Menangi Pertarungan Dramatis, Rizki Juniansyah Lolos Olimpiade Paris 2024
Di detik terakhir, Rizki Juniansyah memenangi persaingan sengit nan dramatis ke Olimpiade Paris kontra Rahmat Erwin.
PHUKET, KAMIS — Rizki Juniansyah meneguhkan diri sebagai lifter terkuat di kelas 73 kilogram, mengalahkan rekan senegaranya, Rahmat Erwin Abdullah, untuk menyabet dua medali emas, memecahkan rekor dunia, dan meraih tiket ke Olimpiade Paris 2024. Rizki membungkam keraguan lewat tambahan jumlah angkatan yang tampak mustahil dilakukan dengan waktu persiapan singkat.
Ketika semua seolah berpihak kepada Rahmat Erwin Abdullah karena hasil-hasil gemilang saat kualifikasi sebelumnya, Rizki Juniansyah ”menyalip” di detik terakhir. Rizki memenangi pertarungan dramatis melawan Rahmat di kualifikasi terakhir sekaligus penentu, Piala Dunia Angkat Besi 2024 kelas 73 kilogram putra Grup A di Phuket, Thailand, Kamis (4/4/2024) malam.
Hanya ada satu tiket ke Olimpiade Paris yang tersedia bagi Indonesia di kelas 73 kg. Tiket diberikan kepada lifter dengan total angkatan terbaik selama kualifikasi. Rahmat awalnya berada di atas angin karena punya modal total angkatan terbaik 363 kg yang ditorehkan di Kejuaraan Asia 2024 di Uzbekistan, Februari lalu. Adapun Rizki, dengan total 353 kg yang diraih di kejuaraan yang sama, harus bisa mengejar lebih dari 10 kg agar bisa melampaui Rahmat dan mendapatkan tiket ke Paris.
Lalu, sampailah Rizki pada momen ketika sukses menuntaskan percobaan kedua angkatan clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap) seberat 201 kilogram di Phuket. Rizki merayakan keberhasilan itu dengan berteriak sambil mengepalkan tangannya.
Baca juga: Tentang Ambisi Rizki Juniansyah dan Angkatan 200 Kg
Kendati kemudian gagal pada percobaan ketiga seberat 203 kg, angkatan 201 kg mengantarkan Rizki memastikan medali emas untuk clean and jerk. Angkatan 201 kg juga sudah cukup bagi Rizki untuk unggul dua kg dari total angkatan terbaik Rahmat. Rizki punya angkatan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) terbaik seberat 164 kg sehingga total angkatannya menjadi 365 kg.
Dengan total angkatan 365 kg, Rizki memastikan diri meraih medali emas kedua. Total angkatan ini juga sekaligus memecahkan rekor dunia yang sebelumnya dipegang lifter China, Shi Zhiyong, dengan 364 kg. Shi Zhiyong memecahkan rekor dunia itu saat meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Adapun rekor ini menjadi yang pertama bagi Rizki di level senior.
Rizki membuktikan tekadnya pada Februari lalu selepas Kejuaraan Asia di Uzbekistan. Lifter yang baru akan berusia 21 tahun pada Juni nanti ini juga membungkam orang-orang yang meragukannya karena absen lama. ”Di Phuket, saya akan bertarung habis-habisan. Fokus untuk ’menyalip’ Rahmat,” ucap Rizki.
”Semangat saya lebih, mental lagi bagus. Saya punya tujuan nanti di Olimpiade Paris, tetapi masih harus melewati tahap lagi. Saya akan melawan Rahmat, harus lebih setidaknya 1 kg dari dia,” ujarnya lagi.
Baca juga: Rahmat dan Rizki, Dua Kutub Berseberangan Menyalakan Persaingan
Kadang-kadang di angkat besi dua tambah dua itu hasilnya bukan empat. Bisa saja jadi delapan.
Dramatis
Awal dari persaingan sengit dan dramatis itu ialah kesuksesan Rizki melakukan percobaan ketiga snatch seberat 164 kg. Ini merupakan rekor personal Rizki pada angkatan tersebut. Hasil ini juga membuat Rizki mengalahkan Rahmat yang mencatatkan snatch terbaik 160 kg. Dengan demikian, Rizki pun berhak menyabet medali perak dengan angkatan tersebut, sedangkan Rahmat meraih perunggu. Lifter China, Shi Zhiyong, memimpin dengan 165 kg.
Pada clean and jerk, Rizki tiga kali mengubah jumlah angkatan yang dipasang pada percobaan pertama, mulai dari 185 kg, 190 kg, hingga akhirnya 192 kg dan sukses mengangkatnya. Rizki lantas memasang 201 kg pada percobaan kedua. Adapun Rahmat menyelesaikan percobaan pertama seberat 195 kg dengan sempurna. Lalu, Rahmat sempat memasang 203 kg untuk percobaan kedua sehingga Rizki harus tampil lebih dulu.
Pertarungan angkatan clean and jerk di Grup A yang berisi 14 lifter tinggal menyisakan Rizki dan Rahmat setelah Shi Zhiyong gagal pada percobaan kedua seberat 195 kg dan ketiga seberat 196 kg. Lifter Korea, Bak Joohyo, juga gagal pada percobaan ketiga seberat 199 kg.
Rizki menyelesaikan angkatan seberat 201 kg tanpa cela. Saat latihan akhir Februari lalu, Rizki memang sudah sempat menyentuh angkatan seberat 200 kg. Bagi Rizki, ini merupakan catatan terbaik pribadinya dalam angkatan clean and jerk.
Baca juga: Rizki dan Windy Kembali Beraksi Rebut Tiket Olimpiade
Melihat Rizki berhasil, Rahmat mengubah angkatan yang dipasang menjadi 206 kg. Alhasil, Rizki harus kembali mengangkat lebih dulu untuk menuntaskan percobaan ketiga seberat 203 kg. Juara dunia yunior 2022 dan 2021 ini gagal melakukannya.
Tibalah saat Rahmat melakukan percobaan kedua. Jika ingin lolos ke Paris, Rahmat wajib mengangkat beban seberat 206 kg itu agar unggul satu kilogram dari Rizki. Keberhasilan pada angkatan tersebut juga akan mengantar Rahmat menajamkan rekor dunia atas namanya sendiri seberat 204 kg yang diciptakan di Kejuaraan Asia di Uzbekistan, Februari lalu. Namun, Rahmat gagal melakukannya.
Lifter asal Makassar, Sulawesi Selatan, ini sebenarnya memiliki jeda dua menit untuk kembali melakukan angkatan. Akan tetapi, dia hanya menggunakan 30 detik untuk duduk di dekat platform untuk kemudian melakukan percobaan ketiga.
Rahmat selama ini dikenal sebagai ”raja” clean and jerk karena kegemilangannya pada jenis angkatan tersebut. Dia pun memegang rekor dunia untuk kelas 73 kg dan 81 kg. Pada momen krusial yang akan menentukan langkahnya ke Olimpiade, Rahmat kembali gagal.
Rahmat hanya bisa tersungkur di atas platform, menyadari tiket Olimpiade yang selama ini seolah berada di depan mata, kini hilang begitu saja. Pupus harapannya untuk kembali tampil di Olimpiade dan menaikkan perolehan medali dari perunggu saat Tokyo 2020 menjadi emas.
Apa yang terjadi Phuket mengamini pernyataan pelatih sekaligus ayah dari Rahmat, Erwin Abdullah. Kendati sang anak selalu memimpin daftar ranking kualifikasi, dia tak bisa mengatakan posisi Rahmat aman. Selama ada rival, kata Erwin, Rahmat harus terus waspada.
Baca juga: Rizki Juniansyah Pecahkan Tiga Rekor Dunia
Drama yang tersaji juga membenarkan pernyataan pelatih tim angkat besi lainnya, Dirdja Wihardja. ”Kadang-kadang di angkat besi dua tambah dua itu hasilnya bukan empat. Bisa saja jadi delapan. Ada faktor-faktor lain yang bisa menentukan di hari perlombaan. Karena itu, persaingan Rizki dan Rahmat masih sengit,” ujar Pelatih Tim Angkat Besi Indonesia Dirdja Wihardja.
Lebih kuat
Adapun Rizki berhasil membuktikan diri sebagai lifter terbaik yang layak mewakili Indonesia di Paris. Penampilannya seolah dia tidak pernah menjalani operasi usus buntu dan istirahat total selama enam bulan.
Rizki baru berlatih intens lagi sebulan sebelum Kejuaraan Asia. Namun, hasilnya, dia bisa menyapu bersih medali perak dengan sukses dalam seluruh enam percobaan angkatan.
Keberhasilan Rizki meraih tiket ke Paris juga menunjukkan kekuatan mentalnya. Menurut lifter yang hobi olahraga ekstrem motocross itu, trauma akibat operasi masih ada. Karena masih teringat dengan peristiwa itu, dia berkali-kali memperlihatkan jahitan bekas operasi di perut bagian bawah. Dia masih takut rasa sakit kambuh lagi jika terlalu intens latihan.
Olahraga angkat besi melibatkan banyak otot, termasuk otot sekitar perut dan pinggang. Kendati lifter seperti Rizki tetap menggunakan sabuk untuk melindunginya dari tekanan berat saat mengangkat beban, wajar jika tetap ada kekhawatiran akan muncul lagi rasa sakit di area perut bekas operasi.
Baca juga: Rizki Juniansyah Menaklukkan Ketakutan
Meski demikian, Rizki berhasil menaklukkan ketakutannya sendiri. Dia kembali dengan versi yang lebih kuat dan menambah jumlah angkatan lebih dari 10 kg hanya dalam waktu kurang dari dua bulan. Beberapa lifter lain menilai, mustahil menambah angkatan hingga lebih dari 10 kg dalam waktu singkat. Selain melawan ketakutan, Rizki juga melawan kemustahilan.
Rizki menjadi atlet Indonesia kesembilan yang memastikan tiket ke Olimpiade Paris 2024. Dua hari lalu, lifter Eko Yuli Irawan juga memastikan lolos ke Paris.
Sebelumnya, Indonesia telah memiliki Arif Dwi Pangestu (panahan), Desak Made Rita Kusuma Dewi (panjat tebing), Rifda Irfanaluthfi (senam artistik), dan Diananda Choirunisa (panahan). Rahmad Adi Mulyono dari panjat tebing, Fathur Gustafian (menembak), dan Rio Waida (selancar ombak) juga akan berlaga di Olimpiade.