Tuntutan yang Sulit Dipenuhi
Demonstrasi di Iran—sejak 28 Desember 2017—memang tidak sebesar demonstrasi pada 2009. Tuntutan demonstran kali ini pun mungkin sulit dipenuhi.
Pada 2009 terjadi demonstrasi besar-besaran di mana-mana, bahkan di Teheran. Demonstrasi dilakukan oleh kelompok kelas menengah perkotaan karena tidak puas terhadap hasil pemilu yang dinilai curang. Apa yang terjadi ketika itu lebih merupakan ungkapan pertarungan antara kelompok moderat, modernis, reformis dan kelompok konservatif, radikal. Karena itu, demonstrasi lebih bernuansa politik.
Kali ini, demonstrasi yang dilancarkan kaum muda di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil yang sudah terbuka wawasan mereka karena kemajuan teknologi informasi lebih dilatarbelakangi alasan ekonomi. Mereka menganggap bahwa para elite politik telah membajak hasil pembangunan ekonomi untuk kepentingan mereka.
Apalagi, harapan mereka bahwa kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kuasa dunia, termasuk AS, akan memberikan peningkatan kesejahteraan belum menjadi kenyataan. Pada mulanya, ada tanda-tanda bahwa kesepakatan yang ditandatangani antara lain oleh AS dan China itu akan mendorong masuknya investasi dari negara-negara itu (dan dari Eropa) ke Iran.
Akan tetapi, kenyataannya, tidaklah demikian. Perusahaan-perusahaan dari negara-negara itu belum menanamkan modal di Iran. Negara-negara Eropa, misalnya, masih belum yakin apakah di bawah Presiden Donald Trump, AS akan mencabut kesepakatan itu atau tidak. Apalagi, AS mengecam peran Iran, antara lain, di Yaman dan Suriah. Dengan demikian, akibat positif, terutama dalam bidang ekonomi, setelah kesepakatan nuklir belum dirasakan.
Kondisi seperti itu sangat dirasakan oleh kaum muda yang sudah masuk ke dalam kelompok angkatan kerja. Mereka sulit mendapat pekerjaan; angka pengangguran mencapai 40 persen dari jumlah penduduk (sekitar 81 juta jiwa). Separuh dari penduduk Irak berusia di bawah 30 tahun. Jumlah angkatan kerja yang masuk bursa lapangan kerja setiap tahun terus meningkat, sementara jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menampung mereka.
Itulah sebabnya demonstrasi yang terjadi di sejumlah kota lebih banyak menuntut disediakannya lapangan kerja dan mahalnya biaya hidup. Tuntutan tersebut tidak mudah untuk dipenuhi pemerintah Teheran saat ini. Tentu, pemerintahan Presiden Hassan Rouhani menjadi sasaran tembak.
Persoalan bisa menjadi lebih rumit apabila demonstrasi berlatar ekonomi ini dimanfaatkan atau dibajak untuk kepentingan politik oleh lawan-lawan politik Rouhani. Hal semacam itu sangat mungkin terjadi. Oleh karena, memang, pemerintahan Rouhani belum bisa memenuhi janjinya dalam bidang ekonomi, belum mampu memberikan kesejahteraan. Hal itu bisa menjadi amunisi bagi kelompok garis keras yang menyebut demonstrasi sebagai pertanda kebangkitan rakyat.