Dari Gaji Jadi Investasi
Sebagai karyawan, gaji bulanan adalah sumber penghasilan utama yang akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan hidup. Tanpa terasa, karier seorang karyawan terus meningkat, diikuti oleh kenaikan taraf hidup dan gaya hidup.
Hal ini terus berlangsung hingga akhirnya tiba masa pensiun, yaitu usia ketika seorang karyawan diharuskan berhenti bekerja secara tetap di sebuah perusahaan. Lantas, bagaimana meneruskan hidupnya di masa depan?
Setiap orang pasti akan memasuki masa pensiun. Berbagai impian pun mungkin disusun untuk pensiun. Ada yang sederhana seperti mampu beli makan dan minum, hingga impian untuk bisa berkelana ke berbagai destinasi wisata tanpa khawatir dengan biaya hidup bulanan. Apa pun keinginan Anda, perencanaan dana pensiun untuk masa depan sendiri menjadi hal mutlak untuk dijalankan.
Berdasarkan studi yang dilakukan sebuah lembaga keuangan di Amerika Serikat, ada empat indikator kunci yang dapat membantu Anda menetapkan apa, berapa, dan bagaimana strategi untuk mengakumulasi sumber penghasilan untuk masa depan kelak.
Empat indikator tersebut adalah persentase alokasi penghasilan yang disisihkan, jumlah faktor pengali penghasilan, jumlah kebutuhan pendanaan di masa pensiun, dan tingkat penarikan aset investasi di masa pensiun. Dalam tulisan kali ini, saya akan berfokus terhadap indikator awal, yaitu mewujudkan proses menyisihkan persentase alokasi gaji untuk investasi masa depan.
Pertama, menetapkan anggaran bulanan agar memiliki dana untuk pos investasi masa depan. Pahami bahwa dalam rencana keuangan, investasi adalah strategi yang kerap digunakan untuk mencapai tujuan keuangan di atas lima tahun.
Namun, saya juga menyarankan agar setiap rumah tangga memisahkan antara tujuan keuangan yang memiliki kepastian kebutuhan seperti dana pendidikan anak dan dana naik haji, dengan tujuan keuangan pensiun, yaitu membiayai hidup di masa depan.
Saat masih berstatus keluarga muda, anggaran bulanan terpaksa dibagi-bagi untuk berbagai tujuan lain yang jatuh tempo lebih awal. Namun, saya tetap menyarankan agar pos investasi masa depan juga dianggarkan setiap bulannya.
Kedua, menetapkan alokasi gaji untuk investasi masa depan. Secara umum, setiap orang sebaiknya menyisihkan 15 persen dari penghasilannya untuk mendanai pensiun kelak. Penghasilan Anda saat ini, misalnya, sebesar Rp 10 juta, maka idealnya Rp 1,5 juta setiap bulan disisihkan untuk tabungan pensiun.
Dengan kebutuhan biaya hidup, belum lagi cicilan pinjaman, apakah mungkin untuk mencapai persentase alokasi tersebut?
Alokasi investasi sebesar 15 persen dari gaji merupakan panduan umum. Tentu saja persentase untuk setiap orang dapat bervariasi. Namun, bagi Anda yang berstatus karyawan, hal ini mungkin saja tercapai tanpa sadar.
Apabila Anda menjadi anggota program Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan, secara otomatis 5,7 persen dari gaji pokok setidaknya dapat disisihkan.
Terlebih lagi apabila perusahaan tempat bekerja juga memberikan program dana pensiun (umumnya dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan), maka setidaknya 3 persen dari gaji pokok juga dapat disisihkan.
Dengan demikian, secara pribadi, Anda hanya perlu menutup kekurangan investasi sebesar 5 persen hingga 6,5 persen dari gaji bulanan.
Ketiga, menggunakan sistem debit otomatis dari rekening gaji untuk rekening investasi masa depan. Agar gaji menjadi investasi, kuncinya adalah komitmen dan disiplin.
Sistem debit otomatis yang tersedia di fitur rekening tabungan saat ini akan sangat membantu seseorang menjadi lebih disiplin. Sebaiknya tanggal pendebitan dipilih berdekatan dengan tanggal penerimaan gaji bulanan.
Keempat, menambah 1 persen persentase setiap tahunnya. Apabila saat ini Anda baru sanggup untuk mengalokasikan 2 persen dari penghasilan untuk dana pensiun, maka menambah 1 persen setiap tahun akan berdampak besar untuk 10 tahun mendatang.
Secara matematis, apabila Anda memulai investasi sejak usia 20-an, maka menambah porsi investasi 1 persen dari penghasilan per tahun akan menambah saldo aset kekayaan pensiun Anda setidaknya 3 persen di masa mendatang.
Terakhir, evaluasi aset investasi sebaiknya dilakukan secara berkala. Dengan disiplin melakukan evaluasi aset secara berkala, proses realokasi aset investasi untuk memberikan hasil yang optimal dapat dilakukan.
Anda mungkin tidak dapat secara konsisten mempertahankan alokasi 15 persen dari penghasilan untuk investasi dana pensiun karena perubahan situasi dalam kehidupan.
Kelahiran anak baru, kebutuhan kesehatan orang tua, situasi usaha yang menurun, ataupun berbagai kebutuhan lain mungkin saja menyita porsi penghasilan saat ini. Namun, perencanaan untuk kehidupan Anda di masa depan juga sebaiknya tetap mendapatkan porsi prioritas. Live a beautiful life!