Windy Cantika Melawan ”Hantu” Cedera dan Rekan Senegara
Windy Cantika Aisah melalui jalan tak mudah untuk kembali lolos Olimpiade. Ujian terakhirnya di Piala Dunia Angkat Besi.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Jalan menuju impian sering kali tidak mudah. Begitulah yang dirasakan Windy Cantika Aisah setahun terakhir selama kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Windy berjuang dalam bayang-bayang cedera, juga harus menghadapi persaingan dengan rekan senegara, Juliana Klarisa.
Perjalanan Windy akan menemui titik akhir di Piala Dunia Angkat Besi 2024, di Phuket, Thailand. Lifter berusia 21 tahun ini akan berlaga di kelas 49 kilogram putri Grup C, Minggu (31/3/2024). Pada ajang ini, dia akan tahu ke mana muara dari perjalanannya. Apakah kembali bisa tampil di Olimpiade atau justru terpaksa absen karena tidak lolos?
Kalau enggak bisa ngangkat atau enggak bisa menambah total angkatan, pasti ada kekecewaan.
Windy memulai perjalanan untuk tiket ke Olimpiade Paris 2024 di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022, Bogota, Kolombia. Di ajang kualifikasi pertama itu, Windy berhasil mencatatkan total angkatan 176 kilogram. Total angkatan tersebut yang belum bisa disamai atau bahkan dilampaui pada tiga ajang kualifikasi setelahnya.
Di Kejuaraan Asia 2024, Tashkent, Uzbekistan, Februari lalu, Windy ”hanya” bisa mengangkat total 170 kg. Artinya, beban yang dipikul Windy kian berat karena harus menambah angkatan lebih dari 15 kilogram agar menembus 10 besar daftar peringkat kualifikasi yang menjadi syarat ke Paris. Saat ini, lifter asal Bandung, Jawa Barat, tersebut menghuni peringkat ke-16.
”Kalau enggak bisa ngangkat atau enggak bisa menambah total angkatan, pasti ada kekecewaan. Tapi, mau bagaimana lagi, mau marah atau kesal juga enggak mengubah apa pun. Sekarang cuma berharap sehat biar usaha maksimal,” tutur Windy.
Selepas SEA Games Vietnam 2021 yang digelar 2022, Windy mendapati cedera di lumbar atau tulang belakang bagian bawah. Cedera itu melengkapi rasa sakit yang sebelumnya telah bersarang di tubuh Windy, tepatnya di bagian tulang kering kedua kakinya.
Windy bahkan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 dengan kondisi kesakitan. Empat hari sebelum berangkat ke Tokyo, kaki kanan Windy tertimpa barbel. Akibatnya, sakit yang sudah terasa di tulang kering Windy kian parah. Kaki kiri juga ikut cedera karena kerap menanggung beban berlebih untuk mengompensasi kaki kanan yang tidak bisa berfungsi optimal.
Kini, meski cedera kaki telah pulih, Windy masih kerap dihantui bayang-bayang rasa sakit yang pernah dirasakannya. Ditambah lagi, cedera lumbar masih belum ditangani sepenuhnya.
Dokter menyarankan Windy menjalani operasi. Namun, kata Windy, Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) memutuskan menunda operasi karena perburuan tiket Olimpiade sudah dimulai.
”Jadi, sampai sekarang memang belum ditangani. Hanya dikuatkan hamstring dan belikat agar pinggang tidak kerja berlebih. Tapi, rasa sakitnya kadang terasa,” ucap Windy.
Kondisi Windy ini disadari oleh Sri Indriyani, pelatih pemusatan latihan nasional angkat besi yang menangani Juliana Klarisa. Menurut Indri, dalam kondisi fit, Windy bisa mengangkat jauh melebihi total angkatan terbaiknya di kualifikasi.
Saat meraih medali perunggu di Tokyo 2020, misalnya, Windy sukses mencatatkan total angkatan 194 kg. Andai mempertahankan catatan tersebut, Windy sebenarnya berpeluang besar lolos ke Paris 2024.
Kendati demikian, Windy masih bisa mengangkat beban hingga 176 kg dalam kondisi cedera, satu kg lebih berat dari total angkatan Klarisa. Semangat Windy itu lantas dijadikan sebagai motivasi oleh Indri untuk Klarisa agar bersaing ketat di kelas 49 kg. Sebab, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara. Klarisa harus menembus 10 besar sekaligus mengalahkan Windy.
Dalam dua ajang kualifikasi yang hanya berselang dua bulan, Klarisa menunjukkan tren positif. Di IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, Desember 2023, Klarisa mencatatkan total angkatan 170 kg. Lalu, kejuaraan Asia 2024, Tashkent, Uzbekistan, Februari, lifter asal Jambi ini mengangkat beban total 175 kg.
”Di ajang terakhir tidak bisa lagi coba-coba. Klarisa harus mengalahkan Windy dan mau tidak mau harus bisa mengangkat snatch seberat 83 kg dan clean and jerk 107-108 kg agar bisa lolos ke Paris. Sulit, tapi harus tetap optimistis,” ujar Indri.
Terlepas dari cedera yang menghantui dan rivalitas rekan senegara yang membayangi, Windy mencoba fokus pada dirinya sendiri. Juara dunia yunior 2021 dan 2022 ini bertekad tampil maksimal, sambil berharap rasa sakitnya mereda atau bahkan hilang saat berlaga di Phuket nanti.
”Mimpi semua atlet pasti ingin medali emas Olimpiade. Kalau Windy, tergantung rezekinya. Yang pasti, Windy usahakan dulu dan usahakan terus,” tuturnya.