Dari laga versus Brighton, semakin jelas terlihat rencana Arteta di lini serang Arsenal untuk sisa musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BRIGHTON, MINGGU — Arsenal terus berevolusi di bawah Manajer Mikel Arteta. Jelang mendekati ”garis finis”, sang manajer terlihat sudah mempersiapkan formula baru di posisi trisula lini serang yang akan digunakan pada sisa musim ini. Formula itu terbaca dari penampilan selama sepekan terakhir.
Termasuk, saat Arsenal menumbangkan tuan rumah Brighton and Hove Albion 3-0 di Stadion Amex, Minggu (7/4/2024) dini hari WIB. Arteta kembali memainkan trisula yang sama dalam formasi 4-3-3 seperti ketika versus Manchester City, pekan lalu. Mereka adalah Kai Havertz (tengah), Gabriel Jesus (kiri), dan Bukayo Saka (kanan).
Hasilnya sempurna. Ketiga pemain itu terlibat dalam seluruh gol. ”Tarian” Gabriel Jesus di sisi kiri berbuah penalti di paruh pertama. Saka sukses mengeksekusi penalti itu jadi gol pembuka. Sementara itu, Havertz menutup kemenangan tim tamu dengan sumbangan satu gol dan asis setelah turun minum.
”Sangat sulit (di Amex) karena mereka belum pernah kalah sejak Agustus. Tetapi, tim kami sudah dewasa dan pintar untuk memainkan tipe laga seperti itu. Baik di serangan maupun pertahanan, banyak penampilan hebat dari sisi individu,” kata Arteta, yang mengantar Arsenal kembali ke puncak klasemen sementara.
Formasi trisula tersebut baru diperkenalkan pertama kali ketika versus City. Itu merupakan hasil eksperimen selama dua bulan terakhir, bermula dari beberapa pemain yang cedera, seperti Jesus dan Gabriel Martinelli. Kunci evolusi berada di Havertz yang sempat mengawali musim sebagai gelandang ”nomor 8”.
Havertz, setelah Jesus cedera, mulai dipercaya mengisi posisi penyerang tengah secara reguler. Dia biasanya hanya sekali-kali ditugaskan di posisi itu, saat laga besar. Namun, sejak laga versus Newcastle di akhir Februari, pemain asal Jerman itu sudah menjadi ujung tombak sebanyak enam kali beruntun. Termasuk di laga tadi.
Havertz bersinar dalam peran barunya. Menurut The Athletic, peran itu disebut ”nomor 8,5”. Dia menjalankan peran hibrida sebagai penyerang tengah ”nomor 9” dan gelandang ”nomor 8”. Dia memimpin lini serang, tetapi terkadang mundur jauh mencari bola. Hasilnya adalah empat gol dan empat asis dalam enam laga terakhir.
Sering kali pemain menentukan sendiri di mana harus dimainkan. Kami (tim pelatih) bisa saja memiliki ide, tetapi semua tergantung chemistry yang terjadi di lapangan.
Dengan tren positif Havertz, Arteta tidak mungkin mengubah posisinya saat ini. Dia terpaksa merombak formasi trisula asli, yaitu Martinelli (kiri), Jesus (tengah), dan Saka (kanan). Adapun Jesus dipasang di kiri, menggantikan Martinelli, karena lebih unggul dalam kreasi serangan, terutama menghadapi blok rendah lawan.
”Sering kali pemain menentukan sendiri di mana harus dimainkan. Kami (tim pelatih) bisa saja memiliki ide, tetapi semua tergantung chemistry yang terjadi di lapangan. Terkadang, (chemistry) itu mengalir dengan sendirinya. Kami hanya mencoba memberikan tempat terbaik untuk dia (Havertz),” kata Arteta.
Havertz sudah mencetak sembilan gol di liga musim ini. Jumlah itu merupakan yang terbanyak baginya dalam semusim sejak datang ke Inggris pada 2020. Dia tidak pernah melampaui delapan gol selama tiga musim di Chelsea. Adapun Arsenal masih menyisakan tujuh laga lagi.
Hal paling menarik adalah pendekatan terhadap Martinelli. Sudah tida tiga kali beruntun, termasuk versus Brighton, dia dimasukkan dari bangku cadangan dan bermain di sayap kanan. Posisi asli pemain asal Brasil itu adalah di sayap kiri. Namun, dia justru berstatus menjadi pelapis Saka saat ini.
Arteta terlihat ingin mempersiapkan rotasi baru karena Arsenal akan bermain setiap tiga hari sampai akhir April. Saka tidak memiliki pelapis sepadan di sisi kanan. Sementara itu, posisi sayap kiri sudah menumpuk karena ada Leandro Trossard di bangku cadangan. Martinelli kemungkinan akan meneruskan tugas baru itu di sisa musim.
Trisula Arsenal juga menjadi poros terdepan saat bertahan. Jesus pernah dipuji Manajer Manchester City Josep Guardiola karena kegigihan menekan lawan. Havertz, menurut Arteta, tidak pernah berhenti berlari saat tanpa penguasaan bola. Saka, saat dibutuhkan, bisa membantu mundur hingga sejajar dengan empat bek.
Tekanan intens pertahanan yang bermula dari trisula itu merupakan kunci kemenangan Arsenal di Amex. Keahlian Brighton membangun serangan dari bawah dirusak dengan pertahanan blok tinggi dan pendekatan man to man. Usai 2-0, Brighton hanya mencatat 41 persen penguasaan dari rerata 59 persen musim ini.
Tekanan man to man Arsenal sangat ekstrem. Selain trisula, gelandang Declan Rice dan Martin Odegaard juga maju menekan sampai sepertiga lapangan lawan. Brighton kehabisan ide karena keunggulan fisik para pemain Arsenal. Hal itu yang mengakhiri 12 laga tanpa kekalahan Brighton di kandang sendiri.
”Sikap dan etos kerja anak-anak fenomenal. Semua memberikan segalanya di laga ini. Itu mengapa kami merasakan sukses sejauh ini. Kami (para penyerang) mencoba mengambil bola di pertahanan lawan. Sementara para pemain bertahan menjaga kotak dengan luar biasa. Kami siap bertarung sampai akhir musim,” ujar Havertz.
Manajer Brighton Roberto De Zerbi seperti mengalami deja vu. Mereka juga tidak berkutik menghadapi man to man Arsenal ketika kalah 0-2 di pertemuan pertama pada Desember 2023. Situasi kali ini jauh lebih sulit karena Brighton kehilangan banyak pemain yang sedang cedera, antara lain Kaoru Mitoma dan Solly March.
”Kami pantas kalah dari salah satu tim terbaik di Liga Inggris saat ini. Bahkan, dengan pemain yang cedera saja, kami tidak mampu bersaing melawan Arsenal. Sebenarnya kami masih ada harapan di paruh kedua, tetapi semua berakhir ketika Arsenal mencetak gol kedua (lewat Havertz),” ucap De Zerbi. (AP/REUTERS)