Penderitaan Berlipat Wakil Inggris dari Kutukan Wembley
Sudah tidak ada wakil di Wembley, kuota ekstra untuk Inggris di Liga Champions musim depan juga hampir pasti raib.
MANCHESTER, KAMIS – Final Liga Champions di Stadion Wembley masih menjadi ironi bagi para wakil Inggris. Mereka bereuforia untuk mengangkat trofi di tanah sendiri pada awalnya. Namun, takdir selalu berkata lain. Seperti musim ini, wakil negara lain yang dipastikan berpesta di stadion kebanggaan publik Inggris tersebut.
Asa dua “duta” terakhir Inggris, Arsenal dan Manchester City, pupus pada laga kedua babak perempat final, Kamis (18/4/2024) dini hari WIB. Arsenal takluk 0-1 dari Bayern Muenchen di Stadion Allianz Arena dan kalah agregat 2-3. City kalah adu penalti dari Real Madrid 3-4, setelah agregat berakhir imbang 4-4 di Stadion Etihad.
Ironis. Kata itu tepat mewakili City, sang juara bertahan. Usai meraih treble winner musim lalu, mereka difavoritkan berjaya di Liga Champions lagi. Semua akan jauh lebih mudah jika mereka mencapai partai puncak. Di era manajer Josep Guardiola, City tidak pernah kalah dalam duel final di Wembley, 6 menang dari 6 laga.
Namun, City justru kandas di depan pendukung sendiri setelah mendominasi sepanjang laga. “DNA” Madrid sebagai penguasa Eropa menjadi pembeda, terutama dalam adu penalti. “Kami sudah melakukan segalanya, tetapi mereka yang berada di semifinal dan kami tidak,” kata Guardiola yang tampak lesu.
“Sepak bola adalah tentang mencetak gol dan mereka melakukan itu lebih baik dari kami dalam adu penalti. Margin yang sangat tipis. Itulah yang terjadi. Kadang Anda menang penalti, kadang tidak. Saya harus berterima kasih pada para pemain dari hati terdalam karena mereka telah memberikan segalanya,” lanjutnya.
Antiklimaks juga dialami Arsenal yang jauh lebih diunggulkan dalam duel perempat final. Skuad mereka saat ini merupakan yang terbaik dalam satu dekade terakhir. Sebaliknya terjadi pada Bayern yang kehilangan trofi liga domestik musim ini setelah juara 11 kali beruntun. Namun, perbedaan pengalaman di Eropa berbicara banyak.
Arsenal, tim asal London Utara, pun gagal tampil di Wembley yang hanya berjarak sekitar setengah jam dari markas mereka. “Kami tidak ada di kompetisi ini selama tujuh tahun, juga tidak dalam posisi ini (perempat final) sejak 14 tahun lalu. Kami harus belajar dan bangkit dari kekalahan itu,” kata Manajer Arsenal Mikel Arteta.
Alhasil, untuk pertama kali sejak musim 2019-2020, tidak ada satu pun wakil Inggris di semifinal. Arsenal dan City menyusul Newcastle United dan Manchester United yang kandas sejak babak grup. Adapun dalam tiga musim terakhir, selalu ada tim Inggris yang berhasil melaju sampai partai puncak.
Baca juga : Saat Pengalaman Bayern Muenchen Membungkam Kemampuan Arsenal
Kami sudah melakukan segalanya, tetapi mereka yang berada di semifinal dan kami tidak.
Kisah saat ini mengembalikan memori pahit “duta” Inggris di Wembley. Terakhir kali final berlangsung di stadion tersebut adalah pada 2013. Ketika itu, bahkan tidak ada satu pun tim Inggris yang berhasil masuk perempat final. Padahal, wakil Inggris selalu ada yang masuk final dalam 7 dari 8 musim terakhir sebelumnya, 2004-2012.
Sejak kompetisi Eropa berubah merek jadi Liga Champions di 1992, Wembley sudah tiga kali menggelar laga final. Hanya Manchester United, wakil Inggris yang pernah tampil di stadion sakral tersebut di 2011. Itu pun mereka gagal memanfaatkan keunggulan lokasi dan harus mengakui kehebatan Barcelona.
Meskipun begitu, publik Inggris masih bisa mengobati harga diri mereka dengan para pemain tim nasional yang tampil di negara lain. Seperti penyerang Bayern Harry Kane dan gelandang Real Madrid Jude Bellingham. Keduanya akan saling jegal di semifinal. Salah satunya sudah pasti akan berlaga di Wembley.
Menurut Kane, memainkan final di Wembley merupakan motivasi terbesarnya. “Tidak ada tempat yang lebih baik untuk memenangkan Liga Champions. Kesempatan itu tidak akan sering terjadi. Namun, kami masih harus melewati beberapa langkah lagi, laga berat sudah menanti,” jelas pemain asal London itu.
Baca juga : Mahkota Keputusasaan Manchester City
Terakhir kali final digelar di Wembley, Bayern keluar sebagai juara. Mereka mengalahkan Borussia Dortmund dalam laga bertajuk final sesama tim Jerman. Skema tersebut berpotensi terulang musim ini. Dortmund akan berebut tiket final dengan Paris Saint-Germain di bagan seberang.
Keunggulan Jerman Atas Inggris
Ada dua tim Jerman di semifinal, saat tidak ada satu pun tim Inggris. Realitas itu bisa merugikan Inggris di musim depan. Kedua negara itu sedang memperebutkan alokasi kuota tambahan untuk Liga Champions musim depan, dari empat jadi lima tim. Hanya ada dua negara yang berhak menerima keuntungan tersebut.
Satu tempat sudah diamankan Italia yang memuncaki ranking koefisiensi dengan nilai 18,428. Jerman hanya unggul tipis atas Inggris sebelum laga kedua perempat final, 16,785 - 16,750. Namun, setelah Dortmund dan Bayern, Jerman kokoh di peringkat kedua (17,642) dan menjauhi Inggris (16,875).
Super komputer Opta sempat mengunggulkan Inggris untuk mendapatkan kuota ekstra dengan 70,6 persen, di atas Jerman (29,1 persen). Hal itu didasari potensi Arsenal dan City untuk melangkah jauh. Sebaliknya dengan Bayern dan Dortmund. Semua berbalik saat ini. Saat ini peluang Inggris tinggal 6,2 persen.
Baca juga : Singkirkan Atletico, Dortmund Siap "Rematch" Lawan PSG di Semifinal Liga Champions
Adapun nilai koefisiensi dihasilkan dari raihan perwakilan tim setiap negara. Lalu, total nilai itu dibagi dengan jumlah wakil dari negara tersebut, sehingga perhitungan ranking lebih adil. Langkah Inggris sangat berat karena terdapat delapan tim yang tampil di kompetisi Eropa. Apalagi setelah MU dan Newcastle gugur di babak grup.
Wakil dari Jerman benar-benar merusak mimpi indah “duta” Inggris di musim ini. Sudah hampir pasti kehilangan kuota ekstra di Liga Champions musim depan, dua tim Jerman juga masih berpotensi untuk mengangkat trofi di Wembley pada akhir musim. (AP/REUTERS)