Shin Tae-yong: Kecurangan Terjadi sejak Kami Menuju Stadion
Tak hanya wasit, tim Indonesia U-23 juga merasa ”dikerjain” penyelenggara pada perjalanan menuju stadion laga.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
AL RAYYAN, SELASA — Pelatih Tim U-23 Indonesia Shin Tae-yong menyebut gejala ”kecurangan” Qatar sudah terasa sejak sebelum pertandingan antara Indonesia versus Qatar, Senin (15/4/2024), di Stadion Jassim bin Hamad, Al Rayyan, Doha, Qatar. Itu terlihat dari durasi perjalanan skuad ”Garuda Muda” dari hotel ke stadion yang memakan waktu jauh lebih lama dari biasanya.
”Kemarin (Minggu), ketika melakukan sesi pengenalan lapangan, kami hanya menempuh perjalanan dari hotel ke stadion tujuh menit, tetapi hari ini (Senin) 25 menit. Bus pergi ke tempat lain hingga akhirnya kami tiba di stadion dalam waktu 25 menit,” ujar Shin dalam konferensi pers seusai laga Indonesia melawan Qatar yang berakhir 0-2 itu, Selasa (16/4/2024) dini hari WIB.
Keheranan Shin itu cukup beralasan karena tempat tinggal skuad Indonesia pada Piala Asia U-23 2024 di Hotel Westin Doha hanya berjarak sekitar 4,5 kilometer ke Stadion Jassim bin Hamad yang berada di wilayah Al Sadd, Al Rayyan. Dalam situasi normal dengan mobil pribadi, kedua tempat itu bisa ditempuh hanya kurang dari 10 menit.
Namun, seiring status Indonesia sebagai kontestan Piala Asia U-23 2024, maka Panitia Lokal Turnamen tentu memberikan fasilitas bus serta layanan pengawalan dan rekayasa lalu lintas. Dengan layanan itu, bus skuad ”Garuda Muda” seharusnya mendapat prioritas untuk melaju di jalan.
Pengalaman Kompas meliput langsung Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023, rekayasa lalu lintas yang diberlakukan di Doha dan sekitarnya untuk bus tim peserta berupa meniadakan lampu merah di jalur dari hotel tim ke lapangan latihan dan stadion pertandingan. Alhasil, lampu lalu lintas yang dilewati bus tim selalu berwarna hijau. Imbasnya, kendaraan di jalur lain yang harus merasakan lampu merah lebih lama, bahkan bisa sampai 15 menit.
Di sisi lain, dalam dua turnamen sepak bola akbar di Qatar sebelumnya itu, setiap sopir bus tim peserta juga memiliki ”peraturan”, yaitu perjalanan tim dari hotel menuju lapangan latihan dan stadion pertandingan, lalu sebaliknya, tidak boleh lebih dari 15 menit.
Merujuk dua kondisi itu, wajar apabila Shin protes dengan lamanya durasi tempuh anak asuhannya ke lokasi pertandingan pertama. Jarak dari hotel tim Indonesia menuju Stadion Jassim bin Hamad dengan kawalan dan rekayasa lalu lintas maksimal 10 menit.
Ketika disinggung wartawan Qatar terkait durasi tempuh 25 menit yang dianggap masih normal, Shin pun membalas, ”Dalam situasi normal, kami menempuh perjalanan 30 menit tidak masalah. Namun, kami sudah merasakan sebelumnya, hotel ke stadion bisa ditempuh sekitar tujuh menit, tetapi hari ini 25 menit. Mengapa itu terjadi? Saya pun tidak bisa menjawab.”
”Sebagai tim yang bertanding, kami harus sudah tiba di stadion 90 menit sebelum sepak bola dimulai (pukul 17.00 waktu setempat), tetapi kami baru tiba pukul 17.15. Itu jelas berdampak kepada persiapan kami, utamanya pemain. Jadi, kami memiliki waktu persiapan bertanding yang sangat mepet,” lanjut Shin.
Adapun skuad Qatar telah tiba di kompleks Stadion Jassim bin Hamad pada pukul 16.50 waktu setempat. Itu artinya selisih waktu kedatangan kedua tim mencapai 25 menit.
Penonton kecewa
Selain itu, PSSI pun telah mengajukan surat protes resmi kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) terkait kepemimpinan wasit Nasrullo Kabirov yang dianggap menguntungkan Qatar. Surat keputusan itu tertuang dalam laporan pertandingan yang disampaikan ofisial Indonesia kepada Komisioner Pertandingan.
”Kita sebagai federasi akan melayangkan protes terkait performa wasit. Kalian lihat seluruh rakyat Indonesia, warganet media sosial, semua sama kita. Karena mereka tahu, ini bukan pertandingan yang adil,” ucap Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam keterangan resminya.
Kami sudah merasakan sebelumnya, hotel ke stadion bisa ditempuh sekitar 7 menit, tetapi hari ini 25 menit. Mengapa itu terjadi?
Erick bersama Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali dan Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menyaksikan langsung laga itu di tribune naratama Stadion Jassim bin Hamad. Setelah pertandingan, Erick pun langsung menemui para pemain Indonesia di hotel tim untuk menjaga semangat skuad Garuda Muda agar tak patah arang menjelang dua gim tersisa Grup A Piala Asia U-23 2024.
Meskipun surat protes itu tidak akan memengaruhi hasil pertandingan, Shin menilai penilaian dan kritik Indonesia kepada kepemimpinan wasit diperlukan agar AFC membenahi kualitas sang pengadil di laga-laga selanjutnya. Itu juga dilakukan Indonesia ketika merasa dirugikan atas keputusan wasit pada gim pertama Piala Asia 2023, Januari lalu, melawan Irak.
Untuk menyampaikan surat protes itu, tidak gratis. PSSI harus mengeluarkan biaya administrasi yang tidak sedikit. Pada Piala Asia 2023 lalu, ”ongkos” surat protes resmi itu sejumlah 500 dollar AS atau sekitar Rp 8 juta.
”AFC tidak boleh lagi seperti ini (hadirkan wasit berat sebelah). Bagi fans yang menonton pertandingan di rumah, mereka marah karena yang mereka saksikan joke (lelucon), bukan pertandingan sepak bola,” tutur Shin.