Bisnis Perguruan Tinggi
Membaca surat Drs Kusumo Subagio MSC (Kompas, 4/8/2018), saya jadi ingat soal keluhan penurunan kualitas perguruan tinggi. Dulu sebagai mahasiswa atau sarjana, status sosial jadi terhormat karena untuk bisa kuliah harus mengikuti seleksi ketat. Maka, yang lolos benar-benar pribadi unggul dan setelah lulus benar-benar bisa diandalkan.
Menurut berbagai wacana, kualitas sarjana sekarang tidak mampu memenuhi tuntutan zaman, baik skill maupun wawasan. Bisa jadi ini akibat kebijakan negara atau bias tafsir atas kebijakan pemerintah oleh setiap unsur pimpinan perguruan tinggi (PT).
Kebijakan PT yang cenderung longgar belakangan ini: penerimaan mahasiswa baru tanpa tes tetapi dengan parameter tertentu, sistem angsuran biaya kuliah, semester pendek, karakter dosen, ujian susulan, dan sebagainya, berperan terhadap menurunnya kualitas PT.
Beberapa PTN bahkan mengakui prestasi mahasiswa yang diterima lewat jalur undangan tanpa tes, di bawah mahasiswa yang lolos seleksi tertulis (SBMPTN).
Beberapa PTN juga membuka jalur mandiri. Jalur ini dimanfaatkan yang tidak lolos seleksi SBMPTN, tetapi mampu membayar. Karena kriteria jalur mandiri lebih ringan, kualitas input minim berdampak pada output.
Penerimaan jalur mandiri menciptakan ketimpangan, terutama bagi PTS. Banyak PTS kekurangan mahasiswa karena tersedot PTN jalur mandiri. Saya khawatir PTN terlalu fokus mengejar kuantitas mahasiswa demi pendapatan ”lain-lain”, lantas abai peningkatan kualitas.
Apabila PTN membuka jalur mandiri karena kekurangan biaya operasional, sebenarnya ini merupakan tanggung jawab negara. Dari namanya saja perguruan tinggi negeri, semestinya pemerintah menanggung kebutuhan PTN, bukan membiarkan PTN mencari dana sendiri.
Akibatnya, biaya kuliah di PTN mahal, padahal masyarakat sudah taat membayar pajak. Kalau negara kekurangan dana, ambil saja semua uang koruptor untuk membiayai kebutuhan pendidikan rakyat. Negara bisa menanggung biaya pendidikan gratis SD sampai PT demi kualitas bangsa. Karakter manusia salah satunya dibentuk melalui pendidikan yang adil, merata, dan bermutu.
Yes Sugimo
Jalan Melati Raya,
Cilengkrang Bandung