Indonesia tidak boleh kehilangan poin dari Australia. Tanpa Ivar, Nathan berpeluang isi tempat di lini tengah.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Misi mustahil diemban tim U-23 Indonesia ketika menghadapi Australia pada laga kedua Piala Asia U-23 2024, Kamis (18/4/2024) pukul 20.00 WIB, di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha. Jika kembali menelan kekalahan, skuad ”Garuda Muda” sudah harus angkat koper lebih dini dan ambisi lolos ke Olimpiade Paris 2024 pupus.
Dengan kondisi itu, Indonesia harus mampu mengalahkan Australia agar peluang lolos ke fase selanjutnya tetap terjaga. Seandainya hanya bisa meraup hasil seri, peluang lolos ke babak gugur memang belum memudar, tetapi Indonesia tidak bisa menentukan nasib sendiri.
Di sisi lain, apabila gagal meraup poin alias kalah dari Australia, Indonesia sudah pasti akan tersisih. Pasalnya, Marselino Ferdinan dan kawan-kawan tidak akan bisa menyaingi poin Australia yang mengemas satu poin pada laga pertama kontra Jordania, lalu juga kalah aturan tiebreakers dari Qatar.
Merujuk aturan tiebreakers di fase grup Piala Asia U-23 2024, peringkat dari dua tim dengan koleksi poin yang sama akan ditentukan berdasarkan pertemuan head-to-head kedua tim. Kondisi itu membuat Indonesia sudah pasti akan berada di bawah Qatar apabila kedua tim mengakhiri babak penyisihan dengan poin setara.
Berharap Qatar, tim tuan rumah, kalah dalam dua gim selanjutnya kontra Jordania dan Australia mustahil terjadi. Keunggulan kualitas pemain dan dukungan penonton sendiri akan membuat Qatar bisa meraup poin ketika melawan Jordania, Kamis pukul 22.30 WIB, di Stadion Jassim bin Hamad.
Pelatih Indonesia U-23 Shin Tae-yong mengatakan, skuadnya memiliki ambisi untuk bangkit setelah menderita kekalahan menyakitkan dari Qatar di gim pembuka. Meskipun tumbang, kata Shin, anak asuhannya telah menunjukkan performa yang baik, bahkan dengan sembilan pemain tetap bisa mengimbangi Qatar.
”Dari laga pertama, semua pemain menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang baik dan tidak menyerah meski kehilangan satu-dua pemain. Itu adalah modal penting bagi kami untuk bangkit pada laga melawan Australia,” ujar Shin, Rabu (17/4/2024), dalam keterangan di Doha, Qatar.
Shin paham laga melawan Australia tidak akan berjalan mudah bagi timnya. Indonesia telah merasakan keunggulan Australia dua kali beruntun pada babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2022 lalu. Bermain di Dushanbe, Tajikistan, Oktober 2021, Indonesia tumbang 2-3 dan 0-1 sehingga Australia yang merebut tiket ke putaran final di Uzbekistan.
Sejumlah pemain Indonesia di dua gim itu akan kembali tampil melawan Australia di Qatar. Mereka adalah Ernando Ari, Rizky Ridho, Pratama Arhan, Witan Sulaeman, dan Marselino Ferdinan. Witan merupakan salah satu pencetak gol Indonesia ketika itu.
Selain rekor pertemuan itu, Australia juga merupakan salah satu favorit juara turnamen Piala Asia U-23 2024. Dalam dua edisi terakhir, yakni Thailand 2020 dan Uzbekistan 2022, Socceroos selalu bisa menembus babak semifinal.
Perubahan lini tengah
Untuk memenuhi misi meraih poin penuh atas Australia, Shin pun harus menentukan susunan pemain terbaik tanpa gelandang andalan, Ivar Jenner. Meskipun ofisial tim U-23 Indonesia telah mengajukan banding ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) terkait kartu kuning kedua Ivar pada laga kontra Qatar, Shin telah memikirkan kemungkinan terburuk tanpa kehadiran pemain Jong Utrecht itu.
Arkhan Fikri, gelandang asal Arema FC, berpeluang mengunci satu posisi pivot di lini tengah. Satu tempat lainnya kemungkinan besar diisi oleh pemain serbabisa, Nathan Tjoe-A-On. Pemain Heerenveen itu tampil baik ketika mengisi posisi di jantung permainan sejak masuk pada menit ke-51 pada gim melawan Qatar.
Dari laga pertama, semua pemain menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang baik dan tidak menyerah meski kehilangan satu-dua pemain.
Dengan kondisi itu, maka susunan trio lini belakang dan trisula lini depan tidak akan alami perubahan. Di sisi sayap, Pratama Arhan, yang mengisi pos bek sayap kiri, dan Rio Fahmi di bek sayap kanan berpeluang tampil sejak sepak mula, kecuali mereka mengalami kendala fisik.
Wahyu Tanoto, eks pemain tim nasional Indonesia awal dekade 1980-an, menilai skuad Indonesia U-23 harus memetik pelajaran dari laga melawan Qatar. Utamanya, kata Wahyu, atensi Qatar untuk memancing permainan kasar berhasil yang menyebabkan pemain Indonesia menerima dua kartu merah dan membuat 23 pelanggaran.
Meski sulit, Wahyu menganggap raihan kemenangan atas Australia bukan hal yang mustahil. Demi meraih hasil positif, Wahyu menekankan perlunya skuad Garuda Muda untuk tampil lebih aktif melalui permainan high pressure dan mengambil inisiatif serangan sejak awal laga.
”Kita harus mulai lebih dulu mengontrol bola dan menggiatkan pergerakan tanpa bola untuk memecah konsentrasi lawan. Kita harus bisa menguasai pertandingan agar permainan Australia tidak bisa berkembang,” tutur Wahyu.
”Semoga semua pemain Indonesia jangan pernah menyerah berjuang. Penting pula bagi kita untuk memenangi setiap duel, terutama di kotak penalti,” ujarnya.
Sementara itu, Pelatih Australia U-23 Antony Vidmar bertekad untuk melakukan pembenahan dari penampilan anak asuhannya. Pada laga melawan Jordania, Australia gagal mencetak gol meski tampil mendominasi dan bermain melawan 10 orang pada 10 menit terakhir laga.
Menurut Vidmar, anak asuhannya mampu bermain baik merujuk raihan satu poin dan tidak kebobolan. Namun, ia menganggap efektivitas serangan Australia masih jauh dari ideal.
”Kami ingin memainkan sepak bola menyerang. Kami harus berkerja lebih baik untuk menyajikan peluang lebih variatif untuk membongkar tembok pertahanan lawan,” tutur Vidmar dilansir laman AFC.