Latihan perang terbesar bersama Rusia dan China bertajuk Vostok 2018 memberikan sinyal yang ambigu tak hanya bagi Eropa, tetapi juga bagi dunia.
Vostok 2018 yang berarti Timur 2018 merupakan latihan perang terbesar yang pernah dilakukan Rusia setelah kejatuhan Uni Soviet. Latihan perang yang berlangsung di dekat perbatasan China dan berlangsung sampai 17 September itu melibatkan lebih dari 300.000 tentara, sekitar 1.000 pesawat militer, puluhan ribu tank dan kendaraan lapis baja, termasuk sistem rudal balistik berkemampuan nuklir milik Rusia.
Wilayah latihan pun demikian luas, menjangkau tiga laut dan sembilan wilayah darat. China mengklaim mengirimkan sekitar 3.500 personel tentara dengan sekitar 900 persenjataan berat dan 30 pesawat. Media lokal China bahkan merilis foto-foto pengiriman tank tempur utama (MBT) dengan menggunakan kereta api menuju Rusia. Upaya Beijing melibatkan persenjataan tercanggihnya menunjukkan pentingnya latihan perang ini bagi negara itu.
Apakah makna dari latihan perang berskala besar ini? Baik Rusia maupun China secara resmi mengatakan bahwa latihan perang ini bertujuan mulia, mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan. Terlepas dari alasan resmi keduanya, latihan perang berlangsung di saat hubungan antara Rusia dengan AS dan negara-negara Barat berada di titik rendah pascapencaplokan Crimea tahun 2015. Hubungan China dengan AS pun memburuk akibat perang dagang yang berdampak negatif terhadap perekonomian global.
Latihan perang ini jelas memberikan pesan serius kepada Washington tentang aliansi Rusia-China yang makin kuat, di saat hubungan AS dan sekutunya di Eropa maupun dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terus memburuk. Krisis juga terjadi di blok Uni Eropa karena terjadi pertarungan ideologi antara kubu yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi liberal dan kubu yang mengadopsi nilai-nilai populis dan fundamentalis.
Sementara di belahan dunia lain, perkembangan konflik dan kekerasan di kawasan Arab dan Timur Tengah semakin kompleks, yang melahirkan gelombang pengungsi dan krisis kemanusiaan terbesar pasca-Perang Dunia II.
Kita menyaksikan bahwa tak ada peristiwa yang berdiri sendiri. Semua saling berkaitan dan menimbulkan sebab akibat. Banjir pengungsi, misalnya, menimbulkan reaksi berupa gelombang ekstrem kanan yang meluas di Eropa.
Pertanyaannya, apakah semua perkembangan ini membuat dunia semakin terasa aman? Kembali ke masalah latihan perang Rusia-China, jelaslah ini bukan jawaban terhadap penciptaan perdamaian, tetapi semakin meningkatkan rasa saling curiga dan saling tak percaya.
Kita hanya berharap unjuk kekuatan ini tidak ditanggapi dengan kepala panas. Momentum ini sebaliknya menjadi isyarat keras bagi semua pihak untuk saling menahan diri dan saling mengingatkan bahwa masih banyak persoalan dunia yang lebih mendesak untuk diselesaikan dengan kerja bersama.