Presiden Joko Widodo menyerukan agar semua anak bangsa tetap tenang dan menjaga persatuan setelah terjadi teror bom di Kampung Melayu, Jakarta.
Seruan Presiden tidak berarti kita menyerah kepada teror yang menewaskan sedikitnya tiga polisi tersebut. Presiden juga menyampaikan rasa duka mendalam kepada para korban dan meminta polisi mengusut tuntas jaringan pelaku hingga ke akar-akarnya.
”Ini sudah keterlaluan. Hari-hari ini kita umat Islam sedang mempersiapkan diri masuk bulan suci Ramadhan untuk menjalankan ibadah puasa,” kata Presiden.
Kita mengecam keras teror bom di Kampung Melayu. Namun, kita juga harus bisa mencari akar masalahnya mengapa orang mau menjadi pelaku peledakan bom bunuh diri meskipun sebagian orang yakin bahwa pemahaman agama yang kurang tepat yang melatarinya.
Munculnya aksi lilin dan maraknya sikap intoleran yang ditunjukkan warga bangsa ini dalam sebulan terakhir tak hanya menunjukkan ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Namun, itu menyadarkan kita bahwa bangunan kebangsaan kita senantiasa harus terus disemai dan dirawat bersama.
Terjadinya bom bunuh diri di Kampung Melayu kembali menegaskan upaya menyemai dan merawat bangunan kebangsaan itu tidak boleh berhenti. Sebab, Indonesia kini terbuka bagi berkembangnya ideologi apa pun, termasuk ideologi yang tidak sepakat dan tidak sejalan dengan yang diinginkan para pendiri bangsa, persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di sisi lain, upaya menyejahterakan warga bangsa sedikit terkendala oleh sikap sebagian elite yang cenderung hanya mendahulukan kepentingan kelompok. Mereka terus melontarkan wacana yang tidak terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa. Pembagian kursi pimpinan di MPR untuk semua fraksi, munculnya keinginan membentuk panitia angket, serta terkuaknya megakorupsi KTP elektronik dan Badan Keamanan Laut hanyalah beberapa contoh upaya elite yang hanya didasarkan pada kepentingan kelompok semata.
Di tengah ramainya persaingan ideologi dan tidak acuhnya elite kita, kita berharap bom Kampung Melayu menyadarkan kita semua sebagai sebuah bangsa. Pentingnya menjaga persatuan, seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, terlihat urgensinya.
Yang kita butuhkan adalah persatuan yang sekaligus menyuburkan kesadaran keragaman serta memperkokoh landasan, pilar, dan atap bangunan negara yang aspiratif dan partisipatif. Kita ingin mendengar lebih keras dan lantang ungkapan kata kita, bukan kami, saya, atau kalian. Kita sebagai bangsa yang hidup di negara Indonesia.