Penularan penyakit adalah salah satu tantangan yang dihadapi manusia. Dalam sejarah manusia, terjadi beberapa kali wabah penyakit yang mematikan.
Salah satu wabah mengerikan dalam sejarah manusia ialah penyakit pes. Dikenal sebagai wabah Maut Hitam (Black Death), penyakit itu menewaskan lebih dari 75 juta orang di kawasan Eurasia, termasuk Eropa. Black Death disebabkan bakteri Yersinia pestis yang menumpang pada kutu hewan pengerat. Populasi tikus yang meningkat di kota-kota Eropa dan Asia pada tahun 1300-an menjadi prakondisi terjadinya Maut Hitam.
Kemudian, pada 1918, terjadi wabah yang dikenal sebagai flu Spanyol. Ratusan juta orang di berbagai penjuru dunia terinfeksi virus penyebab penyakit ini. Jumlah kematian diperkirakan mencapai 50 juta orang. Beberapa tahun silam terjadi juga wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Ada pula penyakit ebola di sejumlah negara di Afrika.
Saat wabah penyakit pes terjadi pada abad ke-14, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum seperti sekarang. Ketika itu, takhayul masih sangat kuat. Keberadaan penyakit ini pun dikaitkan dengan hal-hal yang tak berhubungan dengan masalah kesehatan. Kemunculan pes malah dikaitkan dengan kelompok ras tertentu. Mereka dipersalahkan karena dinilai sebagai penyebab wabah.
Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat maju. Manusia mampu membuat peta gen yang membentuk dirinya. Manusia sudah bisa memilah sebuah protein yang membentuk karakter fisik tertentu dan mengetahui persis bagaimana karakter ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kemunculan virus penyebab penyakit pun dapat ditangani dengan baik. Prosedur pencegahan telah dimiliki oleh banyak negara. Namun, yang paling penting, manusia telah mampu segera mengisolasi virus penyebab penyakit dan menjalankan proses untuk menghasilkan antivirus. Seperti terjadi pada wabah lainnya, langkah semacam itu dilakukan untuk mengakhiri penyakit yang disebabkan virus korona baru.
Penyakit akibat virus korona baru muncul pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang ditandai dengan pneumonia pada akhir Desember 2019. Kini tercatat setidaknya 170 orang meninggal akibat virus korona baru itu, dengan lebih dari 7.700 kasus infeksi. Dalam situasi ini, umat manusia harus berlomba menemukan vaksinnya.
Seperti diberitakan harian ini pada Kamis (30/1/2020), Rusia dan China sedang mengembangkan vaksin untuk virus korona jenis baru. Misi diplomatik Rusia di China mengakui, Beijing telah menyerahkan genom virus kepada Moskwa.
Penanganan wabah tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi harus dikerjakan bersama-sama. Kerja sama antarnegara mutlak diperlukan agar penyebaran virus korona baru dapat dihentikan.