Jika tim lain butuh 90 menit untuk menciptakan kemenangan, Juventus hanya perlu satu babak.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TURIN, SENIN — Juventus mengakhiri tren tidak pernah menang dalam empat laga Liga Italia seusai mengalahkan Fiorentina 1-0 di Stadion Allianz, Turin, Senin (8/4/2024) dini hari WIB. ”Si Nyonya Besar” menampilkan dua wajah berbeda di laga tersebut. Pada babak pertama, Juventus adalah pembunuh dengan pisau tajam siap terhunus. Pada babak kedua, mereka bersalin rupa menjadi korban yang siap diterkam kapan saja.
Gol dari Federico Gatti di awal babak pertama sudah cukup menjadi jaminan Juventus untuk mengakhiri paceklik kemenangan di empat laga. Gatti menjadi bek tengah di lima liga top Eropa yang paling banyak mencetak gol. Sejauh ini Gatti telah mengoleksi empat gol bersama Juventus.
Juventus tampil ganas pada babak pertama dengan mencetak empat gol. Namun, hanya satu gol yang pada akhirnya disahkan oleh wasit. Tiga gol lainnya dianulir karena pemain Juventus telah lebih dulu berada dalam posisi off-side.
Pertandingan berjalan begitu kontras bagi Juventus. Pada babak pertama, mereka lebih agresif dengan menciptakan empat tembakan dengan satu di antaranya tepat sasaran. Akan tetapi, untuk urusan dominasi, Juventus hanya mencatatkan 34 persen penguasaan bola, kalah jauh dari Fiorentina sebesar 66 persen.
Memasuki babak kedua, catatan penguasaan bola Juventus jauh menurun menjadi 16 persen. Juventus bermain lebih pasif demi mempertahankan keunggulan. Fiorentina pun berbalik menguasai babak kedua.
Penyerang sayap kanan Nico Gonzalez menjadi motor utama serangan Fiorentina. Pemain berpaspor Argentina tersebut menciptakan tiga upaya tembakan yang salah satunya mengenai mistar gawang. Gonzalez juga aktif mengirimkan enam umpan kunci ke area sepertiga akhir pertahanan Juventus. Serangan bertubi-tubi Fiorentina membuat keperkasaan Juventus di babak pertama lenyap ditelan bumi.
Penurunan drastis performa Juventus di babak kedua membuat sang pelatih, Massimiliano Allegri, menjadi sasaran tembak. Kritik deras mengalir kepada Allegri yang dianggap tidak berani mengambil risiko untuk mempertegas keunggulan timnya. Di tangan Allegri, identitas ”Corto Muso”, atau menang dengan skor tipis, melekat erat dengan Juventus.
Menjawab kritikan tersebut, Allegri berpendapat, tidak ada satu tim pun di dunia yang bisa mengontrol atau menguasai permainan selama 90 menit. Bagi Allegri, kemenangan meski dengan skor tipis sekalipun lebih penting daripada bermain cantik.
”Kami tahu apa keterbatasan kami. Pada tahap musim ini, yang terpenting adalah hasil. Saya tidak melihat banyak tim yang menghindari satu tembakan tepat sasaran. Kami mencoba tampil bagus dan para pemain melakukannya dengan baik,” ucap Allegri, dikutip dari Football Italia.
Lebih lanjut, Allegri mengakui pilihan untuk bermain lebih pasif di babak kedua didorong oleh kenyataan bahwa Juventus sudah begitu lama tidak meraih kemenangan di Liga Italia. Hal itu ditambah dengan permainan agresif Juventus di babak pertama, tetapi berakhir dengan tiga gol yang dianulir.
Oleh sebab itu, Allegri mengubah pendekatan timnya di babak kedua menjadi sangat pasif. Juventus pun akhirnya hanya menjadi pembunuh dalam satu babak, yaitu babak pertama.
Allegri menampik tudingan bahwa dirinya tidak berusaha mengontrol laga sama sekali. Menurut dia, dirinya menginstruksikan para pemain untuk memenangi pertarungan di lini tengah, tetapi tidak berakhir mulus karena Fiorentina mengantisipasinya.
”Idenya adalah bermain dengan tekanan tinggi, mendorong tim lain ke wilayah mereka sendiri, dan mengopernya dengan lebih rapi. Kami seharusnya unggul 2-0 di babak pertama, tapi tidak mendapatkan gol kedua. Mau tidak mau Fiorentina akan keluar berjuang. Kami mempunyai beberapa peluang melalui serangan balik dan seharusnya bisa tampil lebih baik,” tutur Allegri.
Kami tahu apa keterbatasan kami. Pada tahap musim ini yang terpenting adalah hasil.
Di sisi lain, Pelatih Fiorentina Vincenzo Italiano kecewa dengan hasil yang diperoleh timnya. Italiano menyebut timnya terlalu menghormati Juventus karena membiarkan mereka menguasai babak pertama, lalu di babak kedua justru gagal memaksimalkan 10 tembakan yang dua di antaranya tepat sasaran menjadi gol.
”Kami terlalu menghormati Juve di babak pertama. Kami terlalu penakut, jadi kami mencoba menggoyahkan situasi itu (dengan memasukkan) Maxime Lopez dan Beltran untuk meningkatkan episentrum tim,” kata Italiano.
Upaya itu tetap tidak membuahkan hasil. Fiorentina pun harus menerima kenyataan selalu kalah dari Juventus dengan skor identik, 0-1, dalam tiga pertemuan terakhir.
Tambahan tiga poin memperkuat posisi Juventus di peringkat ketiga dengan perolehan 62 poin. Mereka mampu menjaga jarak empat poin dengan Bologna di peringkat keempat. Namun, Juventus belum mampu menggeser AC Milan di peringkat kedua yang mengoleksi 68 poin.