Dikalahkan Tekanan, Fikri/Bagas Mengubur Mimpi ke Olimpiade Paris
Fikri/Bagas belum cukup dewasa untuk lolos ke Olimpiade. Mereka masih terkendala di bawah tekanan saat momen kritis.
Oleh
KELVIN HIANUSA, YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
NINGBO, RABU — Beban berat untuk berprestasi dalam Kejuaraan Asia di Ningbo, China, membuat penampilan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana berujung antiklimaks. Disingkirkan pasangan non-unggulan di babak pertama, mereka pun terpaksa mengubur mimpi untuk tampil di Olimpiade Paris 2024.
Fikri/Bagas, unggulan ke-8 turnamen, kalah dari ganda Thailand, Supak Jomkoh/Kittinupong Kedren, 21-15, 16-21, 17-21, di Olympic Sports Center Gymnasium, Ningbo, Rabu (10/4/2024). Mereka tampak kesulitan saat sudah memasuki angka-angka kritis, terutama di dua gim penentu.
Di atas kertas, Fikri/Bagas sebenarnya jauh diunggulkan karena selalu menang atas Jomkoh/Kedren dalam empat pertemuan sebelumnya. Termasuk ketika bertemu di Swiss Terbuka, akhir Maret 2024, mereka menang mudah dengan dua gim langsung 21-19, 21-11. Namun, keunggulan itu tidak terlihat di laga tersebut.
Serangan agresif pasangan Indonesia tersebut bisa diredam lawan. ”Kami sudah mencoba berbagai cara, termasuk dengan smash. Namun, pertahanan lawan memang kuat. Saat tertinggal 11-14 di gim ketiga, ada tekanan juga ke kami. Kami berusaha mengejar, tetapi memang sudah terlalu jauh perbedaan skornya,” ujar Bagas.
Peluang Fikri/Bagas menyusul Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto ke Olimpiade pun sudah tertutup. Mereka, di peringkat ke-9 kualifikasi, berkesempatan lolos jika mencapai semifinal Kejuaraan Asia. Dengan syarat, pasangan China peringkat ke-8 Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi mendapatkan hasil yang lebih buruk.
Harapan sempat menyala saat Fikri/Bagas keluar sebagai runner-up di Swiss Terbuka. Namun, mereka ternyata tidak mampu mengulangi prestasi serupa di Kejuaraan Asia. Mereka kalah dari tekanan besar untuk berprestasi. Beban berat di pundak itu tampak jelas di akhir gim kedua dan ketiga.
Fikri/Bagas sebenarnya berpeluang menyudahi laga dengan dua gim langsung. Hanya saja, mereka kehilangan momentum di gim kedua saat skor seimbang 15-15. Mereka kecolongan tiga poin beruntun setelah itu, 15-18. Sempat mencuri satu poin, mereka kembali kehilangan tiga poin beruntun. Jomkoh/Kedren pun membalikkan situasi.
Hal nyaris serupa terjadi di gim pamungkas. Fikri/Bagas masih mengimbangi pasangan lawan sampai seusai interval gim, 11-11. Sampai, Jomkoh/Kedren meraup empat poin beruntun dan unggul 15-11. Ganda putra terbaik Indonesia setelah Fajar/Rian itu tidak mampu bangkit lagi dari tekanan setelah tertinggal jauh.
”Ya, kecewa. Saya kecewa dengan hasil ini. Peluang untuk ke Olimpiade Paris tertutup sudah. Sudah tidak ada peluang lagi. Ini menjadi pembelajaran bagi saya. Meskipun begitu, saya tetap bersyukur. Kalau gagal tahun ini, semoga empat tahun mendatang, kami bisa lolos ke Olimpiade,” kata Bagas.
Adapun kendala menghadapi tekanan sudah tercium dari Fikri/Bagas di final Swiss Terbuka. Mereka membuang kesempatan juara setelah kalah dari pasangan Inggris, Ben Lane/Sean Vendy, 22-24, 26-28. Mereka gagal memanfaatkan dua game point pada gim pertama dan lima game point pada gim kedua.
Kami sudah mencoba berbagai cara, termasuk dengan smash. Namun, pertahanan lawan memang kuat.
Fikri/Bagas menantang Jomkoh/Kedren pada waktu yang kurang tepat. Ganda nomor satu Thailand itu sedang naik daun dalam sebulan terakhir. Mereka mencapai perempat final dalam empat turnamen beruntun di Eropa, antara lain Perancis Terbuka dan All England. Termasuk mengalahkan ganda di peringkat sepuluh besar dunia, Liu/Ou dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.
Asa Rinov/Pitha
Di sisi lain, pasangan ganda campuran Indonesia Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari sukses melewati drama sengit pada babak pertama. Mereka menaklukkan pasangan Jepang, Hiroki Midorikawa/Natsu Saito, lewat tiga gim, 21-13, 14-21, 21-18. Mereka cukup tenang di gim penentu, saat skor 18-16, dan mampu mengamankan laga.
”Bersyukur bisa menang. Stamina saya memang belum pulih setelah pekan lalu baru pulang dari (tur) Eropa. Dalam pertandingan tadi saya memang memaksakan diri untuk bisa menang. Dengan kondisi shuttlecock yang lumayan berat, saya berusaha terus saja. Saya ingin menjaga peluang lolos ke Olimpiade,” kata Rinov.
Dalam rangking kualifikasi pada awal April, Rinov/Pitha masih menempati peringkat ke-13 dari kuota 16 pasangan yang akan lolos ke Paris. Meskipun begitu, posisi mereka belum aman karena dibayangi rekan senegara, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, serta pasangan Singapura, Hee Yong Kai Terry/Tan Wei Han Jessica.
Rinov/Pitha harus mencapai final jika ingin lolos tanpa bergantung pada hasil pasangan lain. Menurut Pitha, mereka tidak ingin terbebani dengan target melangkah jauh di Kejuaraan Asia. ”Saat ini hanya fokus ke pertandingan yang akan dihadapi. Tidak mau berpikir terlalu jauh,” ujarnya.