Venezuela Berharap pada Mata Uang Digital
Kesulitan ekonomi bertubi-tubi menghantam Venezuela. Sejak tahun 1970-an, Venezuela yang kaya minyak justru terbelit kesulitan ekonomi, antara lain, karena salah urus sumber daya alam yang melimpah.
Menerbitkan surat utang lagi untuk menutupi kebutuhan anggaran tampaknya sulit. Siapa yang mau membeli surat utang dengan mata uang lokal sudah melorot 80 persen?
Ketika sulit mendapatkan dana dari dalam negeri, mau tidak mau dana harus didapatkan dari luar negeri. Sayangnya, pusat finansial terdekat, Amerika Serikat, tidak memperbolehkan bank dan investor untuk bertransaksi dengan Venezuela. Apalagi, tahun lalu, Venezuela telah mengalami gagal bayar utang sebesar 60 miliar dollar AS.
Meminta pinjaman dana dari Dana Moneter Internasional (IMF) bukan perkara mudah. Tidak ada makan siang yang gratis. Menadahkan tangan dari IMF berarti siap dengan serangkaian persyaratan berat yang tertuang dalam letter of intent.
Presiden Nicolas Maduro, yang muncul dengan ide canggih dan revolusioner, kemudian menerbitkan mata uang digital. Sejak Desember, Maduro sudah mengumumkan penerbitan mata uang digital.
Ketika negara lain masih mempertimbangkan manfaat dan mudarat cryptocurrency terhadap sistem moneter, Venezuela melangkah lebih maju, menjadi negara pertama yang menerbitkan mata uang digital bernama petro.
Penerbitan petro, mata uang digital yang harganya didasari oleh minyak, menuai kontroversi di Venezuela. Para anggota legislatif yang sebagian besar merupakan partai oposisi menyatakan penerbitan ini merupakan langkah ilegal Maduro.
Maduro sesumbar bahwa mata uang maya yang diterbitkan Venezuela sudah laku sebanyak 735 juta dollar AS pada hari pertama pra-penjualannya di pertengahan pekan ini. Meski demikian, tidak ada data valid mengenai investor tersebut.
Maduro merencanakan akan menawarkan sekitar 100 juta petro dengan harga awal setiap unit sebesar 60 dollar AS. Dengan demikian, Maduro berharap dapat meraup dana sebesar 6 miliar dollar AS dari penerbitan petro ini.
Setelah menerbitkan mata uang digital yang harganya dipatok pada harga minyak mentah, Maduro pun merencanakan mengeluarkan mata uang digital lain yang harganya dipatok pada emas.
Skeptis
Pihak oposisi menyatakan Maduro menyalahgunakan kekuasaannya untuk mendukung mata uang digital petro itu. Maduro telah memerintahkan perusahaan milik negara untuk menggunakan petro sebagai alat pembayaran.
Selain itu, bank-bank pun diperintahkan untuk menambang mata uang digital ini. Di sisi lain, mata uang bolivar sudah tergerus hingga 80 persen terhadap dollar AS dan tidak mudah ditemukan.
Rakyat pun tidak dapat membeli barang kebutuhan sehari-hari karena tidak ada barang dan tidak ada uang. Kalaupun ada, harga barang sudah melambung. Untuk menyiasatinya, mulai muncul transaksi-transaksi barter di Venezuela yang berpenduduk 30 juta orang itu. Sebagian warga kelas menengah juga sudah bertransaksi mata uang digital lain, seperti bitcoin dan ethereum, untuk menyiasati kelangkaan bolivar.
Dalam penjelasannya, pemerintah mengatakan, petro akan digunakan sebagai alat pembayaran minyak. Namun, diperluas dengan digunakannya petro sebagai alat pembayaran pajak dan transaksi lain antarlembaga pemerintah. Pembayaran dengan petro juga didiskon 10 persen.
Walau pemerintah sudah menyatakan petro merupakan alat pembayaran yang sah, masih muncul pertanyaan, apakah individu atau perusahaan diwajibkan menerima petro sebagai alat pembayaran.
Pertanyaan juga muncul karena nilai mata uang digital sangat berfluktuasi, misalnya bitcoin yang dapat naik dan turun dalam belasan bahkan puluhan persen dalam waktu singkat. Dasar penilaian mata uang digital yang sudah ada tidak begitu jelas. Hanya mengandalkan pada penawaran dan permintaan serta berita-berita tentang penerimaan mata uang digital.
Membingungkan
Sebagian orang berpendapat, uang digital yang dijangkarkan pada harga minyak mentah bukan uang digital yang sesungguhnya. Apalagi, dalam laman penjelasan tentang petro, tidak disebutkan bahwa pembeli petro akan mendapatkan minyak dari Venezuela.
Jender Petro menjadi membingungkan, apakah memang benar sebagai mata uang digital atau merupakan bentuk perdagangan berjangka dari minyak mentah Venezuela.
Mata uang digital pada dasarnya terdesentralisasi. Sementara penerbitan petro di tangan Maduro dan partainya. Pemerintahan Maduro pun dianggap tidak bersih sehingga penerbitan petro ini dikhawatirkan membuka peluang diselewengkan tanpa ada pengawas. Rekam jejak Maduro membuat banyak orang khawatir akan penguasaan uang digital oleh Maduro.
Laju inflasi yang sangat tinggi juga dikhawatirkan bertambah tinggi jika pasokan uang beredar, termasuk petro yang digunakan sebagai alat pembayaran, terus ditambah. Negara lain masih mempertimbangkan apakah memperbolehkan uang digital sebagai alat pembayaran.
Beberapa negara yang sudah memperbolehkan mata uang digital, seperti Jepang, baru digunakan terbatas pada pembayaran transaksi ritel, bukan transaksi korporasi besar.
Mata uang digital bekerja pada sebuah jaringan yang disebut teknologi blockchain. Hingga saat ini, belum jelas petro berada di blockchain mana. Pada awalnya, Maduro mengatakan, petro berada di blockchain ethereum. Akan tetapi, petunjuk pada laman resmi pemerintah tentang petro menyatakan petro berada pada blockchain NEM.
Tidak ada penjelasan mengenai arsitektur blockhain yang digunakan petro. Melalui akun Twitter resminya, Kepresidenan memasang foto Maduro bersama dengan pendiri yayasan NEM, sementara akun Twitter NEM membantah hal tersebut.
Skenario positifnya tetap ada. Bisa jadi, peluncuran petro memang berhasil dan digunakan untuk bertransaksi di Venezuela. Menjadikan petro sebagai uang digital yang paling banyak digunakan di dunia. Lama kelamaan, jika sudah biasa digunakan, petro juga dapat menjadi aset seperti emas. Kemungkinan seperti ini tetap ada walau sangat kecil mengingat pemerintahan Venezuela yang korup.
Penerbitan mata uang digital petro ini juga untuk menghindari sanksi dari AS. Venezuela sulit mengakses pasar surat utang dan berharap penerbitan petro dapat menjadi solusi.
Beberapa negara ternyata juga tertarik dengan ide ini. Iran, misalnya, sudah mewacanakan penerbitan mata uang digitalnya. Demikian pula dengan Turki, yang sudah mulai mewacanakan penerbitan mata uang digital turkcoin.
Apakah peluncuran mata uang digital negara pertama ini akan berhasil dan dapat membantu ekonomi Venezuela, masih harus dibuktikan dalam jangka waktu yang tidak singkat. Jika berhasil, negara yang sedang dijatuhi sanksi ekonomi ini kiranya dapat mengambil langkah serupa.