Arsenal Kolaps bersama Kegagalan Eksperimen Arteta
Eksperimen Arteta berujung antiklimaks Arsenal. Emery kembali mengugguli Arteta, pria yang mengambil pekerjaannya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Arsenal harus menelan kekalahan pertama sejak pergantian tahun akibat kecolongan sepasang gol di pengujung laga. Kegagalan eksperimen strategi dari Manajer Mikel Arteta berandil besar dalam hasil itu. Setelah dibungkam Aston Villa, kans juara Arsenal pun mengambang dalam ketidakpastian.
Peluang juara Arsenal semestinya bisa naik drastis seandainya menang atas tim tamu di Stadion Emirates pada Senin (15/4/2024) dini hari WIB. Sejam sebelum laga itu, tim pesaing juara Liverpool baru saja takluk dari Crystal Palace. Arsenal bisa saja kembali ke puncak klasemen dan menjauh dari salah satu pesaing.
Namun, ”Si Meriam” justru mengikuti Liverpool dengan takluk di kandang sendiri. Mereka dikalahkan Villa 0-2 lewat gol di menit ke-84 (Leon Bailey) dan ke-87 (Ollie Watkins). Dua kesalahan di lini pertahanan dalam rentang tiga menit itu merusak rekor Arsenal yang tidak terkalahkan 11 pertandingan liga beruntun selama 2024.
Manajer Aston Villa Unai Emery menyempurnakan rekor pertemuan dengan mantan timnya itu setelah juga menang 1-0 di Stadion Villa Park pada Desember 2023. ”Kemenangan ini bukan tentang saya, tetapi untuk Villa. Sangat bangga pada pemain karena mereka bisa melewati kesulitan dan menanti momen yang tepat,” ujarnya.
”Sungguh sulit karena Arsenal berada dalam musim yang luar biasa. Tetapi, kami sangat fokus sejak awal. Kami mampu mendominasi permainan. Saat tanpa bola, para pemain juga mampu berada dalam posisi yang tepat untuk menghentikan lawan. Tekad dan organisasi kuat adalah kuncinya,” lanjutnya.
Villa datang tanpa dua gelandang andalan Boubacar Kamara dan Douglas Luiz. Dengan fakta itu, Arteta mencoba bereksperimen. Kai Havertz yang belakangan ini ditempatkan sebagai penyerang tengah kembali menjadi gelandang. Padahal, Arsenal memenangi 5 dari 6 laga terakhir saat Havertz memimpin lini serang.
Penyerang utama Arsenal, Gabriel Jesus, kembali menjadi ujung tombak. Arteta berpikir, mereka tidak akan kesulitan memenangi pertarungan di lini tengah. Tidak butuh pemain ekstra untuk bisa menjembatani serangan dari lini belakang ke depan. Havertz pun ditugaskan fokus membantu Jesus di lini serang.
Sangat mengecewakan. Inilah Liga Inggris. Kami harus bisa fokus, bahkan jika laga berlangsung sampai 100 menit.
Strategi itu bekerja di paruh pertama saat Villa sering menampilkan pertahanan blok tinggi. Havertz bisa memecah jebakan offside lawan sebanyak empat kali dengan pergerakan tanpa bola, memanfaatkan umpan terobosan dari lini tengah. Hasilnya, Arsenal memang mendominasi selama 45 menit awal, tetapi kurang efisien.
Tim tuan rumah yang mencatat 14 kali tembakan sebelum turun minum tidak mampu mengonversi hujan peluang. Termasuk tembakan penyerang sayap Leandro Trossard di depan gawang yang masih bisa digagalkan kiper Emiliano Martinez. Menurut Arteta, nasib mereka akan berbeda di akhir laga jika lebih klinis.
”Babak pertama adalah salah satu paruh laga terbaik yang pernah kami tampilkan musim ini. Kami seharusnya bisa mencetak tiga, empat, bahkan lima gol. Tetapi, tidak mencetak satu pun. Momentum berubah di paruh kedua. Kami kesulitan mendapatkan bola dan mulai ceroboh dalam penguasaan,” kata Arteta.
Belajar dari kesalahan paruh pertama, Villa mengubah pendekatan usai turun minum. Tim tamu lebih banyak bertahan dengan blok medium. Mereka menumpuk pemain di lini tengah. Arsenal pun kesulitan melakukan umpan progresif. Saat bersamaan, Havertz tidak bisa lagi memanfaatkan garis tinggi pertahanan lawan.
Masalahnya, Arteta terlalu lambat bereaksi. Dia baru mengubah formasi di menit ke-79. Gelandang Jorginho menggantikan Jesus. Havertz kembali berperan sebagai ”nomor 9”. Adapun saat itu, para pemain Arsenal sudah kehabisan energi karena terlalu intens di paruh pertama dan terlalu banyak kehilangan bola di paruh kedua.
Tidak lama setelah pergantian, Arsenal kecolongan sepasang gol dalam hitungan menit. Perubahan drastis momentum laga terlihat dalam statistik. Arsenal unggul dalam jumlah tembakan 14-6 dan penguasaan bola 56,4 persen di paruh pertama. Villa berbalik unggul jumlah tembakan 5-4 dan penguasaan bola 53,6 usai turun minum.
”Sangat mengecewakan. Inilah Liga Inggris. Kami harus bisa fokus bahkan jika laga berlangsung sampai 100 menit. Kami kesulitan di paruh kedua karena tidak memiliki ruang seperti di paruh pertama. Mereka membuat kami frustrasi. Kesalahan kami karena tidak memanfaatkan peluang yang tercipta,” kata gelandang Arsenal, Declan Rice.
Di sisi lain, gelandang Villa Youri Tielemans menjawab tuntas kepercayaan Emery. Dia membuat Villa tetap tenang dalam penguasaan bola saat ditekan intens para pemain lawan. Selain menyumbang satu asis untuk gol Watkins, Tielemans juga nyaris mencetak gol pembuka. Namun, tembakannya membentur mistar gawang.
Watkins menambah banyak kontribusinya di musim ini dengan koleksi 19 gol dan 10 asis di liga. Penyerang tim nasional Inggris itu sangat berbahaya dalam situasi transisi. Tembakannya juga membentur tiang gawang di paruh pertama. ”Saya tumbuh besar dengan mendukung Arsenal, tetapi hari ini berbeda cerita,” ucapnya.
Dengan hasil itu, Villa (63 poin) memperkokoh posisi di peringkat keempat klasemen sementara. Mereka meningkatkan peluang untuk lolos ke Liga Champions musim depan. Sementara itu, Arsenal (71 poin) kehilangan posisi puncak klasemen dengan enam laga tersisa. Manchester City (73 poin) kembali memimpin perburuan gelar.
Musim lalu, Arsenal kehilangan momentum dalam persaingan gelar juara akibat tren buruk di pertengahan April. Kenangan buruk itu mulai menghantui lagi pada April kali ini. Semua masih bisa terjadi di enam laga tersisa. Hanya saja, perjalanan mereka akan jauh lebih sulit. City sebagai juara bertahan sudah tahu yang harus dilakukan di sisa musim. (AP/REUTERS)