Menantikan Akhir Perang Antara Pendukung dan Penolak Mata Uang Digital
Tidak persis tetapi agak mirip telah terjadi perang keras argumentasi ketika zaman dulu dunia berdebat apakah bumi datar atau bulat. Demikian pula kini, masih terus berlangsung debat keras antara pendukung dan penolak mata uang digital (cryptocurrency) yang didominasi bitcoin. Pertanyaannya, apakah eksistensi mata uang digital akan eksis atau hanya sebagai sarana penipuan dan punah tak berbekas.
Tampaknya, mata uang digital juga tidak akan punah. “Tidak ada otoritas terpusat, tidak ada bosnya, dan tidak ada manajemennya. Dan, tetap saja eksis,” demikian laporan Bank Sentral AS wilayah St Louis seperti ditulis di majalah Forbes pada 24 April 2018 (https://www.forbes.com/sites/billybambrough/2018/04/24/us-fed-paper-central-bank-cryptocurrencies-are-missing-the-point/#5aa5870c1086).
Akan tetapi, penentang mata uang digital tidak kalah sengit. Jamie Dimond, pimpinan JPMorgan Chase, menyebut bitcoin dan sejenisnya sebagai sebuah sarana penipuan. Warren Buffet seorang investor kawakan asal AS juga menghujat mata uang digital.
Para ekonom kaliber dunia seperti Joseph E Stiglitz, Nouriel Roubini dan Kenneth Rogoff pun memperbaharui seruan mereka akan skenario kiamat mata uang digital. Hanya saja, tiga ekonom ini lebih menekankan penggunaan anonim dan ketiadaan otoritas sebagai pengatur mata uang digital di balik skenario kiamat mereka. (https://www.ccn.com/top-economists-stiglitz-roubini-and-rogoff-renew-bitcoin-doom-scenarios/).
Bersamaan dengan itu, terjadi pula gejolak ekstrem harga-harga mata uang digital yang naik meroket dan turun menukik tajam. Ini menambah kerunyaman profil mata uang digital. Terbaru, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell juga menegaskan mata uang digital tidak memiliki nilai instrinsik (nilai yang dikandung fisik mata uang digital itu sendiri).
Walau mata uang dollar AS pun, sebenarnya tidak memiliki nilai intrinsik kecuali dijamin cadangan emas secara teoritis oleh Bank Sentral AS.
Tambahan dari itu, Andrew Schrage, pemilik Money Crashers, pakar soal alat transaksi, anggaran dan pendapatan pada 24 Mei di majalah Forbes memberi peringatan. Terutama karena ada banyak mata uang digital baru bermunculan sebagai pengikut bitcoin. Maka, semakin tidak karuan kisah heboh mata uang digital ini. (https://www.forbes.com/sites/theyec/2018/05/24/4-important-cryptocurrency-facts-business-owners-should-be-aware-of/#32bd34934e1c).
Serangan terbaru terjadi pada 28 Juli 2018 seperti ditulis di situs cryptoslate.com. Presiden Matercard Ajay Banga menyebut mata uang digital sebagai aset setara “junk” alias kertas sampah. "Ini seharusnya tidak dipakai sebagai alat transaksi," katanya. Volatilitas dan penggunaan anonim membuatnya tidak layak sebagai alat transaksi. Penggunaan anonim mendorong kegiatan bisnis dan perdagangan ilegal seperti perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penggelapan pajak.
Ada juga serangan dari Badan Pengawas Pasar Modal AS (Security Exchange Comission/SEC). Badan ini sedang mencecar Ripple, salah satu mata uang digital dengan kode XRP. Ada rencana atau dugaan keputusan dari SEC bahwa Ripple adalah surat berharga berbentuk saham. Ini diduga bertujuan agar Ripple masuk dalam pengawasan SEC.
CEO Ripple, Bradley Garlinghouse menyatakan, Ripple tidak akan pernah menjadi saham. Pemilik mata uang digital Ripple tidak akan pernah menjadi pemilik saham Ripple. Namun Ripple akan tetap berperan sebagai mata uang digital, termasuk menjadi fasilitator transaksi saham, perdagangan berjangka, dan obligasi sarana pembagian dividen.
Diduga kuat, misi SEC menekan Ripple adalah untuk mendorong semua mata uang digital agar dianggap sebagai saham sekaligus menjadikan segala aktivitas mata uang digital berada di bawah otoritas keuangan.
Titik cerah
Sebagian tuduhan buruk soal mata uang digital memang terjadi. Setidaknya terjadi juga penggunaan mata uang digital untuk membiayai kegiatan bisnis ilegal.
Setidaknya terjadi juga penggunaan mata uang digital untuk membiayai kegiatan bisnis ilegal.
Ada tulisan pada 15 Januari 2018 berjudul “Sex, Drugs, and Bitcoin: How Much Illegal Activity Is Financed Through Cryptocurrencies?” oleh para pakar dari University of Sydney Business School (Australia), Stockholm School of Economics, Financial Research Network (FIRN).
Disimpulkan, penggunaan seperempat pemakai bitcoin terkait kegiatan ilegal (https://ssrn.com/abstract=3102645), (http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3102645). Mata uang digital lainnya seperti Monero dan beberapa lagi yang lainnya juga dituduh telah dipakai memfasilitasi bisnis serupa.
Hanya saja, jangan dilupakan visi dan misi dasar Satoshi Nakamoto saat menciptakan bitcoin pada 2019, diikuti para penirunya. Penggunaan mata uang digital yang bebas dari regulasi untuk mendorong transaksi global juga sangat hakiki. Ketiadaan uang dan lumpuhnya aktivitas perbankan global menyebabkan lumpuhnya transaksi global pasca-depresi ekonomi 2009 di AS. Ini memicu penciptaan mata uang digital.
Tuduhan lain, terjadinya devaluasi dan depresiasi mata uang fiat (seperti dollar AS, euro dan lainnya) yang melekat dengan kebijakan bias bank-bank sentral. Otoritas tidak benar-benar bisa mengamankan mata uang fiat dari segala manipulasi. Hal ini turut mendorong penciptaan mata uang digital. Kurs mata uang dollar AS juga gonjang-ganjing bagi banyak negara, dan nilainya yang juga tidak stabil turut mendorong penciptaan mata uang digital.
Nakamoto tidak berpikir soal dukungan pada bisnis ilegal. Namun, pemberontakan pada sistem keuangan, itu intinya.
Hanya saja mata uang digital ternyata tidak luput juga dari para pendompleng buruk, terlihat dengan masuknya spekulan ke dunia mata uang digital dan membuat harganya volatil. Protes lain adalah hakekat mata uang digital dengan penggunaan anonim dan bebas regulasi yang memberi risiko sendiri.
Intinya, mata uang fiat maupun mata uang digital tidak luput dari potensi penipuan atau jadi sarana penipuan. Adalah bank-bank besar global lewat mata uang fiat yang juga mendukung penggelapan pajak, aktivitas bisnis illegal. Bank-bank besar global ini juga turut menipu dengan memanipulasi suku bunga serta kurs mata uang kuat dunia. Ini merugikan konsumen dunia yang masih mengandalkan dollar, euro dan mata uang kuat dunia lainnya. Isu seperti ini juga masuk dalam laporan Bank Sentral AS St Louis pada 28 April (http://fortune.com/2018/04/28/st-louis-federal-reserve-says-bitcoin-is-like-regular-currency/).
Mata uang di era internet
Di tengah serangan itu, jalan masa depan bagi mata uang digital tetap berlanjut. Dan, jauh sebelum munculnya mata uang digital sudah ada PayPal yang berkembang sejak 2000. Ada transaksi global yang telah meninggalkan peran lembaga-lembaga tradisional dengan menggunakan PayPal.
Sistem PayPal Ini didirikan pada Desember 1998 sebagai Confinity sebuah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak temuan Max Levchin, Peter Thiel, Luke Nosek, dan Ken Howery. Pada Maret 2000, Confinity merjer dengan X.com, sebuah bank daring yang didirikan Elon Musk. PayPal memfasilitasi transaksi global dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
Mata uang digital lebih maju lagi. Transaksi digunakan tanpa penggunaan jasa pihak ketiga dengan kemajuan lebih besar dalam hal kecepatan dan berlangsung “point to point”. Pembeli dan penjual langsung transaksi dengan mata uang digital. Ini kelebihan utama mata uang digital yang membuatnya tidak punah dengan serangan-serangan gencar, setidaknya tidak punah sampai sejauh ini.
Bahkan, pada 25 April, kepada televisi CNBC CEO Nasdaq Adena Friedman tidak bisa menyembunyikan antusiasme dan optimismenya tentang masa depan mata uang digital (https://www.cnbc.com/2018/04/25/nasdaq-is-open-to-becoming-cryptocurrency-exchange-ceo-says.html).
Dia menyatakan, bahwa Nasdaq siap menjadi mediator untuk segala kegiatan mata uang digital. “Tentu Nasdaq berpikir sepanjang waktu untuk menjadi bursa untuk mata uang kripto,” kata Friedman. “Orang senang dengan pasar yang diatur,” katanya. Hanya saja pandangan Friedman tidak memenuhi esensi kripto yang justru ingin membuang jauh-jauh peraturan dan tak ingin ada otoritas.
Namun, lepas dari itu, Friedman melihat momentum kuat untuk kripto. “Saya yakin mata uang digital akan terus ada dan ini hanya soal waktu untuk matang,” katanya.
Friedman sangat bersahabat dengan mata uang digital, kontras dengan para pakar keuangan yang terus menyerang mata uang digital. Friedman yakin bahwa kripto adalah tahapan berikutnya untuk dunia mata uang yang penggunaannya lebih efisien untuk transaksi lintas-batas.
Kepada CNN pada 7 Mei Friedman mengatakan, “Bagaimana itu berevolusi dan mata uang kripto mana yang langsung mengena, saya kira juri masih belum memutuskan. Akan tetapi saya kira ide akan sebuah mekanisme pembayaran global yang lebih efisien dari yang kita miliki sekarang memungkinkan uang ditransfer lintas batas. Ini tentu mendukung ekonomi internet.”
Pakar Wall Street lain masih bersikeras dengan tudingan bahwa kripto adalah junk dan tidak bisa dipercaya. Hanya saja Friedman dan Nasdaq terus membahas soal potensi kripto. Dan di pasar terbukti bitcoin dan sejenisnya masih terus bergerak. Setelah terus tertekan ke bawah angka 6.000 dollar AS per satu bitcoin, kurs bitcoin merangkak naik lagi. Hasil survei menyebutkan sebagian warga masih tetap menyukai kripto (https://cryptodisrupt.com/one-quarter-of-american-investors-interested-in-cryptocurrency-investment/).
Menggantikan sistem lama?
Pakar modal ventura dan tokoh terkenal Silicon Valley Tim Draper bahkan menyatakan kripto akan mendunia, seperti dikutip Forbes pada 7 Februari. Beberapa tahun ke depan, “Jika Anda membeli sesuatu di McDonald dengan uang tunai kemungkinan Anda akan ditertawakan.”
Bukan hanya itu, pakar ini yakin kripto akan menggantikan sistem lama dan mengubah para pemain lama (https://www.forbes.com/forbes/welcome/?toURL=https://www.forbes.com/sites/nathanvardi/2018/02/07/silicon-valley-legend-tim-draper-bitcoin-and-crypto-will-take-over-the-world/&refURL=https://bitcoinist.com/tim-draper-bitcoin-cryptocurrencies-will-take-world/&referrer=https://bitcoinist.com/tim-draper-bitcoin-cryptocurrencies-will-take-world/).
CEO atau pimpinan umum Twitter Jock Dorsey, pada 21 Maret 2018 juga yakin kripto akan mengangkasa serta menggantikan sistem lama (https://www.express.co.uk/finance/city/935279/bitcoin-cryptocurrency-bitcoin-news-bitcoin-price-twitter-dollar-market-investors-latest).
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde pada 27 April juga menyatakan, “Warga mungkin suatu saat lebih menyukai mata uang digital karena menawarkan biaya sama dan kenyamanan, seiring dengan fenomena tak perlu uang tunai, tak perlu perantara, tak perlu menunggu proses kliring, tidak perlu registrasi, tidak perlu identitas”. Walau di sisi lain, Lagarde menyuarakan risiko yang masih melekat (https://globalcoinreport.com/how-imf-pushing-ripple-bitcoin-towards-mass-adoption/).
Mungkin, potensi besar masa depan mata uang digital ini yang menghambat laju kripto. Ada kutukan dan ketidaksenangan pada sarana transaksi baru ini. Parlemen Eropa pun dengan jelas menyebutkan hal tersebut. “Bank-bank tradisional bisa saja menegaskan kekuatan dengan tujuan mementalkan persaingan sistem keuangan terdesentralisasi,” demikian laporan Fintex. Ini bias dilihat pada situs https://www.finextra.com/finextra-downloads/newsdocs/ipol_stu.pdf dan situs http://www.europarl.europa.eu/cmsdata/149900/CASE_FINAL%20publication.pdf
Akan tetapi, revolusi teknologi informasi terbukti telah mengubah banyak hal. Bukan tak mungkin mata uang digital akan terus merangsek. Mungkin, bank-bank tradisional dan pelaku lama sedang bergelut dan bersiap menghadapi kejutan akibat fenomena pasar mata uang digital.
Bukan tak mungkin mata uang digital akan terus merangsek.
Mungkin sedang terjadi proses yang menghambat eksistensi mata uang digital. Namun jangan lupa, pemberontak di internet begitu banyak dan mereka bahkan didukung generasi milenial. “Saya tidak ragu dengan bitcoin. Hal yang terjadi sekarang adalah proses pencarian harga yang pas,” kata Tom Lee, pakar mata uang ditigal dari Wall Street pada CNBC pada 25 Juli (https://www.cnbc.com/2018/07/25/bitcoin-crypto-tom-lee-digital-currency-cryptocurrency.html).
Analoginya, hingga terwujudnya mata uang digital yang matang, mungkin kini sedang terjadi dialektika dahsyat. Bagi para spekulan, ini mungkin momen yang menggairahkan tapi bagi para penghindar risiko rugi ya lebih baik memegang sikap konservatif. Pilihannya terserah di tangan Anda.