korea Selatan yang berkegiatan di Indonesia pun berbondong-bondong ikut serta memberikan dukungan kepada Indonesia. Bagi Korea Selatan, Indonesia bukan sebatas mitra utama dalam New Southern Policy, melainkan sahabat setia dalam suka dan duka. Pemerintah dan rakyat Korea Selatan senantiasa mendukung Indonesia.
Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari wabah Covid-19 ini adalah prinsip ”peduli sesama untuk hidup sehat bersama”. Kita harus ingat untuk ”tetap jaga jarak”, tetapi tidak lupa ”dekatkan hati”. Memikirkan diri sendiri tidak akan menjamin keselamatan kita.
Langkah yang harus kita ambil bersama saat ini adalah bekerja bahu-membahu antara pemerintah dan masyarakat serta mengoptimalkan kerja sama antarnegara dan lembaga internasional. Dalam KTT Luar Biasa G-20 yang digelar 26 Maret lalu, Presiden Joko Widodo dan Presiden Moon Jae-in bersama-sama menitikberatkan solidaritas dan kerja sama dari seluruh negara di dunia.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Warga melewati depan mural bertema pandemi Covid-19 yang dibuat Serikat Mural Surabaya di Jalan Stasiun Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (2/4/2020). Kampanye mengenai bahaya dan cara pencegahan penyebaran Covid-19 dibuat di berbagai media, salah satunya mural.
Mantan Presiden RI almarhum BJ Habibie mengingatkan kita bahwa ”Masa lalu saya adalah milik saya. Masa lalu kamu adalah milik kamu. Tapi masa depan adalah milik kita”. Saya yakin bahwa seluruh bangsa dan Pemerintah Indonesia dapat segera melalui badai Covid-19 dalam waktu dekat dengan mengangkat semangat gotong royong dan peduli sesama. Korea Selatan akan senantiasa berjalan bersama dengan Indonesia dalam mewujudkan ”masa depan kita”.
(Kim Chang-beom, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia)