Sambil menikmati suasana seusai hari raya Idul Fitri, lulusan SMA sederajat atau individu, berusia hingga 21 tahun, diminta memu- tuskan pilihan jurusan yang tepat.
Diharapkan tiada lagi calon mahasiswa yang salah memilih jurusan. ”Pastikan program studi yang dipilih sesuai minat dan bakat, bukan karena diminta orangtua atau ikut teman,” pesan Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Ravik Karsidi (Kompas, 10/6/2019).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Suasana pameran pendidikan (Indonesia International Education and Training Expo) 2019 ke-28 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (16/2/2019). Pameran diikuti 165 perguruan tinggi di Indonesia dan mancanegara. Ribuan pengunjung yang rata-rata anak-anak SMA menyesaki area pameran untuk mencari tahu lebih dekat universitas yang akan dituju setelah lulus SMA.
Beda dengan sebelumnya, mulai tahun 2019, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dilakukan setelah calon mahasiswa mengikuti ujian tulis berbasis komputer (UTBK). SBMPTN dimulai Senin (10/6) pukul 13.00, selama dua pekan dan berakhir pada 24 Juni 2019.
Program studi yang bisa dipilih calon mahasiswa terangkum dua rumpun, yakni sosio-humaniora dan sains-teknologi.
Terkait penerapan sistem baru ini, kita menggarisbawahi maksud baiknya, yaitu agar calon mahasiswa tidak salah pilih jurusan atau program studi (prodi). Sering kita dengar, salah prodi acap kali berujung pada risiko tak berhasil menyelesaikan studi atau lulus dengan nilai pas-pasan. UTBK bertujuan agar calon mahasiswa bisa mengukur kemampuannya.
Kita mengapresiasi sistem baru dalam seleksi mahasiswa ini dengan uraian latar belakangnya. Kita bisa membayangkan, mahasiswa yang salah pilih prodi sering menghabiskan waktu lebih lama, bahkan berisiko gagal menyelesaikan studi. Kalau bisa lulus, tak jarang hasilnya tidak maksimal.
Dari pengalaman selama ini, salah pilih jurusan bukan hal aneh. Kurang informasi, saran orangtua, atau ikut-ikutan teman disebut sebagai faktor umum. Cara yang lebih tepat adalah melihat minat dan bakat. Menjalani dengan penuh minat disertai bakat akan membuat studi terasa lebih nyaman dan lebih ringan bebannya. ”Inilah bidang yang aku senangi”, dan ”inilah bidang yang aku bisa”. Semangat itu bisa menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang optimal.
Pada era yang kompetitif, tempat kian sempit untuk kemampuan tanggung (medioker). Yang diperlukan adalah sumber daya manusia (SDM) unggul yang dibuktikan dengan kelulusan impresif, yaitu tepat waktu dengan nilai bagus.
Tentu, ada faktor lain untuk kesuksesan, seperti kecerdasan emosional, etos kerja, semangat pemelajar, serta bagus dalam kerja tim. Namun, kelancaran studi di universitas dengan hasil baik adalah modal dasar penting. Di sini kita melihat nasihat agar memilih prodi yang sesuai dengan minat dan bakat punya landasan yang baik untuk didukung. Dengan waktu cukup, dua minggu, calon mahasiswa bisa menentukan pilihan studi yang akan berperanan besar dalam kehidupannya pada masa datang.
Saat tantangan menghadang di depan bersifat kompleks dan tak ringan, SDM berkemampuan dan kompetensi tinggi sangat dibutuhkan. Sebaliknya, salah pilih jurusan bisa menghasilkan SDM berkompetensi tanggung serta tanpa gereget (passion).