Wabah Covid-19 menjadi ujian bagi usaha rintisan untuk menghadapi situasi sulit. Cara-cara kreatif dan empati menghadapi wabah ini bakal menjadikan usaha rintisan bertahan dalam jangka panjang.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Wabah Covid-19 yang disebabkan oleh virus korona baru (SARS-CoV-2) tidak hanya menimpa perusahaan-perusahaan mapan. Usaha rintisan (start up) juga bakal terkena dampak.
Cepat atau lambat mereka harus membuat antisipasi. Di luar masalah pendanaan yang masih mendera, wabah kali ini juga menjadi batu ujian bagi usaha rintisan. Usaha yang selama ini telah mendisrupsi sangat boleh jadi juga bakal terdisrupsi oleh kehadiran virus ini.
Laporan terbaru menyebutkan jika wabah Covid-19 telah menjangkiti lebih dari 100.000 orang di 100 negara. Perusahaan-perusahaan besar telah melakukan kewaspadaan dan antisipasi penyebaran. Usaha rintisan juga telah melakukan beberapa antisipasi. Mereka telah meminta karyawan untuk bekerja di rumah untuk menekan kemungkinan penyebaran. Sebagian besar sudah siap tetapi tak sedikit yang gagap melakukannya.
Laporan Techcrunch menyebutkan, usaha rintisan sudah terpukul dengan penurunan produktivitas karyawan. Mereka yang selama ini membuat struktur organisasi ramping dengan sedikit karyawan tetapi dengan berbagai peran terpaksa meminta mereka untuk bekerja dari rumah. Akibatnya, peran seorang karyawan tidak bisa banyak lagi. Berada di rumah pun tidak memberikan kenyaman karena mereka harus mengurusi masalah rumah tangga dan juga melakukan sejumlah tindakan yang diminta pemerintah untuk menekan penularan penyakit.
Jika ada yang belum meminta karyawan bekerja di rumah, usaha rintisan itu mulai terdampak dengan makin seringnya karyawan absen atau minta izin karena harus berurusan dengan masalah pengecekan kesehatan. Sebuah survei yang dilakukan CNBC beberapa hari lalu menyebutkan, sekitar 40 persen responden mengatakan mereka terpaksa ”tertahan” di rumah karena fasilitas perjalanan komuter terhenti. Situasi ini juga membuat usaha rintisan bingung memutuskan perlakuan terhadap karyawan dalam hal penggajian, dikurangi atau tetap mendapatkan haknya secara utuh karena merupakan kejadian yang tidak diinginkan karyawan.
Kalangan pengamat mengatakan, beberapa usaha rintisan tidak siap untuk mengubah strategi ketika menghadapi karyawan yang harus bekerja di luar kantor. Mereka juga tidak siap untuk melakukan langkah lebih lanjut jika wabah ini belum bisa dikendalikan dalam jangka waktu lama.
Sejauh ini mereka hanya meminta karyawan yang melakukan perjalanan dari luar negeri untuk sementara mengarantina diri di rumah selama dua pekan. Repotnya, ada perusahaan yang tidak memberikan upah selama mereka berada di rumah. Seolah karyawan ini mendapat untung seperti waktu luang berada di rumah. Cara pandang ini tidak tepat.
Dampak yang lebih besar lagi adalah rantai pasok mereka terhenti. Beberapa usaha rintisan yang mengandalkan pasokan dari China untuk beberapa produk ataupun suku cadang dan barang modal akan terkena langsung. Setidaknya untuk beberapa lama.
Beberapa perusahaan mengalihkan pengadaan barang dari luar China. Ternyata seiring penyebaran penyakit ini, sumber-sumber baru pasokan juga tak mudah karena sudah banyak negara yang juga terserang wabah Covid-19. Berbagai proses yang lambat mengakibatkan akuisisi data juga menurun sehingga akan menurunkan kinerja usaha rintisan.
Risiko paling parah adalah penutupan fasilitas milik usaha rintisan. Rekomendasi dari otoritas tidak bisa ditawar lagi karena penyebaran penyakit makin cepat, maka fasilitas mereka harus ditutup. Saran seperti ini sudah dimunculkan di beberapa negara oleh otoritas berwenang.
Oleh karena itu, usaha rintisan perlu membuat rencana untuk membuat proses kerja virtual jika pemerintah meminta seluruh fasilitas ditutup. Mereka sulit untuk mengadakan kontak fisik dan bertemu sehingga mereka harus terbiasa dengan komunikasi virtual.
Pada saat seperti ini, pemegang saham, CEO, dan eksekutif lainnya harus mampu membuat jalan keluar untuk mengurangi dampak wabah bagi usaha mereka. Mereka harus memikirkan secara serius nasib usaha mereka dan karyawannya.
Meski demikian, pada saat yang sama wabah ini menjadi ujian bagi usaha rintisan untuk menghadapi situasi abnormal. Berbagai musibah bisa menjadi pelajaran berharga, termasuk bagi pendiri. Cara-cara kreatif dan empati bakal menjadikan usaha rintisan bertahan dalam jangka panjang.
Wabah dan masalah yang selalu menghadang bisa juga meningkatkan imunitas perusahaan dari berbagai masalah pada masa depan. Kemampuan cepat beradaptasi, membuat rencana darurat, dan tangguh menghadapi masalah akan muncul ketika mereka bergumul dengan masalah sulit. Di sinilah semua pihak di dalam usaha rintisan harus berani menghadapi ujian ini.