”Derby della Madonnina” kontra AC Milan, 22 April nanti, berpeluang menjadi pesta ”scudetto” Inter Milan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, SELASA — Dominasi Inter Milan di Liga Italia musim ini sudah sulit dibendung. ”I Nerazzurri” hanya butuh 11 poin untuk menggenggam scudetto atau gelar kampiun Italia, sekaligus meraih bintang kedua yang akan muncul di atas logo mereka mulai kompetisi edisi 2024-2025 mendatang.
Setelah menjalani pekan ke-30 dengan menaklukkan Empoli, 2-0, Selasa (2/4/2024) dini hari WIB, di San Siro, Inter menjaga jarak 14 poin dari pesaing terdekat, AC Milan, di puncak klasemen. Anak asuhan Simone Inzaghi itu telah mengemas 79 poin, sedangkan Milan baru memiliki 65 poin.
Alhasil, Inter hanya membutuhkan 11 poin untuk meraih gelar Liga Italia ke-20 pada musim ini. Dalam tradisi di Italia, setiap tim yang mendapat 10 scudetto dan kelipatannya berhak menambah satu bintang di atas logo kebesaran mereka.
Hingga kini, Inter dan Milan masih memiliki satu bintang karena baru memenangi lebih dari 10 Liga Italia. Adapun Juventus, yang telah melampaui 30 scudetto, mencantumkan tiga bintang di logo mereka.
Dampak keunggulan poin yang mutlak, Inter paling cepat bisa memulai pesta juara Italia ketika memasuki pekan ke-33. Itu artinya, I Nerazzurri bisa merayakan gelar scudetto ketika menjalani derby della Madonnina alias derbi kota Milan menghadapi AC Milan, 22 April mendatang.
Jika bisa mengalahkan rival sekota, Inter akan merayakan dua hal, yaitu predikat penguasa di kota mode itu pada musim ini serta trofi Liga Italia. Demi mewujudkan itu, Inter harus lebih dulu menjaga tren kemenangan ketika menghadapi Udinese dan Cagliari pada dua gim yang berada di depan mata.
Massimiliano Farris, asisten pelatih Inter, menyebut timnya belum memikirkan probabilitas mereka bisa memenangi scudetto dalam waktu dekat. Menurut Farris, terpenting adalah skuad Inter menjaga fokus dan bekerja keras untuk konsisten meraup tiga poin di laga demi laga.
”Kami tidak pernah membahas pada gim mana kami akan memenangi scudetto. Kami semua memiliki pikiran untuk meraih scudetto, tentu lebih baik diraih secepat mungkin. Namun, kami ingin menikmati perjalanan menuju prestasi itu,” kata Farris, dilansir Sky Sport Italia.
Farris menggantikan tugas Inzaghi pada konferensi pers seusai laga. Inzaghi, yang mencatatkan kemenangan ke-100 dari 150 gim bersama Inter, kehabisan suara setelah secara konstan berteriak di sisi lapangan selama lebih dari 90 menit di gim kontra Empoli. Selain 100 kemenangan, Inzaghi mencatatkan 25 imbang dan 25 kekalahan bersama Inter.
Dengan catatan itu, Inzaghi merupakan pelatih Inter, yang menjalani minimal 100 gim, dengan persentase kemenangan tertinggi. Inter mengoleksi 66,6 persen hasil positif selama tiga musim ditangani Inzaghi. Catatan itu telah melampaui torehan 62,75 persen kemenangan di era Antonio Conte yang berjalan selama 102 pertandingan.
Capaian statistik apik itu bisa disempurnakan Inzaghi dengan scudetto. Ia telah berada di ambang prestasi sebagai pelatih ke-14 yang bisa mempersembahkan gelar Liga Italia untuk Inter.
Predikat kampiun Italia pun akan menjadi trofi keenam yang diberikan Inzaghi untuk I Nerazzurri. Dengan enam gelar juara, maka Inzaghi hanya berjarak satu trofi dari Helenio Herrera dan Roberto Mancini yang memegang status pelatih tersukses Inter.
Kami semua memiliki pikiran untuk meraih ’scudetto’, tentu lebih baik diraih secepat mungkin.
Sengatan sayap
Kemenangan Inter atas Empoli, tim di zona degradasi, tak lepas dari sengatan serangan dari sisi sayap yang menjadi ciri khas mereka musim ini. Gol pertama yang dicetak Federico Dimarco pada menit kelima tercipta berkat hadirnya umpan matang dari bek Alessandro Bastoni dari sisi kanan pertahanan Empoli.
Memasuki menit ke-81, penyerang pengganti, Alexis Sanchez, mengunci kemenangan Inter setelah menerima umpan silang dari Denzel Dumfries, bek sayap kanan. Dumfries dan Sanchez bermain setelah sama-sama dimasukkan pada menit ke-77.
Farris menyebut skuad Inter menampilkan kerja kolektif yang bagus. Ketika bek-bek, baik salah satu dari tiga bek tengah maupun bek sayap, membantu serangan dari sisi sayap, gelandang tengah, utamanya Hakan Calhanoglu, akan menutup ruang yang ditinggalkan pemain belakang. Kondisi itu membuat pemain Empoli kesulitan menemukan ruang ketika hendak menerapkan transisi serangan balik.
”Taktik berjalan dengan sangat baik. Kami senang dengan mobilitas dari bek-bek kami, tetapi jangan dilupakan pula kemampuan para gelandang menutup ruang ketika bek maju. Itu semua adalah wujud kerja sama tim,” tutur Farris.
Salah satu bek yang tampil menawan musim ini adalah Bastoni. Selain membantu Inter mencatatkan 19 nirbobol di liga, Bastoni juga menunjukkan peran vitalnya dalam skema serangan I Nerazzurri. Ia telah menyumbang sebuah asis pada tiga laga beruntun di Liga Italia.
”Itu mungkin adalah salah satu asis terburuk saya. Meski begitu, gol Dimarco membuat segalanya lebih baik. Kami senang karena setelah jeda untuk tugas internasional, tidak pernah mudah meraih poin,” kata Bastoni, yang berusia 24 tahun, kepada DAZN.