”Man to Man” Atalanta Istimewa, Liverpool Tersandera
Keberanian Gasperini membawa Atalanta berjaya di Stadion Anfield saat rencana rotasi Klopp berubah menjadi petaka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT — Sudah 14 bulan Liverpool tidak pernah merasakan kekalahan di Stadion Anfield. Sampai akhirnya tim ”kuda hitam” dari Italia, Atalanta, datang berkunjung. Atalanta nekat memainkan skema bertahan man to man yang ternyata sukses mengacaukan segala rencana tim tuan rumah.
Keangkeran Stadion Anfield luntur seketika dalam laga pertama perempat final Liga Europa, Jumat (12/4/2024) dini hari WIB. Di tengah segala keraguan, Atalanta justru mampu menaklukkan Liverpool tiga gol tanpa balas. Terima kasih pada penyerang Gianluca Scamacca (2 gol) dan gelandang Mario Pasalic (1 gol).
”Penampilan sempurna dari kami sebagai satu tim. Kami menciptakan banyak peluang dan melakukan banyak tekanan (pada lawan). Menang 3-0 di Anfield adalah hal bersejarah. Kami mungkin beruntung di satu atau dua situasi, tetapi secara keseluruhan kami bertahan dengan baik,” kata gelandang Atalanta, Marten de Roon.
Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini sering disebut sebagai seniman sejati. Karyanya di lapangan terkadang kurang realistis, tetapi tampak indah. Itu yang diperlihatkannya sekali lagi di hadapan Manajer Liverpool Juergen Klopp. Tidak disangka, Gasperini berani memainkan skema man to man sejak menit pertama.
Skuad Atalanta menekan tinggi ke pertahanan Liverpool saat tanpa penguasaan bola. Setiap pemain Atalanta ditugaskan mengawal satu pemain Liverpool. Saat para pemain tuan rumah menerima bola, sudah ada pemain lawan yang menyergap di baliknya. Permainan Liverpool pun tidak berkembang akibat agresivitas itu.
Sangat sedikit tim yang berani melakukan cara seperti Atalanta di Stadion Anfield yang terkenal angker. Liverpool dikenal piawai dalam transisi serangan balik dan memiliki pemain dengan kualitas individu sangat baik. Dalam skema man to man, ketika satu pemain terlewati, pertahanan akan menjadi sangat rentan.
Hari ini banyak penampilan yang sulit dipercaya. Saya tidak tahu mereka bisa bermain seperti itu, sangat buruk.
Atalanta yang tampil dengan formasi 3-4-1-2 mampu membatasi kesalahan dalam bertahan tuan rumah. Saat bersamaan, Liverpool beberapa kali gagal memanfaatkan kesempatan transisi di awal laga. Penyerang Darwin Nunez salah satunya yang tidak mampu mencetak gol walaupun tinggal berhadapan dengan kiper Juan Musso.
”Hari ini banyak penampilan yang sulit dipercaya. Saya tidak tahu mereka bisa bermain seperti itu, sangat buruk. Kami memiliki peluang terbaik di laga ini, tetapi gagal memanfaatkannya. Saya tahu anak-anak bisa bermain lebih baik dari ini. Sayangnya, mereka tidak melakukan itu di laga tadi. Atalanta pantas menang,” kata Klopp.
Liverpool seperti dipaksa menelan racun sendiri. Di bawah Klopp, mereka dikenal piawai dalam skema gegenpressing atau tekanan balasan yang intens saat kehilangan bola. Skema itu hidup dalam kekacauan, ritme yang tidak beraturan. Namun, strategi berani Gasperini justru membalikkan keadaan tersebut.
Keberhasilan Atalanta tidak lepas dari keputusan Klopp. Dia berniat merotasi skuadnya. Para pemain pelapis diberikan kesempatan, antara lain Harvey Elliott, Curtis Jones, dan Kostas Tsimikas. Akan tetapi, mereka tidak berdampak. Mereka pun digantikan tepat setelah turun minum dengan Mohamed Salah, Dominik Szoboszlai, dan Andy Robertson.
Pergantian Klopp terbilang sangat cepat dan reaktif. Hanya saja, semua sudah terlambat. Para pemain Atalanta semakin percaya diri setelah unggul 1-0 di paruh pertama. Sementara itu, skuad Liverpool tampak terburu-buru keluar dari ketertinggalan yang berujung dengan banyak kesalahan tidak penting.
Seperti di gol ketiga yang dicetak Pasalic. Proses gol bermula dari kesalahan Szobozslai di separuh lapangan sendiri. Tim tamu dengan sigap memanfaatkan celah itu. Adapun Atalanta sangat berbahaya dalam serangan balik, memanfaatkan kesalahan dan garis tinggi pertahanan lawan, walaupun hanya mencatat penguasaan bola 29,7 persen.
Kapten Liverpool Virgil van Dijk mengatakan, mereka tampil jauh di bawah standar. ”Sangat, sangat mengecewakan. Terlalu banyak kesalahan individu dan kami dihukum akibat itu. Sangat sulit karena kami sering kehilangan bola di area kunci. Kami semestinya bisa lebih baik menghadapi man to man Atalanta,” kata Van Dijk.
Di sisi lain, Liverpool sangat merindukan kiper Alisson Becker dan bek sayap Trent Alexander-Arnold yang masih absen akibat cedera. Keduanya biasanya menjadi katalis saat ”Si Merah” membangun serangan dari belakang. Penggantinya hari ini, Caoimhin Kelleher dan Joe Gomez, tidak mampu mengisi kekosongan itu.
Gasperini enggan jemawa walaupun sudah unggul agregat tiga gol. ”Kami pantas menang. Para pemain pantas mendapatkan kredit sebesar mungkin. Ini adalah malam yang luar biasa dan sangat menyenangkan. Tetapi, kami masih harus memainkan laga lain, masih ada laga kedua,” ucapnya.
Tim terakhir yang mengalahkan Liverpool di Anfield adalah Real Madrid (2-5). Hasil itu membuat tim asuhan Klopp tersingkir dari babak 16 besar Liga Champions. Memori eliminasi serupa kini membayangi Si Merah ketika berbalas kandang ke Bergamo, pekan depan. Mereka akan menjalani misi nyaris mustahil. (AP/REUTERS)