Keinginan melakukan transformasi di perusahaan-perusahaan mapan bermunculan di tengah bisnis yang tengah terjadi.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Keinginan melakukan transformasi di perusahaan-perusahaan mapan bermunculan di tengah disrupsi bisnis. Pada saat seperti ini, akan muncul kebingungan-kebingungan untuk memulai transformasi. Tak sedikit perusahaan malah oleng karena disrupsi makin mendalam, sementara langkah mereka tak kunjung jelas. Paling parah, ada perusahaan yang merasa telah melakukan transformasi digital hanya dengan membuat akun media sosial dan laman internet.
Pergulatan transformasi digital telah lama dibahas berbagai kalangan, baik para ahli maupun pebisnis. Namun, sebuah artikel di laman Forbes dengan judul ”How To Ignite Your Company’s Digital Transformation” memberikan ide sederhana tentang bagaimana menyalakan api transformasi di tengah kebingungan yang dihadapi para pemimpin puncak korporasi. Api awal ini pasti sulit, ibarat saat kita sedang membikin perapian yang harus berkali-kali menyalakannya, tetapi sangat menentukan untuk kemudian menjadi bara semangat transformasi di perusahaan.
Penulis artikel ini adalah Ken Quaglio yang memulai artikelnya dengan memaparkan perbedaan dalam melayani konsumen dari semula kita menawarkan produk dan meyakinkan produk kita bagus hingga kini kita mendengarkan dan memahami perilaku konsumen, baru kemudian kita menawarkan produk. Kini konsumen adalah pemegang kendali sehingga dia yang menentukan produk harus seperti apa, produk dibeli dari siapa, dan mengapa mereka harus membayar produk itu. Sudah sangat jelas konsep ini berbeda dengan cara lama yang ”meneror” konsumen dengan kalimat, ”ini produkku, kamu harus beli karena produkku mengandung khasiat dan kehebatan ini itu”.
Paradigma baru ini mengharuskan perusahaan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang perubahan keinginan, kebutuhan, dan perilaku konsumen. Teknologi digital memungkinkan korporasi untuk mendapatkan data itu dengan lebih sederhana. Meski demikian, penggunaan teknologi digital adalah langkah berikutnya, Quaglio menyarankan agar perusahaan menggunakan sumber daya yang selama ini telah ada. Data konsumen yang dimiliki perusahaan bisa digunakan lebih dulu. Perusahaan cenderung mengabaikan sumber daya ini dan tidak pernah menanganinya. Mereka perlu menggali harta karun yang selama ini ada dan menjadikannya informasi yang berharga.
Ketika mengetahui harta karun itu, langkah selanjutnya adalah membuat konteks. Perusahaan perlu mempertanyakan pada diri sendiri terkait konteks kebutuhan perusahaan setelah data yang ada mulai didapat. Mereka harus memahami tujuan yang hendak dikejar sehingga pemanfaatan data itu menunjang tujuan seperti peningkatan pendapatan, kesetiaan konsumen, dan perbaikan margin. Secara jelas mereka harus menyatakan tujuan yang hendak dicapai. Dari sini akan ketahuan kesenjangan antara tujuan dan data yang telah dimiliki sehingga perusahaan harus mencari cara untuk menutup kesenjangan itu. Teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk menutup kesenjangan itu dengan cara yang lebih simpel.
Pilihan paling disarankan adalah berfokus pada area yang menghasilkan nilai secara cepat dan meyakinkan.
Tujuan sudah didapat dan data sudah dikumpulkan, selanjutnya adalah mencari solusi. Kecenderungannya, perusahaan akan mengambil langkah-langkah besar atau juga mengubah kultur perusahaan dalam waktu yang sama. Namun, cara-cara ini berisiko. Pilihan paling disarankan adalah berfokus pada area yang menghasilkan nilai secara cepat dan meyakinkan. Meski demikian, pendekatan kita tetap holistik alias menyeluruh yang berarti meski mengambil langkah kecil, tetapi bervisi pada masalah besar yang pada saatnya sangat mungkin mengubah haluan perusahaan.
Langkah berikutnya adalah mempersiapkan perusahaan untuk berubah. Cara yang sederhana adalah agen perubahan harus selalu transparan sehingga ketika keberhasilan perubahan terlihat, karyawan lain memahami proses perubahan tanpa perlu mengajari mereka lagi untuk berubah. Semua langkah ini tak ada yang mudah, bahkan akan memunculkan kebingungan. Meski demikian, ketika Anda melakukan langkah perbaikan dan memberi dampak signifikan, maka Anda akan mendorong antusiasme dan juga semangat bekerja sama di antara karyawan lain untuk langkah-langkah berikutnya.
Perubahan demi perubahan harus terus dilakukan. Tak bisa berhenti hanya karena satu kesuksesan yang telah diraih. Perubahan harus bisa menemukan hubungan yang unik dan otentik antara perusahaan dan konsumennnya. Keunikan dan otentisitas hubungan itu bisa dijaga bila korporasi mendengarkan suara dan memahami perilaku konsumen.
Transformasi digital tak hanya soal teknologi saja, tetapi juga mengenai pola pikir yang harus diubah dari pola pikir berbasis kehebatan produk kita ke fokus pada perilaku konsumen. Menyalakan bara tranformasi digital di perusahaan adalah mencari cara sederhana untuk mendengarkan konsumen.