Berbagai cara menghimpun dana dilakukan masyarakat guna merayakan kemeriahan Lebaran. Alokasi khusus dan pengelolaan dana sesuai dengan kemampuan menjadi penting agar kegembiraan tak berujung persoalan keuangan.
Oleh
Agustina Purwanti
·4 menit baca
Lebaran juga identik dengan belanja besar-besaran, mulai dari makanan, pakaian, hingga kegiatan liburan. Kegiatan mempercantik rumah pun menjadi hal tak terlupakan, termasuk mengganti warna cat dinding rumah dan belanja perabot rumah tangga.
Penyiapan dana khusus oleh masyarakat jelang Lebaran bak tradisi tahunan. Jajak pendapat Kompas pada 19-24 April lalu menemukan, tiga perempat responden menyiapkan anggaran khusus untuk mencukupi kebutuhan selama Lebaran.
Besarannya pun bervariasi. Separuh responden mengalokasikan dana kurang dari Rp 3 juta untuk Lebaran tahun ini. Sementara hampir seperlima responden menyiapkan dana Rp 3 juta-Rp 10 juta. Bahkan, terdapat responden yang mengalokasikan dana cukup besar, yakni lebih dari Rp 10 juta, untuk kebutuhan pernak-pernik Lebaran tahun ini.
Tentu besaran dana yang mereka siapkan disesuaikan kemampuan dan beragam kebutuhan yang hendak dicukupi. Kebutuhan untuk mudik menjadi salah satu pertimbangan berapa besar dana yang hendak mereka siapkan.
Mayoritas responden yang mengalokasikan dana kurang dari Rp 3 juta tidak melakukan perjalanan mudik. Sementara responden lainnya menganggarkan dana lebih besar karena digunakan untuk biaya perjalanan mudik. Apalagi, biaya mudik tahun ini diperkirakan lebih besar lantaran harga bahan bakar dan tarif tol mengalami kenaikan.
Tak hanya mudik, biaya Lebaran secara keseluruhan pada tahun ini juga berpotensi lebih tinggi seiring kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Tak heran jika sekitar 37 persen responden mengalokasikan dana lebih besar pada Lebaran tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Beragam cara
Dana khusus yang disiapkan responden untuk kebutuhan Lebaran dihimpun melalui berbagai macam cara. Lebih dari separuh responden mengumpulkan dana Lebaran melalui tabungan rutin yang mereka kumpulkan secara pribadi.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyisihkan dana dalam bentuk uang tunai, kemudian disimpan secara mandiri dan baru dibelanjakan ketika Lebaran tiba. Kemajuan teknologi pun memungkinkan untuk melakukan tabungan mandiri. Kini, perbankan digital menyediakan fitur menabung rutin, yakni besaran dan periode waktunya dapat diatur sesuai dengan kemampuan.
Alokasi dana khusus untuk Lebaran menjadi penting. Apalagi, Lebaran biasanya dibarengi dengan kenaikan harga yang mustahil untuk dihindari. Jika tak memungkinkan untuk menyiapkan dana khusus, Lebaran tetap bisa dirayakan meski dengan dana secukupnya.
Sementara seperlima responden lain memanfaatkan dana tunjangan hari raya (THR) untuk mencukupi kebutuhan Lebaran. Tahun ini, pemerintah mengalokasikan dana THR sebesar Rp 34,3 triliun untuk sekitar 8,8 juta ASN, TNI-Polri, dan pensiunan. Perusahaan swasta juga wajib membagikan THR kepada karyawannya.
Menariknya, ada sebagian responden yang mengumpulkan dana khusus untuk Lebaran dengan cara arisan atau iuran rutin. Kegiatan bulanan itu dilakukan bersama komunitas di lingkungan rumah, teman kerja, dan keluarga besar.
Di Dusun Dalangan, Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kelompok ibu-ibu PKK melakukan iuran rutin untuk dana Lebaran. Semua anggota mengumpulkan dana Rp 20.000 setiap minggu selama 10 bulan. Setelah terkumpul, dana tersebut akan dikembalikan dalam bentuk barang, seperti kebutuhan pokok, makanan ringan, dan daging.
Tak jauh dari Sumogawe, Rati (47), pedagang di Salatiga, Jawa Tengah, mengaku mengumpulkan dana khusus untuk Lebaran bersama pedagang lain. Setiap bulan dana Rp 20.000-Rp 50.000 dikumpulkan kepada salah seorang dari kelompok yang dipercaya sebagai bendahara.
Dana tersebut dikumpulkan rutin secara bulanan selama 10 bulan. Jika Lebaran jatuh pada Mei, iuran mulai dihimpun sejak Juni tahun sebelumnya. Setelah 10 bulan terkumpul, dana dibagikan pada pertengahan April. Upaya tersebut dilakukan Rati bersama teman-temannya agar tidak kaget saat harus mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk kebutuhan Lebaran.
Terjerat utang
Kendati demikian, masih terdapat seperempat responden yang mengaku tidak mengalokasikan dana khusus untuk Lebaran. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kebingungan saat Lebaran hampir tiba karena tidak ada persiapan yang matang sebelumnya. Bukan tidak mungkin, berutang menjadi jalan yang ditempuh.
Jajak pendapat Kompas menemukan, sekitar 3,7 persen responden melakukan pinjaman guna memenuhi kebutuhan Lebaran. Lembaga keuangan, baik bank maupun nonperbankan, hingga orang terdekat, menjadi tujuan utama mereka. Bahkan, ada juga responden yang melakukan pinjaman online demi ikut serta merayakan kemeriahan Lebaran. Ujung-ujungnya, terjerat utang menjadi buntut cerita setelah semarak Lebaran berakhir.
Sekitar 13,2 persen responden mengaku pernah mengalami terlilit utang untuk keperluan Lebaran. Bahkan, hal tersebut sudah menjadi pengalaman tahunan bagi seperempat responden dari mereka yang pernah terjerat utang setelah Lebaran.
Seperlima lainnya mengaku terlilit utang lebih dari tiga kali hanya untuk mencukupi kebutuhan hari raya. Separuh sisanya hanya sekali dua kali terjebak utang seusai merayakan kemeriahan Lebaran.
Alokasi dana khusus untuk Lebaran menjadi penting. Apalagi, Lebaran biasanya dibarengi dengan kenaikan harga yang mustahil untuk dihindari. Jika tak memungkinkan untuk menyiapkan dana khusus, Lebaran tetap bisa dirayakan meski dengan dana secukupnya.
Tak perlu memaksakan diri untuk menampilkan kemewahan. Sebab, menjadi ironi ketika kegembiraan pada hari raya justru berujung pada persoalan keuangan di kemudian hari.